APA KATA MEREKA TENTANG KAMI

Testimoni
Pak Rahmat
Alumni

Kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada guru dan seluruh staff Bina Amal 03 yang sudah mendidik anak kami, baik saat di playgroup sampai di TK sekarang ini. Saya merasa bahwa kesabaran dan ketelatenan ibu-ibu guru di Bina Amal 03 bisa membimbing dan mendidik anak saya menjadi anak yang sholih, berbakti pada orang tua. Dan karena kesabaran, ketelatenan, serta pendekatan yang terus-menerus membuat anak kami yang awalnya dulu tidak mau bersekolah bahkan takut ke sekolah, sekarang sudah merasa enjoy dan happy bersekolah, bahkan jika diminta libur sekolah tidak mau. Hal yang tidak kalah penting di TKIT Bina Amal 03 mengutamakan pendidikan karakter ke anak, hal ini sangat bagus karena pendidikan karakter memang harus diterapkan sejak usia dini.

Testimoni
Pak Joko
Alumni

Kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada guru dan seluruh staff Bina Amal 03 yang sudah mendidik anak kami, baik saat di playgroup sampai di TK sekarang ini. Saya merasa bahwa kesabaran dan ketelatenan ibu-ibu guru di Bina Amal 03 bisa membimbing dan mendidik anak saya menjadi anak yang sholih, berbakti pada orang tua. Dan karena kesabaran, ketelatenan, serta pendekatan yang terus-menerus membuat anak kami yang awalnya dulu tidak mau bersekolah bahkan takut ke sekolah, sekarang sudah merasa enjoy dan happy bersekolah, bahkan jika diminta libur sekolah tidak mau. Hal yang tidak kalah penting di TKIT Bina Amal 03 mengutamakan pendidikan karakter ke anak, hal ini sangat bagus karena pendidikan karakter memang harus diterapkan sejak usia dini.

Testimoni
Pak Bambang
Alumni

Kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada guru dan seluruh staff Bina Amal 03 yang sudah mendidik anak kami, baik saat di playgroup sampai di TK sekarang ini. Saya merasa bahwa kesabaran dan ketelatenan ibu-ibu guru di Bina Amal 03 bisa membimbing dan mendidik anak saya menjadi anak yang sholih, berbakti pada orang tua. Dan karena kesabaran, ketelatenan, serta pendekatan yang terus-menerus membuat anak kami yang awalnya dulu tidak mau bersekolah bahkan takut ke sekolah, sekarang sudah merasa enjoy dan happy bersekolah, bahkan jika diminta libur sekolah tidak mau. Hal yang tidak kalah penting di TKIT Bina Amal 03 mengutamakan pendidikan karakter ke anak, hal ini sangat bagus karena pendidikan karakter memang harus diterapkan sejak usia dini.

Featured Posts

Featured Posts

Arsip

Error 404

Sorry! The content you were looking for does not exist or changed its url.

Please check if the url is written correctly or try using our search form.
Ekstrakurikuler

Sarana pengembangan bakat minat yang mewadahi kegiatan anak. Ada banyak pilihan Ekstra kurikuler, diantaranya : Akademik : Matematika, IPS, Fisika, Biologi, Desain Grafis, English Club, Arabic Club Kewiraan : Pramuka, PMR, Paskibra Seni : Teater, Nasyid, Cerpen, Kaligrafi, Qiroah, Rebana, Sinematografi Olah Raga : Basket, Futsal, Voli, Badminton, Beladiri, Panahan

Selengkapnya
Puncak Tema

PUNCAK TEMA Puncak Tema adalah kegiatan untuk memberikan kebermaknaan pembahasan tema, maka pada setiap akhir tema perlu dikokohkan dengan puncak tema.. Kegiatan puncak tema bersifat menggembirakan, penguatan sikap, pengetahuan, keterampilan yang melibatkan berbagai pihak terutama orang tua/keluarga. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan cara : Berdiskusi dengan anak tentang pengalaman yang berkaitan dengan tema yang sudah digunakan. Mengajak anak untuk menceritakan kembali hasil karya selama penggunaan tema kepada teman, orang tua dan atau keluarga. Kunjungan lapangan dalam rangka penguatan kompetensi yang sudah dimiliki anak. Mengundang orang tua untuk kegiatan bersama yang berkaitan dengan tema. Membuat setting lingkungan sesuai dengan tema TRANSISI ANTAR TEMA Setelah mengakhiri tema guru harus dapat mengkaitkan tema sebelum dan tema yang akan digunakan selanjutnya untuk membangun minat dan ketertarikan anak dalam memasuki kegiatan main di tema berikutnya. Proses ini disebut transisi antar tema. Transisi antar tema yang dilakukan dengan berbagai cara antara lain: Diskusi tentang pengalaman anak terkait tema lama Berkunjung ke suatu tempat yang terkait dengan tema baru Membacakan cerita yang terkait dengan tema baru Berdiskusi sesuai dengan pengalaman anak yang terkait dengan tema baru Mengundang narasumber yang memiliki keahlian/pengetahuan terkait dengan tema baru

Selengkapnya
Takhasus Al Quran

Adalah program menghapal Al Quran 30 Juz. Program ini diawali dengan tahsin, yaitu mengeluarkan setiap huruf-huruf al Quran dari tempat keluarnya dengan memberikan hak dan mustahaknya.” Atau dengan kata lain menyempurnakan semua hal yang berkaitan dengan kesempurnaan pengucapan huruf-huruf al Quran dari aspek sifat-sifatnya yang senantiasa melekat padanya dan menyempurnakan pengucapan hukum hubungan antara satu huruf dengan yang lainnya seperti idzhar, idgham, ikhfa dan sebagainya. Dengan kata lain adalah memperbaiki bacaan santri agar sesuai dengan kaidah yang berlaku. Adapun metode menghafal yang di terapkan menganut prinsip “Penambahan” (Ziadah) dan “Pengulangan” (Murojaah). Cara menghafalkan santri dalam satu hari harus mengajukan tambahan hafalan pada pagi dan malam hari serta mengulang kembali hafalan pada sore hari. Santri dibagi menjadi kelompok-kelompok/halaqoh hafalan yang dipimpin oleh satu ustadz pembimbing. Setiap ustadz pembimbing bertanggungjawab mengawasi dan mengoreksi kualitas bacaan santri

