APA KATA MEREKA TENTANG KAMI

Testimoni
Pak Rahmat
Alumni

Kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada guru dan seluruh staff Bina Amal 03 yang sudah mendidik anak kami, baik saat di playgroup sampai di TK sekarang ini. Saya merasa bahwa kesabaran dan ketelatenan ibu-ibu guru di Bina Amal 03 bisa membimbing dan mendidik anak saya menjadi anak yang sholih, berbakti pada orang tua. Dan karena kesabaran, ketelatenan, serta pendekatan yang terus-menerus membuat anak kami yang awalnya dulu tidak mau bersekolah bahkan takut ke sekolah, sekarang sudah merasa enjoy dan happy bersekolah, bahkan jika diminta libur sekolah tidak mau. Hal yang tidak kalah penting di TKIT Bina Amal 03 mengutamakan pendidikan karakter ke anak, hal ini sangat bagus karena pendidikan karakter memang harus diterapkan sejak usia dini.

Testimoni
Pak Joko
Alumni

Kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada guru dan seluruh staff Bina Amal 03 yang sudah mendidik anak kami, baik saat di playgroup sampai di TK sekarang ini. Saya merasa bahwa kesabaran dan ketelatenan ibu-ibu guru di Bina Amal 03 bisa membimbing dan mendidik anak saya menjadi anak yang sholih, berbakti pada orang tua. Dan karena kesabaran, ketelatenan, serta pendekatan yang terus-menerus membuat anak kami yang awalnya dulu tidak mau bersekolah bahkan takut ke sekolah, sekarang sudah merasa enjoy dan happy bersekolah, bahkan jika diminta libur sekolah tidak mau. Hal yang tidak kalah penting di TKIT Bina Amal 03 mengutamakan pendidikan karakter ke anak, hal ini sangat bagus karena pendidikan karakter memang harus diterapkan sejak usia dini.

Testimoni
Pak Bambang
Alumni

Kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada guru dan seluruh staff Bina Amal 03 yang sudah mendidik anak kami, baik saat di playgroup sampai di TK sekarang ini. Saya merasa bahwa kesabaran dan ketelatenan ibu-ibu guru di Bina Amal 03 bisa membimbing dan mendidik anak saya menjadi anak yang sholih, berbakti pada orang tua. Dan karena kesabaran, ketelatenan, serta pendekatan yang terus-menerus membuat anak kami yang awalnya dulu tidak mau bersekolah bahkan takut ke sekolah, sekarang sudah merasa enjoy dan happy bersekolah, bahkan jika diminta libur sekolah tidak mau. Hal yang tidak kalah penting di TKIT Bina Amal 03 mengutamakan pendidikan karakter ke anak, hal ini sangat bagus karena pendidikan karakter memang harus diterapkan sejak usia dini.

Featured Posts

Featured Posts

Arsip

Error 404

Sorry! The content you were looking for does not exist or changed its url.

Please check if the url is written correctly or try using our search form.
Ekstrakurikuler

Sarana pengembangan bakat minat yang mewadahi kegiatan anak. Ada banyak pilihan Ekstra kurikuler, diantaranya : Akademik : Matematika, IPS, Fisika, Biologi, Desain Grafis, English Club, Arabic Club Kewiraan : Pramuka, PMR, Paskibra Seni : Teater, Nasyid, Cerpen, Kaligrafi, Qiroah, Rebana, Sinematografi Olah Raga : Basket, Futsal, Voli, Badminton, Beladiri, Panahan

