Mendidik Anak Mandiri
Sikap mandiri yang ditanamkan sejak kecil akan sangat berguna bagi anak. Ia tidak akan terlalu bergantung pada orang tuanya untuk melakukan hal-hal sederhana, seperti memakai baju, memakai dan melepas sepatu, mengambil minuman, dan sebagainya. Ia juga tidak akan terlalu menuntut pada orang tuanya, shingga menghindarkan dirinya dari sifat manja yang berlebihan.
Meskipun terkesan sederhana, namun mendidik anak untuk mandiri tidaklah semudah membalik telapak tangan. Banyak sekali hambatan yang akan ditemui oleh orang tua saat mengajarkan kemandirian kepada buah hatinya. Dan hambatan yang paling besar adalah sikap ‘tidak tega’ dan ‘tidak sabar’yang ditunjukkan orang tua terhadap anaknya.
Berbagai upaya dapat dilakukan orang tuanya untuk mengajari anaknya mandiri.
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mendorong anaknya menjadi anak yang mandiri diantaranya adalah:
• Beri kesempatan dan kepercayaan
Kita sebagai orang tua sering memberikan petunjuk dan perintah kepada anak untuk melakukan suatu hal. Bahkan, kadang kita ‘memaksa’ anak tersebut untuk melakukannya. Tentunya hal tersebut sebagai salah satu cara kita untuk melindungi si anak. Hal ini tidaklah salah, apabila masih dalam batas-batas yang wajar.
Namun jika kita terlalu sering memberikan perintah dan larangan pada si anak, terlebih lagi tanpa adanya penjelasan yang jelas akan hal tersebut, tentunya ini hanya akan menghambat perkembangan anak. Tidak ada salahnya kita memberikan kesempatan dan kepercayaan pada si anak untuk melakukan suatu kegiatan. Selain dapat meningkatkan keprecayaan diri pada anak, hal tersebut juga akan meberikan kemandirian bagi dirinya, sehingga ia tidak akan terlalu bergantung pada orang lain. Tentunya kita sebagai orang tua tetap harus memberikan pengawasan pada si anak dalam melakukan aktivitasnya.
• Hargai usahanya
Hargailah sekecil apapun usaha yang diperlihatkan anak untuk mengatasi sendiri kesulitan yang ia hadapi. Orang tua biasanya tidak sabar menghadapi anak yang membutuhkan waktu lama untuk membuka sendiri kaleng permennya. Terutama bila saat itu ibu sedang sibuk di dapur, misalnya. Untuk itu sebaiknya otang tua memberi kesempatan padanya untuk mencoba dan tidak langsung turun tangan untuk membantu membukakannya. Jelaskan juga padanya bahwa untuk membuka kaleng akan lebih mudah kalau menggunakan ujung sendok, misalnya. Kesempatan yang anda berikan ini akan dirasakan anak sebagai penghargaan atas usahanya, sehingga akan mendorongnya untuk melakukan sendiri hal-hal kecil seperti itu.
• Memberi contoh
Anak akan selalu mencontoh, hal ini juga berlaku ketika kita ingin anak berani dan mandiri. Jika orang tua memiliki kepribadian yang tertutup misal tidak suka melakukan hal-hal yang baru, takut menghadapi tantangan sebaiknya tidak untuk terlalu mengharapkan balitanya tumbuh dengan memiliki kepribadian berani dan mandiri. Misal kita ingin anak belajar berenang sedangkan orang tua-nya sendiri takut masuk air, hal ini tentu akan menghasilkan sesuatu yang maksimal. Dengan memberi contoh yang konkret kepada anak, anak akan memahaminya dan semakin mudah dia menirunya. Namun jika orang tua tidak atau belum bisa memberi contoh yang konkret kepada anak, sebaiknya jangan menunjukkan “ketakutan” dan “ketidakmandirian” kepada si anak, baik secara langsung atau tidak langsung.