Selengkapnya
Pendidikan Karakter

Penanaman nilai-nilai karakter merupakan hal penting yang harus ditanamkan pada siswa dari jenjang sekolah rendah hingga perguruan tinggi. Religius adalah salah satu unsur utama dalam pendidikan karakter. Bina Amal adalah salah satu sekolah yang telah lama mengimplementasikan nilai-nilai agama Islam pada diri siswa. Model penanaman Pendidikan karakter pada siswa di Sekolah Islam Terpadu Bina Amal Semarang meliputi dua ruang, yakni ruang dalam sekolah dan ruang luar sekolah. Di dalam sekolah, model yang diterapkan meliput i; (1) Pembiasaan adab harian di sekolah, (2) pembiasaan berpakaian Islam syar’I baik siswa maupun guru, (3) pembiasaan pelafalan kalam Islami sebelum pelajaran, (4) Pembiasaan pergaulan Islami, (5) Menempatkan pelajaran Quran sebelum matapelajaran umum, (6) program salat berjamaah, (7) program makan siang bersama, dan (8) peka ananda.

Selengkapnya
Logo
Slide 2
Slide 1

Slider

4-latest-1110px-slider

Comments

4-comments

[Yayasan][horizontal][animated][7]

Recent Post [simple][recent][10]

Bina Amal Semarang


Yayasan Bina Amal

Populer

Agar Anak Rajin Shalat

Solat Jamaah saat acara malam bina iman taqwa di Bina Amal Diriwayatkan, Umar bin Khattab setiap kali membangunkan anaknya untuk shalat beliau membaca ayat dalam surah Thaha yang artinya, “Dan, perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan, akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. (QS Thaha : 132). Rupanya, ayat ini yang mendasari motivasi Amirul Mukminin Umar bin Khattab sehingga tak pernah merasa lelah dalam menegakkan shalat dalam rumah tangganya. Setidaknya, ada empat pelajaran berharga yang dipetik dari ayat di atas. Pertama. Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah ( berislam). Maknanya setiap anak pada hakikatnya berpotensi senang shalat dan merasa membutuhkan shalat. Orang tuanyalah yang dengan atau tanpa sadar telah memalingkan fitrah anaknya selama ini. Penghasilan dan makanan yang haram atau bercampur yang haram, to...

Siswa PAUD IT Bina Amal Bermain ke Toko Bunga dan Tanaman

Siswa siswi KBIT - TKIT Bina Amal melakukan kunjungan ke toko bunga dan tanaman dalam rangka puncak tema bunga, Kamis, 4 Oktober 2018.   Di sana, mereka melihat dan mengenal bunga - bunga yang ada. Seru sekali kegiatan puncak tema bunga kali ini...   Siswa siswi dapat melihat secara langsung bunga - bunga yang cantik dan warna warni.

Agar Anak Selalu Optimis

Anak yang optimis adalah anak yang percaya diri. Dia akan selalu percaya bahwa yang dia lakukan adalah baik. Dia tidak takut untuk mencoba. Bila melakukan kesalahan, dia tidak akan larut dalam perasaan bersalah. Bila mengalami kegagalan, dia tidak akan ngembek, dan akan terus mencoba  untuk mencapai keberhasilan.  Menjadi pribadi yang optimis tentu tidaklah mudah. Membutuhkan peran serta aktif dari orang tua. Bagaimana caranya? 1.Pujian dan Penghargaan Bila anak melakukan hal yang baik, jangan jual mahal kata-kata pujian. Meskipun yang telah dilakukan anak adalah hal  sepele menurut kita, namun bagi anak-anak itu bisa jadi sesuatu yang luar biasa. Misalnya, pada saat anak selesai bermain. Lalu anak kita mengembalikan mainan yang selesai dia mainkan ke dalam kotak mainan. Pujilah buah hati kita. Buatlah dia merasa bila apa yang dia lakukan sangatlah baik dan harus terus dilakukan. Tidak perlu kata-kata yang panjang. Cukup dengan tersenyum lalu katakana,”Wah…keren…...

Lima Hal Positif Yang Perlu Ditanamkan Dalam Diri Kid Jaman Now

Kids Zaman Now begitu viral di dunia nyata maupun di dunia maya. Istilah yang begitu mudah di dengar dan ditirukan banyak orang. Apa sih sebenarnya arti Zaman Now itu sendiri? Jaman dalam istilah umum berarti masa / waktu dan Now dari bahasa inggris yang artinya sekarang atau kekinian. Pertanyaannya adalah mengapa tidak memakai istilah anak jaman sekarang saja atau anak kekinian? Saya fikir ini ini bukan masalah istilah biar keren dengan menggunakan bahasa inggris akan tetapi pemakaian istilah ini merujuk kepada Kids Zaman Now sangat lekat dengan dunia digital dan media sosial. Hal inilah yang membedakan masa muda kita dengan anak-anak yang lahir tahun 2000an.  Perkembangan teknologi dan tidak diimbangi dengan kesiapan mental para user akan menimbulkan efek samping yang membahayan. Berikut akan saya sampaikan beberapa fakta sederhana tetapi kalau dibiarkan akan menjadi Petaka Sosial. Pada masa 90an sampai masuk tahun 2000 generasi waktu itu belum terlalu disibukkan dengan “G...

