Gangguan Belajar Anak
Seorang anak mengalami gangguan belajar apabila prestasi akademiknya
tidak sesuai dengan kemampuan intelektualnya. Anak mungkin mengalami
gangguan membaca, menulis, mengeja, berbicara, mendengarkan, berpikir,
atau melakukan perhitungan matematika. Di bawah ini, Ikatan Dokter Anak
Indonesia sudah merangkum gangguan belajar yang biasa terjadi pada anak.
Disleksia atau kesulitan membaca adalah gangguan
belajar yang sering dialami. Umumnya anak dengan disleksia kesulitan
memenggal kata (memecah suatu kata menjadi suku-suku kata) dan mengenali
bunyi yang tepat dari kombinasi huruf tertentu. Akibatnya, anak seperti
membaca terbalik-balik (misal: “pesawat” dibaca “eswapat,” “matahari”
dibaca “atmarahi”).
Disgrafia adalah kesulitan berekspresi dalam bentuk
tulisan, termasuk kesulitan dalam membuat tulisan tangan, mengeja, dan
mengorganisasikan pikiran.
Diskalkulia adalah kesulitan dalam memelajari
konsep-konsep matematika mendasar, (misal jumlah, nilai, dan waktu),
menghapal angka (misal tanggal), mengorganisasikan angka, dan memahami
sistem penomoran.
Gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit/hyperactivity disorder (ADHD) dahulu
dianggap sebagai salah satu bentuk gangguan belajar. Saat ini anggapan
tersebut sudah ditinggalkan. Walaupun anak GPPH sulit duduk diam di
kelas, sebagian besar dapat belajar secara normal terutama bila GPPH
sudah mendapat terapi yang memadai.
Apabila anak mengalami gejala-gejala gangguan belajar, baik
dikeluhkan oleh anak sendiri maupun oleh gurun, segeralah mencari
bantuan profesional, baik itu dokter spesialis anak, psikolog, atau
psikiater anak. Beberapa sekolah memiliki psikolog sekolah yang bisa
mengevaluasi anak. Diagnosis dini penting agar anak cepat mendapat
penanganan dan terbebas dari cap negatif seperti “bodoh,” “malas,” atau
“nakal.”
parentsindonesia
Berbagi
Komentar