• Tidak terlalu memaksa
Semua yang kita lakukan untuk melatih keberanian dan kemandirian anak memerlukan waktu dan proses, hal itu dapat berkembang secara perlahan sehingga jangan kita memaksa si anak untuk menguasai segala hal yang diajarkan pada saat itu juga. Misal melatih anak untuk selalu bangun tidur langsung mandi, jangan memaksa anak saat itu juga untuk menguasai hal tersebut, perlu beberapa hari hingga lancar. Orang tua selalu dampingi dan mengingatkan si anak untuk melakukan hal yang benar tersebut. Tetapi perlu diingat agar jangan terlalu sering/keras mengkritik si anak karena hal itu akan membuat nyali/keberanian si anak akan turun/down.
• Hindari Banyak bertanya
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan orang tua , yang sebenarnya dimaksudkan untuk menunjukkan perhatian pada si anak, dapat diartikan sebagai sikap yang terlalu banyak mau tahu. Karena itu hindari kesan cerewet. Misalnya, anak yang baru kembali dari sekolah, akan kesal bila diserang dengan pertanyaan – pertanyaan seperti, “Belajar apa saja di sekolah?”, dan “Kenapa seragamnya kotor? Pasti kamu berkelaihi lagi di sekolah!” dan seterusnya. Sebaliknya, anak akan senang dan merasa diterima apabila disambut dengan kalimat pendek : “Assalamu alaikum... anak ibu ynag sholih sudah pulang sekolah!” Sehingga kalaupun ada hal-hal yang ingin ia ceritakan, dengan sendirinya anak akan menceritakan pada orang tua, tanpa harus di dorong-dorong.
• Memberi semangat dan dorongan
Semandiri apapun anak kita, ia akan tetap membutuhkan dorongan dari orang tuanya. Terlebih lagi bila anak kita sedang belajar mandiri. Dorongan semangat yang kita berikan akan membuat semangat dan kepercayaan dirinya tumbuh. Dan hal ini juga akan meningkatkan kemandiriannya.
Untuk memudahkan mendidik kemandirian pada anak, sebaiknya anak dilatih bertahap dari yang mudah terlebih dahulu. Setelah terbiasa, baru kemudian berlanjut ke hal-hal yang merupakan kegiatan sehari-hari.
• Beri kesempatan dan kepercayaan
Kita sebagai orang tua sering memberikan petunjuk dan perintah kepada anak untuk melakukan suatu hal. Bahkan, kadang kita ‘memaksa’ anak tersebut untuk melakukannya. Tentunya hal tersebut sebagai salah satu cara kita untuk melindungi si anak. Hal ini tidaklah salah, apabila masih dalam batas-batas yang wajar.
Namun jika kita terlalu sering memberikan perintah dan larangan pada si anak, terlebih lagi tanpa adanya penjelasan yang jelas akan hal tersebut, tentunya ini hanya akan menghambat perkembangan anak. Tidak ada salahnya kita memberikan kesempatan dan kepercayaan pada si anak untuk melakukan suatu kegiatan. Selain dapat meningkatkan keprecayaan diri pada anak, hal tersebut juga akan meberikan kemandirian bagi dirinya, sehingga ia tidak akan terlalu bergantung pada orang lain. Tentunya kita sebagai orang tua tetap harus memberikan pengawasan pada si anak dalam melakukan aktivitasnya.
• Hargai usahanya
Hargailah sekecil apapun usaha yang diperlihatkan anak untuk mengatasi sendiri kesulitan yang ia hadapi. Orang tua biasanya tidak sabar menghadapi anak yang membutuhkan waktu lama untuk membuka sendiri kaleng permennya. Terutama bila saat itu ibu sedang sibuk di dapur, misalnya. Untuk itu sebaiknya otang tua memberi kesempatan padanya untuk mencoba dan tidak langsung turun tangan untuk membantu membukakannya. Jelaskan juga padanya bahwa untuk membuka kaleng akan lebih mudah kalau menggunakan ujung sendok, misalnya. Kesempatan yang anda berikan ini akan dirasakan anak sebagai penghargaan atas usahanya, sehingga akan mendorongnya untuk melakukan sendiri hal-hal kecil seperti itu.