Cara Mendidik Anak Aktif Menjadi Kreatif

Anak yang aktif kadang menggemaskan. Ada saja polah tingkah mereka yang bisa membuat kita tersenyum. Namun bila terlalu dibiarkan akan semakin menjadi. Dan bila kita memberlakukan pola asuh yang salah, bisa jadi anak aktif tersebut mengarah pada anak “bandel” . Lagu bagaimana untuk mengatasi atau mendidik anak aktif ini? Salah satunya adalah mengubah mereka menjadi anak yang kreatif . Bagaimana caranya? Ikuti tips-tips di bawah ini: 1. Jangan membatasi anak dengan banyak larangan Anak yang aktif adalah anak yang suka bergerak. Itu sudah menjadi sifat dari sang anak. Bila kita terlalu banyak memberikan ini dan itu, tentu dia akan merasa ada semacam kerangkeng yang membelenggu tubuhnya. Mungkin ada saatnya dia akan menuruti aturan tersebut. Namun bila ada hal-hal yang membuatnya kecewa, dia bisa berubah menjadi anak yang tidak mau tahu aturan, dan seakan-akan dia akan tumbuh menjadi anak yang pemberontak. Anak yang aktif biasanya butuh….. 2. Pengarahan ya...

Panduan Mudah Belajar

J am sudah menunjukkan lewat waktu tidur dan si kecil yang berusia 6 tahun menangis karena belum bisa mengingat kata-kata ejaannya. Beberapa jam sebelumnya, Anda memintanya untuk menyelesaikan pekerjaan rumah. Kini, Anda menyuruhnya menutup buku dan tidur. Dia terlalu lelah, sangat tidak siap, dan cemas. Jangan putus asa. Si kecil baru saja memulai hubungan jangka panjang dengan belajar, dan Anda juga terlibat di dalamnya. Jika melihatnya sebagai suatu proses pengenalan pada kebiasaan positif, Anda akan segera menemukan jalan untuk sesi mengerjakan tugas yang produktif, tenang, dan menyenangkan. Ajarkan Konsistensi Hindari pengacau jadwal belajar, misalnya bermain sepulang sekolah. Anak harus mencoba mengerjakan tugasnya di waktu yang sama setiap hari. “Tanpa rutinitas,  tugas akan sangat mudah untuk ditunda,” ujar Jeanne Shay Schumm, PhD, penulis How to Help Your Chilc With Homework . Untuk mencari waktu yang optimal, pertimbangkan juga jadwal keluarga dan temp...

Pesona Edu Hadir untuk Bina Amal

Rabu 23 Oktober 2019, pukul 08.00 siswa SD IT Bina Amal 02 berkunjung ke SMP IT Bina Amal. Mereka dikenalkan dengan pembelajaran digital melalui Pesona Edu. Pesona Edu merupakan software edukasi dengan beberapa produk unggulan kami meliputi konten pengayaan interaktif, buku digital interaktif dan software latihan soal digital. Pesona Edu termasuk software yang mengisi ruang layar menu tablet di Samsung Smart Learning Center (SSLC). Secara bergiliran siswa SD IT Bina Amal 02 bergantian menuju ke SSLC SMP IT Bina Amal. Untuk yang mendapat giliran pertama masuk ke ruang SSLC adalah siswa putri. Sementara siswa putri belajar di SSLC, siswa putra berkeliling melihat komplek kampus SMIT Bina Amal dan menyaksikan video Profil SMP IT Bina Amal. Kegiatan pembelajaran digital dibimbing oleh Ibu Ani Wahyuni S.Pd. selaku guru Ilmu Pengetahuan Alam SMP IT Bina Amal. Siswa sangat senang dalam melaksanakan pembelajaran digital karena seolah mereka sedang bermain dengan ponsel layar sentuh. ...

Kandungan Bahan Makanan dalam Permen Kenyal

Anak senang makan permen kenyal/chewy, karena rasanya yang manis dan tekstur yang kenyal. Tapi, apa saja komposisi bahan makan dalam camilan ini?   Tak ada salahnya Mama kenali bahan dan nutrisi yang terkandung dalam permen favorit anak ini. * Bahan Penstabil (Gelatin Sapi) Sama seperti pada produk biskuit, bahan penstabil (stabilizer) adalah BTP yang berfungsi untuk menstabilkan sistem dispersi agar campuran ingredient menjadi homogen. Untuk produk permen kenyal yang biasa digunakan memang jenis gelatin. Fungsi lain gelatin adalah sebagai bahan pembentuk gel atau pembentuk tekstur. * Humektan Merupakan BTP yang digunakan untuk mempertahankan kelembaban produk pangan. Bahan yang sering digunakan sebagai humektan untuk permen adalah sorbitol dan xilitol yang juga mampu memperbaiki cita rasa kunyah untuk  permen chewy. * Pengatur Keasaman (asam sitrat, asam laktat) Fungsi sama dengan pada produk chips dan biskuit * Perisa Buah-Buahan Merupakan jenis BTP flavouring yang...