Selengkapnya
Puncak Tema

PUNCAK TEMA Puncak Tema adalah kegiatan untuk memberikan kebermaknaan pembahasan tema, maka pada setiap akhir tema perlu dikokohkan dengan puncak tema.. Kegiatan puncak tema bersifat menggembirakan, penguatan sikap, pengetahuan, keterampilan yang melibatkan berbagai pihak terutama orang tua/keluarga. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan cara : Berdiskusi dengan anak tentang pengalaman yang berkaitan dengan tema yang sudah digunakan. Mengajak anak untuk menceritakan kembali hasil karya selama penggunaan tema kepada teman, orang tua dan atau keluarga. Kunjungan lapangan dalam rangka penguatan kompetensi yang sudah dimiliki anak. Mengundang orang tua untuk kegiatan bersama yang berkaitan dengan tema. Membuat setting lingkungan sesuai dengan tema TRANSISI ANTAR TEMA Setelah mengakhiri tema guru harus dapat mengkaitkan tema sebelum dan tema yang akan digunakan selanjutnya untuk membangun minat dan ketertarikan anak dalam memasuki kegiatan main di tema berikutnya. Proses ini disebut transisi antar tema. Transisi antar tema yang dilakukan dengan berbagai cara antara lain: Diskusi tentang pengalaman anak terkait tema lama Berkunjung ke suatu tempat yang terkait dengan tema baru Membacakan cerita yang terkait dengan tema baru Berdiskusi sesuai dengan pengalaman anak yang terkait dengan tema baru Mengundang narasumber yang memiliki keahlian/pengetahuan terkait dengan tema baru

Selengkapnya
Takhasus Al Quran

Adalah program menghapal Al Quran 30 Juz. Program ini diawali dengan tahsin, yaitu mengeluarkan setiap huruf-huruf al Quran dari tempat keluarnya dengan memberikan hak dan mustahaknya.” Atau dengan kata lain menyempurnakan semua hal yang berkaitan dengan kesempurnaan pengucapan huruf-huruf al Quran dari aspek sifat-sifatnya yang senantiasa melekat padanya dan menyempurnakan pengucapan hukum hubungan antara satu huruf dengan yang lainnya seperti idzhar, idgham, ikhfa dan sebagainya. Dengan kata lain adalah memperbaiki bacaan santri agar sesuai dengan kaidah yang berlaku. Adapun metode menghafal yang di terapkan menganut prinsip “Penambahan” (Ziadah) dan “Pengulangan” (Murojaah). Cara menghafalkan santri dalam satu hari harus mengajukan tambahan hafalan pada pagi dan malam hari serta mengulang kembali hafalan pada sore hari. Santri dibagi menjadi kelompok-kelompok/halaqoh hafalan yang dipimpin oleh satu ustadz pembimbing. Setiap ustadz pembimbing bertanggungjawab mengawasi dan mengoreksi kualitas bacaan santri

Selengkapnya
Pendidikan Karakter

Penanaman nilai-nilai karakter merupakan hal penting yang harus ditanamkan pada siswa dari jenjang sekolah rendah hingga perguruan tinggi. Religius adalah salah satu unsur utama dalam pendidikan karakter. Bina Amal adalah salah satu sekolah yang telah lama mengimplementasikan nilai-nilai agama Islam pada diri siswa. Model penanaman Pendidikan karakter pada siswa di Sekolah Islam Terpadu Bina Amal Semarang meliputi dua ruang, yakni ruang dalam sekolah dan ruang luar sekolah. Di dalam sekolah, model yang diterapkan meliput i; (1) Pembiasaan adab harian di sekolah, (2) pembiasaan berpakaian Islam syar’I baik siswa maupun guru, (3) pembiasaan pelafalan kalam Islami sebelum pelajaran, (4) Pembiasaan pergaulan Islami, (5) Menempatkan pelajaran Quran sebelum matapelajaran umum, (6) program salat berjamaah, (7) program makan siang bersama, dan (8) peka ananda.

