Hal
pertama yang harus kita lakukan sebagai orang tua, agar tidak ikut
membandingkan anak kita dengan anak lain atau standar tertentu, adalah
menyadari bahwa setiap anak unik. Perkembangan setiap anak berbeda-beda.
Ini disebabkan karena bakat,minat, dan kekuatan mereka berbeda-beda
pula. “Yang penting orang tua tahu dulu, bahwa membandingkan anak lebih
banyak dampak negatifnya daripada positifnya,”. Dengan menyadari efek
negatifnya, orang tua harus belajar mengerem komentarnya pada anak dan
berlatih dalam keseharian untuk mengubah perilaku. Beberapa cara ini
bisa membantu:
1. Hargai kekuatan anak Anda.
Melihatnya
dari sisi terlemah dan membandingkannya dengan anak lain membuat mata
Anda tertutup dari kemahiran dan kekuatannya di sisi lain. Saya begitu
mengkhawatirkan Kayla yang belum bisa berjalan di usia satu tahun tiga
bulan, sehingga lupa bahwa ia sudah bisa berbicara dengan cukup jelas
pada usia 10 bulan. Sementara itu, jika Anda melihatnya dari sisi
positif, sebaiknya jangan dibandingkan dengan anak lain. Cukup katakan,
“Wah, hebat! Kamu sudah bisa mandi sendiri”. Dengan demikian, dia
belajar bahwa Anda mencintai dia apa adanya, bukan karena dia lebih
hebat dari sepupunya.
2. Gali terus kelebihannya.
Nina
memiliki dua anak yang karakternya jauh berbeda. Untuk lebih fokus pada
kelebihan setiap anak, suatu hari ia mengadakan ‘permainan’ menyebutkan
kelebihan setiap anggota keluarga. “Masing-masing orang, termasuk saya
dan suami, bergiliran menyebutkan kelebihan setiap anggota keluarga
lainnya. Misalnya, saya harus menyebutkan kelebihan suami, anak yang tua
dan anak yang kecil. Kami melakukannya dengan gembira sambil bercanda”.
Dengan demikian, Anda bisa mengetahui kelebihan anak-anak, yang selama
ini mungkin luput dari perhatian Anda. Permainan ini bisa Anda lakukan
pada anak-anak yang sudah lebih besar, misalnya SD ke atas.
3. Bandingkan dengan perilakunya sendiri.
Saat
Anda ingin si kecil merapikan tempat tidurnya seperti yang dilakukan
kakaknya, jangan katakan, “Kamu tidak seperti kakakmu yang rajin
membereskan kamar”. Tapi, coba katakan, “Ayo, kemarin kamu sudah bisa,
kok, membereskan tempat tidur. Hari ini juga pasti bisa”. Saat Sinta
pada kesempatan lain menemani anaknya ke pesta ulang tahun, ia berkata,
“Kemarin anak Mama sudah berani nonton ondel-ondel. Sekarang pasti lebih
berani lagi, bisa berfoto dengan badut”. Walau masih harus ditemani,
Naomi akhirnya mau berfoto dengan badut.
sumber : http://www.parenting.co.id/
Berbagi
Komentar