Pentingnya Membangun Komunikasi dengan Anak untuk menjadi Generasi Juara

Psikolog Nurina, S.Psi., CHA., CGA SD IT Bina Amal Semarang mengadakan Seminar Smart Parenting dengan tema " Pentingnya Membangun Komunikasi dengan Anak untuk menjadi Generasi Juara bersama psikolog Nurina, S.Psi., CHA., CGA. Seminar diadakan pada Sabtu, 24 September 2016 dengan peserta merupakan wali murid siswa, khususnya kelas 1 dan kelas 2. Secara umum, seminar berlangsung dengan lancar. Di awali dengan tilawah dari siswa kelas 1 dan kelas 2. Kemudian ada persembahan gerak dan lagu dari siswa kelas 2 serta pembacaan puisi. Penampilan Gerak dan Lagu Siswa Kelas 2 Acara kemudian dilanjutkan penyampaian materi dan diskusi. Alhamdulillah orang tua juga aktif berpatisipasi dalam tanya jawab. Diharapkan dari seminar ini, orang tua memiliki gambaran dan wawasan terkait pentingnya membangun komunikasi dengan anak. Diawali dengan mengenal gaya belajar anak. Dengan mengenal gaya belajar anak, maka di harapkan orang tua lebih mudah dalam membimbing dan menggali poten...

Batasi Garam Untuk Anak

Sekitar 43 persen garam yang diasup si kecil berasal dari 10 jenis makanan yang paling sering mereka makan, di antaranya: Pizza, roti, daging, camilan gurih, roti isi, keju, nugget, sup, dan sebagainya. Beberapa dari makanan di atas sebenarnya tidak berasa asin, tapi sebenarnya mengandung sodium cukup tinggi. Hal ini karena kebanyakan sodium sudah ada dalam makanan, bahkan sebelum makanan tersebut diproses. Seperti halnya orang dewasa, konsumsi garam yang berlebihan pada anak-anak juga bisa mendatangkan masalah pada kesehatan. Salah satunya adalah tekanan darah tinggi. "Satu dari enam anak di Amerika mengalami darah tinggi yang bisa menyebabkan hipertensi di usia dewasa," kata Ileana Arias dari pusat pengendalian dan pencegahan penyakit AS (CDC). Lebih lanjut dikatakan Ileana, menurut hasil sebuah survei yang dilakukan di Amerika Serikat, rata-rata anak berusia 6-18 tahun di sana mengasup 3.300 miligram sodium perhari, belum termasuk garam yang ditambahkan di meja. Jumla...

TENTANG BINA AMAL

Yayasan Wakaf Bina Amal adalah Lembaga dakwah yang menjadi bagian integral dari dakwah ummat, untuk dapat memberikan kontribusi positif kepada bangsa dan negara, terutama dalam melahirkan SDM berkualitas yaitu generasi mandiri yang memiliki karakter robbaniyah. Fokus utama Yayasan Wakaf Bina Amal adalah Bidang Pendidikan.

Alhamdulillah, berkat rahmat Allah SWT, Yayasan Wakaf Bina Amal yang didirikan sejak tahun 2001, beralamat di Jalan Kyai Saleh no.8 Mugasari Semarang Selatan, memiliki banyak unit Pendidikan yaitu kampus 1 ( PAUDIT dan SDIT Bina Amal), kampus 2 (SMPIT dan SMAIT Bina Amal yang menggunakan sistem pembelajaran Boarding scholl/asrama dalam Pondok Pesantren Tahfidz Bina Amal) ) , kampus 3 (TKIT dan SDIT Bina Amal 02) dan kampus 4 (PAUDIT Bina Amal 03).

Bina Amal menjawab kebutuhan masyarakat yang mencari Pendidikan terbaik buat putra putrinya yang berkesinambungan dari jenjang PAUD hingga SMA. Dengan tenaga pengajar yang sebagian besar terdiri dari generasi muda yang memiliki semangat untuk terus belajar terlebih menghadapi tantangan revolusi industri 4.0 dan society 5.0, maka Bina Amal siap menjadi bagian dalam pelopor perubahan dan pembangun peradaban bangsa Indonesia.

TENTANG BINA AMAL

Bina Amal Semarang


Yayasan Bina Amal

PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU

LEMBAGA PENDIDIK ISLAM TERPADU BINA AMAL TAHUN AJARAN 2023/2024

Trending now

Penguatan Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak di Era Digital

Anak adalah Peniru Ulung. Sikap mereka di sekolah, di lingkungan dan masyarakat adalah cerminan bagaimana kehidupan mereka di rumah, yang tentu tidak terlepas dari didikan orang tuanya. Rumah merupakan madrasah (sekolah) pertama bagi tumbuh kembang anak dan orang tua adalah guru utama bagi tahun-tahun pertama kehidupan mereka. Disebabkan karena usia dini adalah usia meniru, maka orang tua adalah model bagi anaknya. Oleh karena itu, keluarga menjadi ujung tombak dalam perkembangan sosio-emosinya.

Setiap orang tua, memiiki gaya dan cara mendidik yang berbeda-beda. Dan tentunya gaya-gaya tersebut akan berpengaruh dalam perkembangan anak. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan kasih sayang kepada mereka adalah tidak berlebihan dan tidak pula kurang. Berikan pelayanan dan kasih sayang secara proporsional. Ada masanya kapan seorang orang tua harus bersikap tegas dan kapan bersikap lemah lembut kepada anak. Apapun masalahnya, usahakan semampunya untuk tidak memarahi anak melampaui batas kewajaran; seperti mengumpat, menghardik dengan celaan terkutuk, apalagi sampai berlaku kasar, dan memukul anak hingga meninggalkan luka lebam di tubuhnya.