Selengkapnya
Logo
Slide 2
Slide 1

Slider

4-latest-1110px-slider

Comments

4-comments

[Yayasan][horizontal][animated][7]

Recent Post [simple][recent][10]

Bina Amal Semarang


Yayasan Bina Amal

Populer

Agar Anak Rajin Shalat

Solat Jamaah saat acara malam bina iman taqwa di Bina Amal Diriwayatkan, Umar bin Khattab setiap kali membangunkan anaknya untuk shalat beliau membaca ayat dalam surah Thaha yang artinya, “Dan, perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan, akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. (QS Thaha : 132). Rupanya, ayat ini yang mendasari motivasi Amirul Mukminin Umar bin Khattab sehingga tak pernah merasa lelah dalam menegakkan shalat dalam rumah tangganya. Setidaknya, ada empat pelajaran berharga yang dipetik dari ayat di atas. Pertama. Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah ( berislam). Maknanya setiap anak pada hakikatnya berpotensi senang shalat dan merasa membutuhkan shalat. Orang tuanyalah yang dengan atau tanpa sadar telah memalingkan fitrah anaknya selama ini. Penghasilan dan makanan yang haram atau bercampur yang haram, to...

Siswa PAUD IT Bina Amal Bermain ke Toko Bunga dan Tanaman

Siswa siswi KBIT - TKIT Bina Amal melakukan kunjungan ke toko bunga dan tanaman dalam rangka puncak tema bunga, Kamis, 4 Oktober 2018.   Di sana, mereka melihat dan mengenal bunga - bunga yang ada. Seru sekali kegiatan puncak tema bunga kali ini...   Siswa siswi dapat melihat secara langsung bunga - bunga yang cantik dan warna warni.

Agar Anak Selalu Optimis

Anak yang optimis adalah anak yang percaya diri. Dia akan selalu percaya bahwa yang dia lakukan adalah baik. Dia tidak takut untuk mencoba. Bila melakukan kesalahan, dia tidak akan larut dalam perasaan bersalah. Bila mengalami kegagalan, dia tidak akan ngembek, dan akan terus mencoba  untuk mencapai keberhasilan.  Menjadi pribadi yang optimis tentu tidaklah mudah. Membutuhkan peran serta aktif dari orang tua. Bagaimana caranya? 1.Pujian dan Penghargaan Bila anak melakukan hal yang baik, jangan jual mahal kata-kata pujian. Meskipun yang telah dilakukan anak adalah hal  sepele menurut kita, namun bagi anak-anak itu bisa jadi sesuatu yang luar biasa. Misalnya, pada saat anak selesai bermain. Lalu anak kita mengembalikan mainan yang selesai dia mainkan ke dalam kotak mainan. Pujilah buah hati kita. Buatlah dia merasa bila apa yang dia lakukan sangatlah baik dan harus terus dilakukan. Tidak perlu kata-kata yang panjang. Cukup dengan tersenyum lalu katakana,”Wah…keren…...

Lima Hal Positif Yang Perlu Ditanamkan Dalam Diri Kid Jaman Now

Kids Zaman Now begitu viral di dunia nyata maupun di dunia maya. Istilah yang begitu mudah di dengar dan ditirukan banyak orang. Apa sih sebenarnya arti Zaman Now itu sendiri? Jaman dalam istilah umum berarti masa / waktu dan Now dari bahasa inggris yang artinya sekarang atau kekinian. Pertanyaannya adalah mengapa tidak memakai istilah anak jaman sekarang saja atau anak kekinian? Saya fikir ini ini bukan masalah istilah biar keren dengan menggunakan bahasa inggris akan tetapi pemakaian istilah ini merujuk kepada Kids Zaman Now sangat lekat dengan dunia digital dan media sosial. Hal inilah yang membedakan masa muda kita dengan anak-anak yang lahir tahun 2000an.  Perkembangan teknologi dan tidak diimbangi dengan kesiapan mental para user akan menimbulkan efek samping yang membahayan. Berikut akan saya sampaikan beberapa fakta sederhana tetapi kalau dibiarkan akan menjadi Petaka Sosial. Pada masa 90an sampai masuk tahun 2000 generasi waktu itu belum terlalu disibukkan dengan “G...