• Memberi contoh
Anak akan selalu mencontoh, hal ini juga berlaku ketika kita ingin anak berani dan mandiri. Jika orang tua memiliki kepribadian yang tertutup misal tidak suka melakukan hal-hal yang baru, takut menghadapi tantangan sebaiknya tidak untuk terlalu mengharapkan balitanya tumbuh dengan memiliki kepribadian berani dan mandiri. Misal kita ingin anak belajar berenang sedangkan orang tua-nya sendiri takut masuk air, hal ini tentu akan menghasilkan sesuatu yang maksimal. Dengan memberi contoh yang konkret kepada anak, anak akan memahaminya dan semakin mudah dia menirunya. Namun jika orang tua tidak atau belum bisa memberi contoh yang konkret kepada anak, sebaiknya jangan menunjukkan “ketakutan” dan “ketidakmandirian” kepada si anak, baik secara langsung atau tidak langsung.
• Tidak terlalu memaksa
Semua yang kita lakukan untuk melatih keberanian dan kemandirian anak memerlukan waktu dan proses, hal itu dapat berkembang secara perlahan sehingga jangan kita memaksa si anak untuk menguasai segala hal yang diajarkan pada saat itu juga. Misal melatih anak untuk selalu bangun tidur langsung mandi, jangan memaksa anak saat itu juga untuk menguasai hal tersebut, perlu beberapa hari hingga lancar. Orang tua selalu dampingi dan mengingatkan si anak untuk melakukan hal yang benar tersebut. Tetapi perlu diingat agar jangan terlalu sering/keras mengkritik si anak karena hal itu akan membuat nyali/keberanian si anak akan turun/down.
• Hindari Banyak bertanya
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan orang tua , yang sebenarnya dimaksudkan untuk menunjukkan perhatian pada si anak, dapat diartikan sebagai sikap yang terlalu banyak mau tahu. Karena itu hindari kesan cerewet. Misalnya, anak yang baru kembali dari sekolah, akan kesal bila diserang dengan pertanyaan – pertanyaan seperti, “Belajar apa saja di sekolah?”, dan “Kenapa seragamnya kotor? Pasti kamu berkelaihi lagi di sekolah!” dan seterusnya. Sebaliknya, anak akan senang dan merasa diterima apabila disambut dengan kalimat pendek : “Assalamu alaikum... anak ibu ynag sholih sudah pulang sekolah!” Sehingga kalaupun ada hal-hal yang ingin ia ceritakan, dengan sendirinya anak akan menceritakan pada orang tua, tanpa harus di dorong-dorong.
• Memberi semangat dan dorongan
Semandiri apapun anak kita, ia akan tetap membutuhkan dorongan dari orang tuanya. Terlebih lagi bila anak kita sedang belajar mandiri. Dorongan semangat yang kita berikan akan membuat semangat dan kepercayaan dirinya tumbuh. Dan hal ini juga akan meningkatkan kemandiriannya.
Untuk memudahkan mendidik kemandirian pada anak, sebaiknya anak dilatih bertahap dari yang mudah terlebih dahulu. Setelah terbiasa, baru kemudian berlanjut ke hal-hal yang merupakan kegiatan sehari-hari.
Beberapa cara untuk melatih anak mandiri diantaranya adalah:
1. Mintalah merapikan kamar tidur sendiri
Setiap pagi, mintalah anak untuk merapikan kamar tidurnya sendiri. Selimut supaya dilipat yg baik, demikian pula bantal dan guling. Buku dan alat tulis di meja ditata rapi. Mintalah membuka jendela agar sirkulasi udara lancar.
2. Mempersiapkan diri sebelum ke sekolah
Setiap malam sebelum tidur, pastikan anak menyediakan kelengkapan sekolah sendiri. Misalnya, baju sudah disetrika, buku-buku dan peralatan sekolah dimasukkan kedalam tas. Hal ini agar anak tidak kalang kabut pada pagi hari.