Marah bukanlah satu-satunya solusi dalam mendidik anak ketika bersalah. Selain menimbulkan efek negatif bagi perkembangan sosio-emosional dan mental anak, marah juga merupakan sifat yang sangat dilarang oleh teladan ummat akhir zaman, Rasululullah s.a.w dalam sebuah hadits, beliau bersabda, “Laa taghdlob walakal jannah” yang artinya Jangan marah, bagimu Surga (H.R. Ath Thabrani). Pendidikan keluarga yang baik adalah: pendidikan yang memberikan dorongan kuat kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan agama. Oleh karena itu ada beberapa aspek pendidikan yang sangat penting untuk diberikan dan diperhatikan orang tua, diantaranya:

Pendidikan Akidah

Pendidikan islam dalam keluarga harus memperhatikan pendidikan akidah islamiyah, dimana akidah itu merupakan inti dari dasar keimanan seseorang yang harus ditanamkan kepada anak sejak dini. Sejalan dengan firman Allah yang artinya:
Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran padanya: Hai anakku janganlah kamu mempersekutukan Alloh benar-benar merupakan kedlaliman yang besar,(Q.S. Luqman:13).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa akidah harus ditanamkan kepada anak yang merupakan dasar pedoman hidup seorang muslim.

Pendidikan Ibadah

Aspek pendidikan ibadah ini khususnya pendidikan shalat disebutkan dalam firman Allah yang artinya:
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia untuk mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu, sesungguhnya hal yang demikian itu termasuk diwajibkan oleh Alloh, (QS. Luqman:17).

Pendidikan dan pengajaran Al Quran serta pokok-pokok ajaran islam yang lain telah disebutkan dalam Hadis yang artinya: Sebaik-baik dari kamu sekalian adalah orang yang belajar al-Quran dan kemudian mengajarkannya, (HR. Bukhari dan Muslim).

Penanaman pendidikan ini harus disertai contoh konkret yang masuk pemikiran anak, sehingga penghayatan mereka didasari dengan kesadaran rasional. Dengan demikian anak sedini mungkin sudah harus diajarkan mengenai baca dan tulis kelak menjadi generasi Qurani yang tangguh dalam menghadapi zaman.

Pendidikan Akhlakul Karimah

Orang tua mempunyai kewajiban untuk menanamkan akhlakul karimah pada anak-anaknya, dan pendidikan akhlakul karimah sangat penting untuk diberikan oleh orang tua kepada anak-anknya dalam keluarga, sebagai firman Alloh yang artinya.
Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakanlah suaramu dan sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara himar, QS.Luqman:19 )

Dari ayat ini telah menunjukkan dan menjelaskan bahwa tekanan pendidikan keluarga dalam islam adalah pendidikan akhlak, dengan jalan melatih anak membiasakan hal-hal yang baik, menghormati orang tua, bertingkah laku sopan baik dalam berperilaku keseharian maupun dalam bertutur kata.

Aqidah yang lurus, Ibadah yang benar dan pekerti yang luhur, adalah komponen dasar membangun generasi penuh berkah, generasi madaniy yang kelak dewasanya akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, teguh dalam kebenaran dan tak gentar dalam menentang kebathilan. Umar bin Khatab, seorang bijak yang hidup di abad ke 7 masehi, memberikan pernyataan yang sangat terkenal: Didiklah anak-anakmu sesuai zamannya, karena mereka akan hidup pada zaman yang berbeda dengan zamanmu. Suatu pernyataan yang seolah sangat sederhana, tetapi memiliki aplikasi yang cukup rumit di dalam pelaksanaannya. Jangankan kita membandingkan dengan kondisi sekitar 14 abad yang lampau, dengan 40-50 tahun yang lampau saja dengan kondisi di Indonesia saat ini, tantangan di dalam membesarkan dan mendidik anak-anak sangatlah berbeda.

Ali Bin Abi Thalib r.a khalifah ke 4 setelah zaman kenabian, memberikan nasehat dalam pendidikan anak berdasarkan tahap usia perkembangannya :

Anak di usia 7 tahun pertama.

Tujuh tahun pertama merupakan fase golden age (usia emas) setiap anak. Dimana pada usia ini, satu-satunya otak yang baru berkembang sempurna adalah otak reptil yang juga dimiliki oleh hewan. Karakterisktik dari otak reptile ini adalah kemampuan pertahanan diri anak dari ransangan. Hasil sebuah penelitian mengatakan bahwa sekitar 50% kapabilitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi pada usia 4 tahun, 80% telah terjadi pada usia 8 tahun, dan mencapai titik tertinggi pada usia 18 tahun (Direktorat PAUD, 2004).

Pada usia emas ini adalah usia dimana anak hiperaktif dengan tingkat emosional yang sangat tinggi dan tidak terkendali. Kemampuan meniru dan menyerap setiap yang disaksikan anak terjadi pada usia ini. Maka dari itu, hindari pertengkaran orang tua di hadapan anak usia emas ini dan hal-hal negatif lainnya seperti; berbohong, mencela, mengumpat, berbuat kekerasan, berkata-kata kotor, dsb. Karena akan berdampak buruk pada pertumbuhan emosional anak, yaitu tumbuh dengan penuh kecurigaan.

Anak di usia 7 tahun kedua.

Khalifah Ali bin Abi Thalib mengingatkan, anak pada usia ini hendaklah di didik layaknya tawanan perang; penjagaan penuh, dengan segala ketegasan dan komitmen yang tinggi dalam menerapkan segala peraturan. Rasululllah s.a.w juga menganjurkan kepada kita dalam sabdanya, untuk memerintahkan anak untuk mengerjakan shalat yang apabila pada usia 10 tahun masih meninggalkan shalat, hendaklah dipukul (dengan pukulan yang mendidik) agar menimbukan efek jera pada mereka.

Pada usia ini, anak mulai dapat membedakan mana yang baik dan buruk. Dianjurkan kepada orang tua untuk membiasakan anak dengan kegiatan-kegiatan kemandirian, memberi hukuman jika bersalah dan memberi reward jika melakukan hal-hal yang prestatif. Hindari mendidik anak dengan menjanjikan reward apabila mau melakukan hal-hal yang kita perintahkan. Sebab, hal demikian hanya akan mendidik anak menjadi pribadi yang pamrih, hanya akan mau melakukan suatu perbuatan jika ada imbalan.