Cara Mendidik Anak Aktif Menjadi Kreatif

Anak yang aktif kadang menggemaskan. Ada saja polah tingkah mereka yang bisa membuat kita tersenyum. Namun bila terlalu dibiarkan akan semakin menjadi. Dan bila kita memberlakukan pola asuh yang salah, bisa jadi anak aktif tersebut mengarah pada anak “bandel” . Lagu bagaimana untuk mengatasi atau mendidik anak aktif ini? Salah satunya adalah mengubah mereka menjadi anak yang kreatif . Bagaimana caranya? Ikuti tips-tips di bawah ini: 1. Jangan membatasi anak dengan banyak larangan Anak yang aktif adalah anak yang suka bergerak. Itu sudah menjadi sifat dari sang anak. Bila kita terlalu banyak memberikan ini dan itu, tentu dia akan merasa ada semacam kerangkeng yang membelenggu tubuhnya. Mungkin ada saatnya dia akan menuruti aturan tersebut. Namun bila ada hal-hal yang membuatnya kecewa, dia bisa berubah menjadi anak yang tidak mau tahu aturan, dan seakan-akan dia akan tumbuh menjadi anak yang pemberontak. Anak yang aktif biasanya butuh….. 2. Pengarahan ya...

Panduan Mudah Belajar

J am sudah menunjukkan lewat waktu tidur dan si kecil yang berusia 6 tahun menangis karena belum bisa mengingat kata-kata ejaannya. Beberapa jam sebelumnya, Anda memintanya untuk menyelesaikan pekerjaan rumah. Kini, Anda menyuruhnya menutup buku dan tidur. Dia terlalu lelah, sangat tidak siap, dan cemas. Jangan putus asa. Si kecil baru saja memulai hubungan jangka panjang dengan belajar, dan Anda juga terlibat di dalamnya. Jika melihatnya sebagai suatu proses pengenalan pada kebiasaan positif, Anda akan segera menemukan jalan untuk sesi mengerjakan tugas yang produktif, tenang, dan menyenangkan. Ajarkan Konsistensi Hindari pengacau jadwal belajar, misalnya bermain sepulang sekolah. Anak harus mencoba mengerjakan tugasnya di waktu yang sama setiap hari. “Tanpa rutinitas,  tugas akan sangat mudah untuk ditunda,” ujar Jeanne Shay Schumm, PhD, penulis How to Help Your Chilc With Homework . Untuk mencari waktu yang optimal, pertimbangkan juga jadwal keluarga dan temp...

Pesona Edu Hadir untuk Bina Amal

Rabu 23 Oktober 2019, pukul 08.00 siswa SD IT Bina Amal 02 berkunjung ke SMP IT Bina Amal. Mereka dikenalkan dengan pembelajaran digital melalui Pesona Edu. Pesona Edu merupakan software edukasi dengan beberapa produk unggulan kami meliputi konten pengayaan interaktif, buku digital interaktif dan software latihan soal digital. Pesona Edu termasuk software yang mengisi ruang layar menu tablet di Samsung Smart Learning Center (SSLC). Secara bergiliran siswa SD IT Bina Amal 02 bergantian menuju ke SSLC SMP IT Bina Amal. Untuk yang mendapat giliran pertama masuk ke ruang SSLC adalah siswa putri. Sementara siswa putri belajar di SSLC, siswa putra berkeliling melihat komplek kampus SMIT Bina Amal dan menyaksikan video Profil SMP IT Bina Amal. Kegiatan pembelajaran digital dibimbing oleh Ibu Ani Wahyuni S.Pd. selaku guru Ilmu Pengetahuan Alam SMP IT Bina Amal. Siswa sangat senang dalam melaksanakan pembelajaran digital karena seolah mereka sedang bermain dengan ponsel layar sentuh. ...

