Mudik dan Kesholehan Sosial
Mudik menjadi hajatan tahunan negeri ini yang tanpa kita sadari menjadi fenomena yang sangat dahsyat. Bagaimana tidak? Dengan adanya mudik menjelang Idul Fitri mampu menggerakkan sendi-sendi kehidupan di sepanjang jalur mudik dan tempat tujuan mudik. Mudik dalam istilah bahasa arab secara umum disebut safar. Safar artinya menempuh perjalanan.. uniknya, kata ‘safar’ juga mempunyai asal kata yang berarti “tampak atau menampakkan”. Dari akar kata inilah kita bisa menyelami lebih jauh tentang hikmah safar. Ibnu Mundzir dalam kitab Lisanul Arab menjelaskan: “bepergian dinamakan safar, karena dengan bepergian meninggalkan kampung halaman dengan maksud menuju suatu tempat dengan jarak tertentu yang membolehkan seseorang yang bepergian untuk mengashar sholat.
Dalam tradisi mudik ada beberapa manfaat. Manfaat pertama adalah dapat menjalin ukhuwah. Momen Idul Fitri biasanya dijadikan sarana orang-orang yang merantau untuk bertemu dengan keluarga dan saudara. Dengan pertemuan tersebut menjadikan persaudaraan yang yang sekian waktu terputus dapat tersambung lagi. Hal ini merupakan dampak positif adanya tradisi mudik yang setiap tahun terjadi.
Selain secara sosial, manfaat lainnya adalah meningkatkan Syukur kita kepada Allah SWT. Hal tersebut sesuai dengan Firman Allah SWT:
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya” (QS. Al Mulk: 15)
Dengan adanya kita melakukan mudik berarti kita mensyukuri nikmat Allah SWT atas ciptaan-Nya. Safar selain menuju tempat tertentu, seseorang juga secara langsung dapat mentadaburi alam di sepanjang jalan yang dilalui. Disamping itu ketika mudik biasanya juga berbagi oleh-oleh atau bingkisan untuk keluarga dikampung halamannya.
Manfaat berikutnya adalah dalam safar atau mudik dapat menambah teman dan melapangkan rezeki. Sejak masa Rasulullah seseorang melakukan perjalanan biasanya dalam rangka berdagang. Pada masa itu ada dua tujuan utama kaum Qurays yaitu ke Yaman pada musim dingin dan ke Syam pada saat musim panas. Manfaat berikutnya adalah dalam mudik kita juga berlatih sabar selama perjalanan. Ketika kita di jalan tentunya ada kepayahan dan memotong kenyamanan dibandingkan ketika di rumah.
Sementara itu, mudik juga memiliki efek positif bagi anak-anak. Mereka dapat mengenal saudara sepupu atau saudara jauh yang tidak pernah ketemu sebelumnya. Disamping itu, dengan bertemunya keluarga besar meminimalisir anggota keluarga menggunakan alat elektronik khususnya HP. Anak-anak akan senang karena disaat itu mereka dapat bermain dengan saudara dan yang mereka nantikan adalah mendapat saku dari orang tua, paman atau kakek dan nenek.
Manfaat melakukan safar atau mudik begitu besar baik secara individu ataupun untuk orang sekitar kita. Maka dari itu, bagi kita yang akan melakukan mudik untuk meluruskan niat agar kita dapat pahala ibadah. Jangan sampai kita hanya mendapatkan capek dan kesenangan dunia semata saat mudik nanti. Islam memberi peluang begitu luas agar kita dapat melakukan ibadah dalam arti luas sehingga setiap aktifitas kita mendapat balasan dari Allah SWT.
Oleh : Kiswanto
Guru Sosiologi SMA IT Bina Amal
Berbagi
Komentar