Hal yang perlu ditonjolkan pada usia 7 tahun kedua ini adalah penyadaran penuh kepada anak bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Memberi Balasan yang berlipat-lipat atas setiap baik-buruknya perbuatan kita.

Anak di usia 7 tahun ketiga.

Menjadikan anak layaknya sahabat, merupakan salah satu nasehat Ali bin Abi Thalib terhadap anak diusia 7 tahun ketiga ini. Sebab diusia 15-21 tahun ini adalah usia dimana anak masih dalam masa pencarian jati dirinya, labilitas tingkat tinggi, maka yang paling dan sangat dibutuhkan oleh mereka adalah orang-orang yang dapat memahami perasaan mereka, yang dapat memberikan solusi setiap permasalahan yang sedang mereka alami.

Pada usia remaja menuju dewasa ini anak-anak cenderung mencari kenyamanan itu pada lawan jenis. Kerap kali, posisi orang tua menjadi tergantikan karena kehadiran orang ketiga dalam kehidupan anak-anak. Meski raganya bersama orang tua, tetapi hati dan fikirannya sudah tidak lagi berada dalam kebersamaan didalam keluarga.

Usia remaja adalah usia yang membuat anak-anak terobsesi mengikuti setiap fantasi yang ada didalam fikiran mereka. Terutama bagi remaja diera digital, tontonan acapkali menjadi tuntunan; meniru dan mecomplak setiap tokoh yang diidolakan. Mereka mulai silau dengan fana dan fatamorgana. Kebahagiaan dan kesenangan selalu menjadi keniscayaan. Bahkan tidak sedikit remaja kekinian lupa dengan cita-cita yang dulu mereka gadang-gadangkan dimasa kanak-kanaknya. Terlebih diera digital ini, kejahatan media terhadap anak semakin tak kenal ampun. Fakta membuktikan, semua teori perkembangan seks pada anak, tumbang seiring perkembangan teknologi.

Maka, sudah seharusnya para orang tua menjadi sahabat bagi anak-anaknya diusia 7 tahun ketiga ini. Jangan biarkan masa remaja anak-anak kita rusak diperbudak modernisasi dan budaya kebarat-baratan. Remaja yang rusak adalah kegagalan penanaman aqidah dan akhlakul karimah diusia emas dan masa tawanan perang. Tegas tidak harus keras. Tetapi tegas, harus tegaan. Maksimalkan pendidikan anak di setiap fase perkembangannya, sebelum mereka tumbuh menjadi pribadi yang gagal dan kehilangan masa depannya.

Pakar psikologi anak mengamati, realitas anak dan remaja di era digital ini cenderung mudah bosan, stress berkepanjangan, selalu merasa kesepian meski di keramaian, takut dimarahi dan mudah lelah. Semua jenis layar, membuat otak dan mata anak menjadi fokus. Bukan fokus aktif, melainkan fokus pasif. Sehingga, anak tidak lagi aware dengan lingkungan. Maka dari itu, perlu rasanya digalakkan durasi sehat digital; 15-20 menit bagi anak usia 3-5 tahun, 60 menit bagi anak rentang usia 6-7 tahun, dan 2 jam saja bagi anak usia diatas 7 tahun, tentu tidak dengan memberikan keseluruhan waktu itu untuk mereka menikmati gadget-nya, melainkan diselingi dengan aktfitas produktif mereka.

Beberapa solusi yang saya rasa dapat sedikit membantu permasalahan orang tua dalam mendidik anak diera digital ini terutama pendidikan di dalam keluarga yaitu; 1. Menjalankan fungsi dan tatanan keluarga dengan baik (yaitu kerjasama antara Ayah dan Bunda), 2. Membuat kesepakatan dengan anak, me-manage aktivitas harian mereka mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, tanpa mengekang hak bermainnya termasuk menikmati suguhan gadget mereka. Hal yang terpenting adalah, hindari menggunakan gadget saat bersama anak, karena hal itu akan membuat anak meniru prilaku buruk orang tua tersebut; 3. Ciptakan kebersamaan dengan anak sebaik mungkin (tanpa gangguan gadget), untuk melatih anak agar mereka selalu terbuka pada orang tua dan tidak mencari tempat curhat lain selain orang tuanya; 4. Usahakan 30 menit dalam 24 jam yang kita punya, untuk mengevaluasi aktivitas hariannya, berdialog mendengarkan curahan hati dan perasaan mereka. Meski tidak dapat memberi solusi, setidaknya jadilah orang tua yang bersahabat, yang selalu membuat anak merasa nyaman dan terbuka dengan kita.

Sumber : www.dakwatuna.com

Popular Posts

Dwi Prastyo
Dwi Prastyo
Online
Halo 👋
Ada yang bisa dibantu?

Penguatan Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak di Era Digital

Anak adalah Peniru Ulung. Sikap mereka di sekolah, di lingkungan dan masyarakat adalah cerminan bagaimana kehidupan mereka di rumah, yang tentu tidak terlepas dari didikan orang tuanya. Rumah merupakan madrasah (sekolah) pertama bagi tumbuh kembang anak dan orang tua adalah guru utama bagi tahun-tahun pertama kehidupan mereka. Disebabkan karena usia dini adalah usia meniru, maka orang tua adalah model bagi anaknya. Oleh karena itu, keluarga menjadi ujung tombak dalam perkembangan sosio-emosinya.