Kandungan Bahan Makanan dalam Permen Kenyal

Anak senang makan permen kenyal/chewy, karena rasanya yang manis dan tekstur yang kenyal. Tapi, apa saja komposisi bahan makan dalam camilan ini?   Tak ada salahnya Mama kenali bahan dan nutrisi yang terkandung dalam permen favorit anak ini. * Bahan Penstabil (Gelatin Sapi) Sama seperti pada produk biskuit, bahan penstabil (stabilizer) adalah BTP yang berfungsi untuk menstabilkan sistem dispersi agar campuran ingredient menjadi homogen. Untuk produk permen kenyal yang biasa digunakan memang jenis gelatin. Fungsi lain gelatin adalah sebagai bahan pembentuk gel atau pembentuk tekstur. * Humektan Merupakan BTP yang digunakan untuk mempertahankan kelembaban produk pangan. Bahan yang sering digunakan sebagai humektan untuk permen adalah sorbitol dan xilitol yang juga mampu memperbaiki cita rasa kunyah untuk  permen chewy. * Pengatur Keasaman (asam sitrat, asam laktat) Fungsi sama dengan pada produk chips dan biskuit * Perisa Buah-Buahan Merupakan jenis BTP flavouring yang...

Pentingnya Membangun Komunikasi dengan Anak untuk menjadi Generasi Juara

Psikolog Nurina, S.Psi., CHA., CGA SD IT Bina Amal Semarang mengadakan Seminar Smart Parenting dengan tema " Pentingnya Membangun Komunikasi dengan Anak untuk menjadi Generasi Juara bersama psikolog Nurina, S.Psi., CHA., CGA. Seminar diadakan pada Sabtu, 24 September 2016 dengan peserta merupakan wali murid siswa, khususnya kelas 1 dan kelas 2. Secara umum, seminar berlangsung dengan lancar. Di awali dengan tilawah dari siswa kelas 1 dan kelas 2. Kemudian ada persembahan gerak dan lagu dari siswa kelas 2 serta pembacaan puisi. Penampilan Gerak dan Lagu Siswa Kelas 2 Acara kemudian dilanjutkan penyampaian materi dan diskusi. Alhamdulillah orang tua juga aktif berpatisipasi dalam tanya jawab. Diharapkan dari seminar ini, orang tua memiliki gambaran dan wawasan terkait pentingnya membangun komunikasi dengan anak. Diawali dengan mengenal gaya belajar anak. Dengan mengenal gaya belajar anak, maka di harapkan orang tua lebih mudah dalam membimbing dan menggali poten...

Batasi Garam Untuk Anak

Sekitar 43 persen garam yang diasup si kecil berasal dari 10 jenis makanan yang paling sering mereka makan, di antaranya: Pizza, roti, daging, camilan gurih, roti isi, keju, nugget, sup, dan sebagainya. Beberapa dari makanan di atas sebenarnya tidak berasa asin, tapi sebenarnya mengandung sodium cukup tinggi. Hal ini karena kebanyakan sodium sudah ada dalam makanan, bahkan sebelum makanan tersebut diproses. Seperti halnya orang dewasa, konsumsi garam yang berlebihan pada anak-anak juga bisa mendatangkan masalah pada kesehatan. Salah satunya adalah tekanan darah tinggi. "Satu dari enam anak di Amerika mengalami darah tinggi yang bisa menyebabkan hipertensi di usia dewasa," kata Ileana Arias dari pusat pengendalian dan pencegahan penyakit AS (CDC). Lebih lanjut dikatakan Ileana, menurut hasil sebuah survei yang dilakukan di Amerika Serikat, rata-rata anak berusia 6-18 tahun di sana mengasup 3.300 miligram sodium perhari, belum termasuk garam yang ditambahkan di meja. Jumla...

TENTANG BINA AMAL

Yayasan Wakaf Bina Amal adalah Lembaga dakwah yang menjadi bagian integral dari dakwah ummat, untuk dapat memberikan kontribusi positif kepada bangsa dan negara, terutama dalam melahirkan SDM berkualitas yaitu generasi mandiri yang memiliki karakter robbaniyah. Fokus utama Yayasan Wakaf Bina Amal adalah Bidang Pendidikan.

