Anak Kurus Lebih Sehat?
Anak kelebihan berat badan berisiko lebih tinggi mengalami gangguan kesehatan. Tapi, apakah itu berarti lebih baik anak kurus dibanding gemuk? Mengatasi kegemukan memang lebih sulit ketimbang mengatasi 'masalah kurus'. Tapi, hal ini tergantung juga... apakah anak memang kurus atau hanya terlihat kurus.
Untuk memastikannya, sama seperti metode untuk memastikan apakah anak kegemukan, yaitu dengan membuat plot berat badannya di kurva pertumbuhan berat badan dan tabel Indeks Massa Tubuh. Yang pasti, anak yang kekurangan berat badan akibat kurang asupan nutrisi lebih rentan terserang penyakit dibanding anak dengan berat badan normal.
Sistem imunitas tubuh yang harusnya melawan kuman penyakit dan melindungi tubuh si anak akan lebih lemah jika asupan gizi dan berat badannya kurang. Peneliti Ayodele Ogunleye dan Gavin Sandercocok dari University of Essex menemukan, anak yang berat badannya di bawah normal juga lebih berisiko terkena osteoporosis.
Yang paling dikhawatirkan adalah berat badan kurang bisa juga menyebabkan tinggi anak badan rendah dan gagal tumbuh. Tapi, sekali lagi, untuk memastikannya, perlu pantauan serius dengan melihat kurva pertumbuhan anak, bahkan konsultasi dengan dokter. Dokter akan memeriksa asupan nutrisi dan ada tidaknya kelainan organ tubuh. Jika perlu, akan dilakukan berbagai pemeriksaan untuk mencari penyebab berat badannya tidak bertambah, seperti pemeriksaan darah untuk melihat ada tidaknya anemia (kekurangan sel darah merah), kecukupan zat besi, ada tidaknya infeksi, pemeriksaan hormon, pemeriksaan bone age, dll.
Bila dari hasil pemeriksaan anak tidak didapati penyakit atau kelainan fungsi tubuh yang mengganggu perkembangannya, Anda harus meningkatkan asupan nutrisinya melalui pemberian makanan tinggi kalori. Cobalah lebih sering memberinya makan, seperti 6 kali sehari. Pastikan jenis makanannya juga bergizi, mengandung karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin dan mineral yang cukup. Hanya karena anak underweight, ini tidak juga berarti ia boleh sepuasnya melahap junk food dan fast food tiap kali makan, lho.
Untuk memastikannya, sama seperti metode untuk memastikan apakah anak kegemukan, yaitu dengan membuat plot berat badannya di kurva pertumbuhan berat badan dan tabel Indeks Massa Tubuh. Yang pasti, anak yang kekurangan berat badan akibat kurang asupan nutrisi lebih rentan terserang penyakit dibanding anak dengan berat badan normal.
Sistem imunitas tubuh yang harusnya melawan kuman penyakit dan melindungi tubuh si anak akan lebih lemah jika asupan gizi dan berat badannya kurang. Peneliti Ayodele Ogunleye dan Gavin Sandercocok dari University of Essex menemukan, anak yang berat badannya di bawah normal juga lebih berisiko terkena osteoporosis.
Yang paling dikhawatirkan adalah berat badan kurang bisa juga menyebabkan tinggi anak badan rendah dan gagal tumbuh. Tapi, sekali lagi, untuk memastikannya, perlu pantauan serius dengan melihat kurva pertumbuhan anak, bahkan konsultasi dengan dokter. Dokter akan memeriksa asupan nutrisi dan ada tidaknya kelainan organ tubuh. Jika perlu, akan dilakukan berbagai pemeriksaan untuk mencari penyebab berat badannya tidak bertambah, seperti pemeriksaan darah untuk melihat ada tidaknya anemia (kekurangan sel darah merah), kecukupan zat besi, ada tidaknya infeksi, pemeriksaan hormon, pemeriksaan bone age, dll.
Bila dari hasil pemeriksaan anak tidak didapati penyakit atau kelainan fungsi tubuh yang mengganggu perkembangannya, Anda harus meningkatkan asupan nutrisinya melalui pemberian makanan tinggi kalori. Cobalah lebih sering memberinya makan, seperti 6 kali sehari. Pastikan jenis makanannya juga bergizi, mengandung karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin dan mineral yang cukup. Hanya karena anak underweight, ini tidak juga berarti ia boleh sepuasnya melahap junk food dan fast food tiap kali makan, lho.
Berbagi
Komentar