Setiap orang tua, memiiki gaya dan cara mendidik yang berbeda-beda. Dan tentunya gaya-gaya tersebut akan berpengaruh dalam perkembangan anak. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan kasih sayang kepada mereka adalah tidak berlebihan dan tidak pula kurang. Berikan pelayanan dan kasih sayang secara proporsional. Ada masanya kapan seorang orang tua harus bersikap tegas dan kapan bersikap lemah lembut kepada anak. Apapun masalahnya, usahakan semampunya untuk tidak memarahi anak melampaui batas kewajaran; seperti mengumpat, menghardik dengan celaan terkutuk, apalagi sampai berlaku kasar, dan memukul anak hingga meninggalkan luka lebam di tubuhnya.

Marah bukanlah satu-satunya solusi dalam mendidik anak ketika bersalah. Selain menimbulkan efek negatif bagi perkembangan sosio-emosional dan mental anak, marah juga merupakan sifat yang sangat dilarang oleh teladan ummat akhir zaman, Rasululullah s.a.w dalam sebuah hadits, beliau bersabda, “Laa taghdlob walakal jannah” yang artinya Jangan marah, bagimu Surga (H.R. Ath Thabrani). Pendidikan keluarga yang baik adalah: pendidikan yang memberikan dorongan kuat kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan agama. Oleh karena itu ada beberapa aspek pendidikan yang sangat penting untuk diberikan dan diperhatikan orang tua, diantaranya:

Pendidikan Akidah

Pendidikan islam dalam keluarga harus memperhatikan pendidikan akidah islamiyah, dimana akidah itu merupakan inti dari dasar keimanan seseorang yang harus ditanamkan kepada anak sejak dini. Sejalan dengan firman Allah yang artinya:
Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran padanya: Hai anakku janganlah kamu mempersekutukan Alloh benar-benar merupakan kedlaliman yang besar,(Q.S. Luqman:13).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa akidah harus ditanamkan kepada anak yang merupakan dasar pedoman hidup seorang muslim.

Pendidikan Ibadah

Aspek pendidikan ibadah ini khususnya pendidikan shalat disebutkan dalam firman Allah yang artinya:
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia untuk mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu, sesungguhnya hal yang demikian itu termasuk diwajibkan oleh Alloh, (QS. Luqman:17).

Pendidikan dan pengajaran Al Quran serta pokok-pokok ajaran islam yang lain telah disebutkan dalam Hadis yang artinya: Sebaik-baik dari kamu sekalian adalah orang yang belajar al-Quran dan kemudian mengajarkannya, (HR. Bukhari dan Muslim).

Penanaman pendidikan ini harus disertai contoh konkret yang masuk pemikiran anak, sehingga penghayatan mereka didasari dengan kesadaran rasional. Dengan demikian anak sedini mungkin sudah harus diajarkan mengenai baca dan tulis kelak menjadi generasi Qurani yang tangguh dalam menghadapi zaman.

Pendidikan Akhlakul Karimah

Orang tua mempunyai kewajiban untuk menanamkan akhlakul karimah pada anak-anaknya, dan pendidikan akhlakul karimah sangat penting untuk diberikan oleh orang tua kepada anak-anknya dalam keluarga, sebagai firman Alloh yang artinya.
Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakanlah suaramu dan sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara himar, QS.Luqman:19 )

Dari ayat ini telah menunjukkan dan menjelaskan bahwa tekanan pendidikan keluarga dalam islam adalah pendidikan akhlak, dengan jalan melatih anak membiasakan hal-hal yang baik, menghormati orang tua, bertingkah laku sopan baik dalam berperilaku keseharian maupun dalam bertutur kata.

Aqidah yang lurus, Ibadah yang benar dan pekerti yang luhur, adalah komponen dasar membangun generasi penuh berkah, generasi madaniy yang kelak dewasanya akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, teguh dalam kebenaran dan tak gentar dalam menentang kebathilan. Umar bin Khatab, seorang bijak yang hidup di abad ke 7 masehi, memberikan pernyataan yang sangat terkenal: Didiklah anak-anakmu sesuai zamannya, karena mereka akan hidup pada zaman yang berbeda dengan zamanmu. Suatu pernyataan yang seolah sangat sederhana, tetapi memiliki aplikasi yang cukup rumit di dalam pelaksanaannya. Jangankan kita membandingkan dengan kondisi sekitar 14 abad yang lampau, dengan 40-50 tahun yang lampau saja dengan kondisi di Indonesia saat ini, tantangan di dalam membesarkan dan mendidik anak-anak sangatlah berbeda.

Ali Bin Abi Thalib r.a khalifah ke 4 setelah zaman kenabian, memberikan nasehat dalam pendidikan anak berdasarkan tahap usia perkembangannya :

Anak di usia 7 tahun pertama.

Tujuh tahun pertama merupakan fase golden age (usia emas) setiap anak. Dimana pada usia ini, satu-satunya otak yang baru berkembang sempurna adalah otak reptil yang juga dimiliki oleh hewan. Karakterisktik dari otak reptile ini adalah kemampuan pertahanan diri anak dari ransangan. Hasil sebuah penelitian mengatakan bahwa sekitar 50% kapabilitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi pada usia 4 tahun, 80% telah terjadi pada usia 8 tahun, dan mencapai titik tertinggi pada usia 18 tahun (Direktorat PAUD, 2004).

Pada usia emas ini adalah usia dimana anak hiperaktif dengan tingkat emosional yang sangat tinggi dan tidak terkendali. Kemampuan meniru dan menyerap setiap yang disaksikan anak terjadi pada usia ini. Maka dari itu, hindari pertengkaran orang tua di hadapan anak usia emas ini dan hal-hal negatif lainnya seperti; berbohong, mencela, mengumpat, berbuat kekerasan, berkata-kata kotor, dsb. Karena akan berdampak buruk pada pertumbuhan emosional anak, yaitu tumbuh dengan penuh kecurigaan.

Anak di usia 7 tahun kedua.

