Pemuda dan Penggerak Perubahan
Pemuda dan Penggerak Perubahan
Oleh : Kiswanto Guru Sosiologi SMA IT Bina Amal Semarang
Menurut data Bappenas pada Mei 2017, Indonesia diprediksi mengalami keadaan bonus demografi antara tahun 2030-2040. Dimasa ini, jumlah penduduk usia produktif mencapai 64% dari total jumlah penduduk yang ada. Hal tersebut akan menjadi keuntungan untuk Indonesia jika kualitas SDM dapat dipersiapkan dengan baik khususnya pada anak-anak muda generasi milenial saat ini. Namun, mendorong kualitas SDM dikalangan milenial bukanlah sesuatu yang mudah. Hal ini dikarenakan sifat dan perilaku yang ada pada milenial saat ini. Generasi ini cenderung tidak peduli dengan keadaan sosial sekitar seperti dunia politik dan perkembangan sosial ekonomi Indonesia. Kebanyakan dari mereka, membanggakan pola hidup kebebasan dan hedonisme. Memiliki visi yang tidak realistis dan terlalu idealistis.
Oleh : Kiswanto Guru Sosiologi SMA IT Bina Amal Semarang
Menurut data Bappenas pada Mei 2017, Indonesia diprediksi mengalami keadaan bonus demografi antara tahun 2030-2040. Dimasa ini, jumlah penduduk usia produktif mencapai 64% dari total jumlah penduduk yang ada. Hal tersebut akan menjadi keuntungan untuk Indonesia jika kualitas SDM dapat dipersiapkan dengan baik khususnya pada anak-anak muda generasi milenial saat ini. Namun, mendorong kualitas SDM dikalangan milenial bukanlah sesuatu yang mudah. Hal ini dikarenakan sifat dan perilaku yang ada pada milenial saat ini. Generasi ini cenderung tidak peduli dengan keadaan sosial sekitar seperti dunia politik dan perkembangan sosial ekonomi Indonesia. Kebanyakan dari mereka, membanggakan pola hidup kebebasan dan hedonisme. Memiliki visi yang tidak realistis dan terlalu idealistis.
Ditambah lagi sifatnya yang kurang kritis, tidak jarang mereka terpancing informasi yang bahkan belum diketahui kebenarannya “Hoax” sehingga melakukan perilaku yang anarkis. Tentu, semua ini karena dampak negatif dari kemajuan teknologi yang ada. Ketika informasi masuk, kebanyakan dari mereka tidak mencari tahu kebenaran dan kronologi yang sebenarnya terjadi. Parahnya lagi, ada beberapa yang hanya membaca judul nya saja tanpa memahami isinya. Jika ini terus dibiarkan, maka kerukunan antar warga negara akan sangat terganggu. Bukan tidak mungkin, Indonesia bisa saja gagal dalam memanfaatkan bonus demografi seperti yang terjadi pada Afrika Selatan dan Brazil.
Jumlah penduduk yang lebih dari setengahnya adalah anak muda, dan sifat yang mudah terprovokasi berita-berita bohong atau hoax, akan menyebabkan bangsa ini mudah dipecah belah oleh pihak-pihak asing yang ingin menghancurkan kedaulatan NKRI. “Pada era ini, ketika informasi tersedia dengan sangat bebas, sebaiknya kita membuka luas-luas pikiran kita dengan membaca dan memahami secara teliti, sehingga tidak mudah tersulut oleh pikiran-pikiran orang lain yang belum tentu terbukti kebenarannya. ”Tim Wesfix (2016:49). Mulailah dengan mengenali diri sendiri. Setelah itu tentukan visi yang akan dicapai. Karena, Indonesia membutuhkan banyak anak muda dengan visi yang jelas dan eksekusi yang nyata.
Langkah selanjutnya adalah merencanakan alur yang akan dilakukan untuk mencapai visi tersebut. Disinilah inti dari produktivitas. Segala aktivitas akan terarah, terukur dan terstruktur sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Millenial adalah kunci dan tokoh utama dalam bonus demografi nanti. Keberhasilan atau bahkan kegagalan Indonesia dalam memanfaatkan bonus demografi ada dipundak generasi ini. Dengan menjadi millenial yang produktif tentu akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan NKRI.
Dunia pendidikan sangat berperan bagaimana para pihak di sektor pendidikan memberikan kontribusi terbaiknya dalam menyiapkan generasi terbaik. Mari kita manfaatkan waktu, tenaga, dan semangat yang ada sekarang ini untuk menjadi bagian dari sejarah kebangkitan dan keberhasilan Indonesia dalam menghadapi puncak bonus demografi tahun 2030 nanti. Perjalanan ke arah itu tentulah tidak mudah. Hal tersebut terjadi karena pemuda saat ini dihadapkan pada era dimana akses dunia maya yang tidak hanya menyediakan konten-konten positif akan tetapi berjubel konten negatif memenuhi ruang yang ada di media sosial. Kemudian yang kedua adalah perilaku yang menyukai sesuatu yang instan memberikan dampak seseorang malas untuk bekerja keras.
Sejarah telah mencatat kegemilangan peradaban karena peran dari para pemuda. Sejarah awal perkembangan Islam di Jazirah arab sampai perjalanan Negara Republik Indonesia tidak terlepas dari tangan-tangan pemuda. Pemuda memang minim pengalaman tetapi mereka memiliki semangat dan idealisme yang tak terbatas. Daya dorong mereka sangatlah kuat untuk menghasilkan karya-karya besar selama mereka bersungguh-sungguh dalam menjalani setiap aktifitas.
Kita tidak asing dengan ungkapan berikut. "Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan ku guncangkan dunia. Seribu orang tua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia." (Ir. Soekarno). Ungkapan yang mengguncang dunia ini bukanlah tanpa sebab. Para pemuda merupakan sekelompok orang yang memiliki bahu yang kuat untuk memanggul beban persoalan serta perjuangan yang tidak ringan. Mereka sangat identik dengan kerja cepat, cerdas dan menuntaskan setiap amanah yang diberikan kepadanya.
Di perayaan sumpah pemuda yang ke-91 tahun kita berharap upacara atau ceremonial tidak hanya sesaat, akan tetapi yang terpenting adalah implementasi dari semangat pemuda-pemuda pencetus Sumpah Pemuda 1928. Semangat mereka senantiasa menghiasi setiap langkah kita dalam rangka mengisi kemerdekan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berbagi
Komentar