Uang Saku, Media Pendidikan Anak
SUDAH hal yang lumrah, apabila orang tua memberikan uang saku kepada anaknya ketika masuk ke sekolah, uang saku ini dimaksudkan untuk berbagai tujuan. Namun, sebagai orang tua kita mesti menimbang kembali apakah makna dan tujuan uang saku yang kita berikan kepada anak.
Uang saku bukanlah hadiah bagi anak karena budi pekertinya, dan larangan bukanlah sanksi akibat kesalahan yang dilakukannya. Uang saku pada dasarnya merupakan pendidikan etika yang memiliki tujuan tertentu, karena itu orang tua hendaknya mengajarkan kepada anaknya cara menggunakan uang dengan baik serta memberikan tanggung jawab kepadanya untuk menggunakan uang tersebut.
Jangan pernah berkata, “Kamu akan mendapat uang yang banyak jika kamu membantu ibu mencuci perabotan dapur,” atau “Kamu akan mendapatkan uang yang banyak jika kamu membantu ibu menyiram tanaman,” kepada anak kita.
Pendidikan semacam itu membentuk anak agar mengulurkan tangan untuk medapat imbalan. Sikap seperti ini harus ditolak. Jika dalam diri mereka ditanamkan kecintaan terhadap harta, itu berarti kita telah mencetak mereka menjadi penimbun yang kikir, sama seperti kita mengajarkan boros kepada anak kita.
Ajarkanlah kepada anak kita bahwa harta bukanlah segala-galanya dalam hidup. Karena banyak hal yang tidak dapat dibeli sepserti kemuliaan, kehormatan, kejujuran dan lain sebagainya.
Uang saku bukanlah hadiah bagi anak karena budi pekertinya, dan larangan bukanlah sanksi akibat kesalahan yang dilakukannya. Uang saku pada dasarnya merupakan pendidikan etika yang memiliki tujuan tertentu, karena itu orang tua hendaknya mengajarkan kepada anaknya cara menggunakan uang dengan baik serta memberikan tanggung jawab kepadanya untuk menggunakan uang tersebut.
Jangan pernah berkata, “Kamu akan mendapat uang yang banyak jika kamu membantu ibu mencuci perabotan dapur,” atau “Kamu akan mendapatkan uang yang banyak jika kamu membantu ibu menyiram tanaman,” kepada anak kita.
Pendidikan semacam itu membentuk anak agar mengulurkan tangan untuk medapat imbalan. Sikap seperti ini harus ditolak. Jika dalam diri mereka ditanamkan kecintaan terhadap harta, itu berarti kita telah mencetak mereka menjadi penimbun yang kikir, sama seperti kita mengajarkan boros kepada anak kita.
Ajarkanlah kepada anak kita bahwa harta bukanlah segala-galanya dalam hidup. Karena banyak hal yang tidak dapat dibeli sepserti kemuliaan, kehormatan, kejujuran dan lain sebagainya.
Lalu, bagaimana sistem pemberian uang saku yang ideal kepada anak? Berapa nilai uang saku yang ideal dan bagaimana frekuensinya?
• Nilai uang saku
Berapa, sih, besar uang saku yang pas buat anak? Para perencana keuangan sepakat, tidak ada patokan tertentu untuk nilai uang saku. Yang jelas, orangtua harus menyesuaikan nilai uang saku dengan usia dan kebutuhan anak.
• Anggaran menabung
Orangtua mesti mengajarkan kepada anak, uang saku bukan sekadar uang jajan. Jangan sampai, uang saku habis hanya untuk jajan. Karena itu, orangtua juga harus mengajarkan anak sejak dini untuk menyisihkan uang saku dan menabung sisa duit tersebut.
• Frekuensi
Perencana keuangan mengingatkan, frekuensi pemberian uang saku juga harus bertahap dan disesuaikan dengan usia dan kematangan anak dalam mengelola keuangan. Bisa Harian, Mingguan atau bulanan. Dan orang tua harus bisa mengontrol penggunaannya.
• Evaluasi
Semakin anak dewasa dan matang dalam mengelola keuangan, orangtua tidak perlu ragu menambah tanggung jawab keuangan. Yang tidak boleh dilupakan, orangtua harus senantiasa melakukan evaluasi terhadap pengelolaan keuangan sang buah hati.Tanyakan penggunanaanya apa saja, apakah sesuai dengan kebutuhan atau konsumtif.
Berbagi
Komentar