Alhamdulillah, berkat rahmat Allah SWT, Yayasan Wakaf Bina Amal yang didirikan sejak tahun 2001, beralamat di Jalan Kyai Saleh no.8 Mugasari Semarang Selatan, memiliki banyak unit Pendidikan yaitu kampus 1 ( PAUDIT dan SDIT Bina Amal), kampus 2 (SMPIT dan SMAIT Bina Amal yang menggunakan sistem pembelajaran Boarding scholl/asrama dalam Pondok Pesantren Tahfidz Bina Amal) ) , kampus 3 (TKIT dan SDIT Bina Amal 02) dan kampus 4 (PAUDIT Bina Amal 03).

Bina Amal menjawab kebutuhan masyarakat yang mencari Pendidikan terbaik buat putra putrinya yang berkesinambungan dari jenjang PAUD hingga SMA. Dengan tenaga pengajar yang sebagian besar terdiri dari generasi muda yang memiliki semangat untuk terus belajar terlebih menghadapi tantangan revolusi industri 4.0 dan society 5.0, maka Bina Amal siap menjadi bagian dalam pelopor perubahan dan pembangun peradaban bangsa Indonesia.

TENTANG BINA AMAL

Bina Amal Semarang


Yayasan Bina Amal

PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU

LEMBAGA PENDIDIK ISLAM TERPADU BINA AMAL TAHUN AJARAN 2023/2024

Trending now

Jika Anak Mencuri

Olar Raga Murid Bina Amal mengajarkan sportivitas dan kejujuran
Jari jemari anak-anak terkadang gemar mengumpulkan benda asing misterius dan berakhir ke dalam kantong mereka. Sebelum  Anda emosi karena telah menemukan  seorang pencuri kecil di rumah, luangkan waktu untuk memahami mengapa anak-anak mencuri dan bagaimana menanganinya dengan cara tepat.

1. Memahami mengapa anak mencuri
 
Seperti berbohong, "mencuri" merupakan istilah orang dewasa yang mungkin tak berarti apa-apa bagi anak-anak. Permen  yang tergenggam di kepalan  setelah melalui kasir, atau mobil mainan yang ada dalam saku anak empat tahun setelah bertamu, bukanlah bukti  anak Anda berbuat nakal. Bagi anak prasekolah, posesi dapat berarti kepemilikan. Dalam pikiran, mereka memiliki hak atas apa pun dalam yang dapat diambil. Anak di bawah empat tahun mengalami kesulitan membedakan antara "milikku" dan "milikmu." Semuanya berpotensi jadi "milikku." Mereka tidak tahu  menggenggam  permen di toko adalah mencuri. Mereka hanya mengetahuinya setelah Anda memberi tahu. Dan dalam pikiran anak, ini bukan sebuah kesalahan sehingga orang tua berhak memberikan penilaian.

Banyak anak usia prasekolah tidak dapat menahan dorongan terutama soal kepemilikan. Ketika mereka melihat mainan  (dan merasa  harus memilikinya) mereka dapat membawanya tanpa menyadari  tindakannya benar atau tidak. Alih-alih rasa bersalah, mereka merasa lega keinginannya terpenuhi. Semakin impulsif, semakin besar kemungkinan anak terdorong memiliki barang yang bukan miliknya.

Anak berusia  lima hingga tujuh tahun  kerap mengelak dari kesalahan  mencuri. Kendati sebenarnya mereka  paham konsep kepemilikan dan hak milik. Mereka juga telah mengetahui  kenyataan jika  seluruh dunia bukan milik mereka  dan mencuri barang  yang bukan milik mereka adalah perbuatan yang salah.
Sayangnya, pada usia ini anak justru dapat menjadi seorang pencuri  yang pintar. Mereka takut hukuman orang dewasa namun belum paham benar tentang moralitas.