3. Ajari meletakkan barang pada tempatnya
Ajari anak meletakkan barang pada tempatnya. Karena itu sediakan rak-rak barang di sudut kamar tidur, ruang tamu dan dapur supaya anak tidak kesulitan meletakkan barang miliknya. Dengan cara seperti itu, anak mudah mengambil kembali barang itu bila diperlukan.
4. Menyiapkan makanan di meja makan
Ketika anda menyiapkan makanan dimeja makan, mintalah anak ikut membantu. Pastikan barang-barang yg di pegang anak tidak mudah pecah. Setelah makan, mintalah anak membawa piring ke tempat cuci piring sekaligus mencucinya sendiri.
5. Mintalah meletakkan pakaian kotor pada tempatnya
Mintalah anak memasukkan pakaian kotor pada tempatnya. Ingatkan, bila sembarangan meletakkan pakaian kotor, pakaiannya tidak akan dicuci. Sediakan tempat pakaian kotor, dan pastikan anak memasukkan pakaian kotor setiap hari.
6. Ajari ambil makan sendiri
Anak2 dalam masa tumbuh kembang suka makan. Karena itu siapkan makanan, termasuk makanan camilan. Ajarkan anak untuk mengambil makanan sendiri.
7. Bersih-bersih bersama di hari libur
Pada hari minggu ajari anak bersih2 seluruh rumah bersama anggota keluarga yg lain. Pilihlah pekerjaan yg harus dilakukan anak sesuai usianya. Kegiatan itu bisa dua tiga jam setelah sarapan pagi. Sesudah selesai ajak anak jalan2 untuk rekreasi.
1. Mintalah merapikan kamar tidur sendiri
Setiap pagi, mintalah anak untuk merapikan kamar tidurnya sendiri. Selimut supaya dilipat yg baik, demikian pula bantal dan guling. Buku dan alat tulis di meja ditata rapi. Mintalah membuka jendela agar sirkulasi udara lancar.
2. Mempersiapkan diri sebelum ke sekolah
Setiap malam sebelum tidur, pastikan anak menyediakan kelengkapan sekolah sendiri. Misalnya, baju sudah disetrika, buku-buku dan peralatan sekolah dimasukkan kedalam tas. Hal ini agar anak tidak kalang kabut pada pagi hari.
3. Ajari meletakkan barang pada tempatnya
Ajari anak meletakkan barang pada tempatnya. Karena itu sediakan rak-rak barang di sudut kamar tidur, ruang tamu dan dapur supaya anak tidak kesulitan meletakkan barang miliknya. Dengan cara seperti itu, anak mudah mengambil kembali barang itu bila diperlukan.
4. Menyiapkan makanan di meja makan
Ketika anda menyiapkan makanan dimeja makan, mintalah anak ikut membantu. Pastikan barang-barang yg di pegang anak tidak mudah pecah. Setelah makan, mintalah anak membawa piring ke tempat cuci piring sekaligus mencucinya sendiri.
5. Mintalah meletakkan pakaian kotor pada tempatnya
Mintalah anak memasukkan pakaian kotor pada tempatnya. Ingatkan, bila sembarangan meletakkan pakaian kotor, pakaiannya tidak akan dicuci. Sediakan tempat pakaian kotor, dan pastikan anak memasukkan pakaian kotor setiap hari.
6. Ajari ambil makan sendiri
Anak2 dalam masa tumbuh kembang suka makan. Karena itu siapkan makanan, termasuk makanan camilan. Ajarkan anak untuk mengambil makanan sendiri.
7. Bersih-bersih bersama di hari libur
Pada hari minggu ajari anak bersih2 seluruh rumah bersama anggota keluarga yg lain. Pilihlah pekerjaan yg harus dilakukan anak sesuai usianya. Kegiatan itu bisa dua tiga jam setelah sarapan pagi. Sesudah selesai ajak anak jalan2 untuk rekreasi.
Berbagi
Komentar