Khalifah Ali bin Abi Thalib mengingatkan, anak pada usia ini hendaklah di didik layaknya tawanan perang; penjagaan penuh, dengan segala ketegasan dan komitmen yang tinggi dalam menerapkan segala peraturan. Rasululllah s.a.w juga menganjurkan kepada kita dalam sabdanya, untuk memerintahkan anak untuk mengerjakan shalat yang apabila pada usia 10 tahun masih meninggalkan shalat, hendaklah dipukul (dengan pukulan yang mendidik) agar menimbukan efek jera pada mereka.

Pada usia ini, anak mulai dapat membedakan mana yang baik dan buruk. Dianjurkan kepada orang tua untuk membiasakan anak dengan kegiatan-kegiatan kemandirian, memberi hukuman jika bersalah dan memberi reward jika melakukan hal-hal yang prestatif. Hindari mendidik anak dengan menjanjikan reward apabila mau melakukan hal-hal yang kita perintahkan. Sebab, hal demikian hanya akan mendidik anak menjadi pribadi yang pamrih, hanya akan mau melakukan suatu perbuatan jika ada imbalan.

Hal yang perlu ditonjolkan pada usia 7 tahun kedua ini adalah penyadaran penuh kepada anak bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Memberi Balasan yang berlipat-lipat atas setiap baik-buruknya perbuatan kita.

Anak di usia 7 tahun ketiga.

Menjadikan anak layaknya sahabat, merupakan salah satu nasehat Ali bin Abi Thalib terhadap anak diusia 7 tahun ketiga ini. Sebab diusia 15-21 tahun ini adalah usia dimana anak masih dalam masa pencarian jati dirinya, labilitas tingkat tinggi, maka yang paling dan sangat dibutuhkan oleh mereka adalah orang-orang yang dapat memahami perasaan mereka, yang dapat memberikan solusi setiap permasalahan yang sedang mereka alami.

Pada usia remaja menuju dewasa ini anak-anak cenderung mencari kenyamanan itu pada lawan jenis. Kerap kali, posisi orang tua menjadi tergantikan karena kehadiran orang ketiga dalam kehidupan anak-anak. Meski raganya bersama orang tua, tetapi hati dan fikirannya sudah tidak lagi berada dalam kebersamaan didalam keluarga.

Usia remaja adalah usia yang membuat anak-anak terobsesi mengikuti setiap fantasi yang ada didalam fikiran mereka. Terutama bagi remaja diera digital, tontonan acapkali menjadi tuntunan; meniru dan mecomplak setiap tokoh yang diidolakan. Mereka mulai silau dengan fana dan fatamorgana. Kebahagiaan dan kesenangan selalu menjadi keniscayaan. Bahkan tidak sedikit remaja kekinian lupa dengan cita-cita yang dulu mereka gadang-gadangkan dimasa kanak-kanaknya. Terlebih diera digital ini, kejahatan media terhadap anak semakin tak kenal ampun. Fakta membuktikan, semua teori perkembangan seks pada anak, tumbang seiring perkembangan teknologi.

Maka, sudah seharusnya para orang tua menjadi sahabat bagi anak-anaknya diusia 7 tahun ketiga ini. Jangan biarkan masa remaja anak-anak kita rusak diperbudak modernisasi dan budaya kebarat-baratan. Remaja yang rusak adalah kegagalan penanaman aqidah dan akhlakul karimah diusia emas dan masa tawanan perang. Tegas tidak harus keras. Tetapi tegas, harus tegaan. Maksimalkan pendidikan anak di setiap fase perkembangannya, sebelum mereka tumbuh menjadi pribadi yang gagal dan kehilangan masa depannya.

Pakar psikologi anak mengamati, realitas anak dan remaja di era digital ini cenderung mudah bosan, stress berkepanjangan, selalu merasa kesepian meski di keramaian, takut dimarahi dan mudah lelah. Semua jenis layar, membuat otak dan mata anak menjadi fokus. Bukan fokus aktif, melainkan fokus pasif. Sehingga, anak tidak lagi aware dengan lingkungan. Maka dari itu, perlu rasanya digalakkan durasi sehat digital; 15-20 menit bagi anak usia 3-5 tahun, 60 menit bagi anak rentang usia 6-7 tahun, dan 2 jam saja bagi anak usia diatas 7 tahun, tentu tidak dengan memberikan keseluruhan waktu itu untuk mereka menikmati gadget-nya, melainkan diselingi dengan aktfitas produktif mereka.

Beberapa solusi yang saya rasa dapat sedikit membantu permasalahan orang tua dalam mendidik anak diera digital ini terutama pendidikan di dalam keluarga yaitu; 1. Menjalankan fungsi dan tatanan keluarga dengan baik (yaitu kerjasama antara Ayah dan Bunda), 2. Membuat kesepakatan dengan anak, me-manage aktivitas harian mereka mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, tanpa mengekang hak bermainnya termasuk menikmati suguhan gadget mereka. Hal yang terpenting adalah, hindari menggunakan gadget saat bersama anak, karena hal itu akan membuat anak meniru prilaku buruk orang tua tersebut; 3. Ciptakan kebersamaan dengan anak sebaik mungkin (tanpa gangguan gadget), untuk melatih anak agar mereka selalu terbuka pada orang tua dan tidak mencari tempat curhat lain selain orang tuanya; 4. Usahakan 30 menit dalam 24 jam yang kita punya, untuk mengevaluasi aktivitas hariannya, berdialog mendengarkan curahan hati dan perasaan mereka. Meski tidak dapat memberi solusi, setidaknya jadilah orang tua yang bersahabat, yang selalu membuat anak merasa nyaman dan terbuka dengan kita.

Sumber : www.dakwatuna.com

Berbagi