Hentikan sang pencuri kecil, dan ajarkan jika kekeliruan  ini bukanlah hal kecil. Mereka perlu belajar, jika kejujuran merupakan  hal kecil yang akan membuka jalan kesuksesan  kelak mereka dewasa. Seorang anak harus belajar  mengendalikan dorongan hasratnya, menahan diri, dan menghormati hak-hak orang lain.

2. Praktek parenting
 
Anak-anak yang dekat dengan orangtua kerap lebih sensitif, dan mereka juga mampu memahami serta menghormati hak-hak orang lain. Mereka dikatakan memiliki kematangan mental lebih baik dalam usia yang masih dini. Anak-anak  ini mampu merasakan perasaan menyesal ketika melakukan kesalahan sehingga mereka lebih berhati nurani.

Lebih mudah mengajarkan nilai-nilai ketika pola pengasuhan terhadap anak juga tepat. Anak-anak akan memiliki kemampuan berempati dan memahami dampak tindakannya terhadap orang lain ketika memiliki komunikasi yang baik dengan orangtuanya. Cobalah beri waktu yang cukup pada anak, untuk mencegah penyimpangan perilaku. Selain berguna memantau perkembangan anak,  kedekatan juga mampu memelihara kepercayaan anak-orangtua. Beberapa pengalaman  membuktikan, akibat hubungan orangtua-anak yang kurang dekat dapat memicu anak suka berbohong, mencuri dan  berbuat curang.

Orangtua yang dekat dengan anak juga  umumnya memiliki kemampuan membaca isyarat bahasa wajah dan tubuh sehingga mampu  mengungkap perilaku tersembunyi anak. Hubungan orangtua-anak, karenanya, dianggap lebih efektif ketimbang memberi nasihat dan menanamkan nilai-nilai.

3. Beri  pelajaran tentang keuangan
 
Anak-anak yang mengambil uang dari anggota keluarga,  seolah-olah itu adalah milik umum, mereka  mungkin merasionalisasi "Toh, aku akan mengembalikannya nanti" . Ajarkan anak  untuk menjaga urusan keuangan pribadinya. Uang harus disimpan dalam kotak terkunci yang disimpan di tempat tersembunyi.
Ketika uang dipinjamkan, ajarkan anak membuat  catatan untuk membantu mereka mengingat kepada siapa uangnya dihutangkan dan kapan harus dikembalikan. Orangtua sendiri sebaiknya  menyimpan uang di tempat yang tidak dapat diakses anak. Terkecuali uang dalam jumlah  kecil yang dapat disimpan dalam tas atau dompet.

4. Ajarkan kepemilikan
 
Ketika anak masih menginjak usia balita, mereka tak memiliki konsep kepemilikan. Tak heran jika anak berusia dua tahun kerap menganggap semua adalah miliknya. Saat usia dua hingga empat tahun, anak mulai memahami kepemilikan (misal, mainan milik orang lain), tetapi tidak  sepenuhnya percaya  jika itu bukan miliknya.

Ketidakpahaman anak akan prinsip kepemilikan ini bukanlah kendala untuk mengajarkannya semenjak dini. Ini dapat dimulai ketika anak menginjak usia 2 tahun. Misal, cobalah menjadi wasit yang adil saat anak berebut mainan dengan saudaranya. Tunjukkan jika pemilik sah adalah orang yang lebih berhak memainkan mainan.  Katakan, “mainan ini milik kakak”, “boneka ini milik kakak”, juga bisa menanyakan, “sepatu ini punya siapa?”  dan seterusnya. Seiring anak mendapatkan ide kepemilikan, mereka akan memahami soal hak di dalam kepemilikan.

Ketika orangtua memergoki anak membawa mainan yang tak dikenali, lalu anak berkata “ini milikku”, bedakan antara pernyataan yang jujur dan yang mencurigakan. Bisa jadi itu hanya, harapan anak untuk memiliki mainan tersebut. Coba tanyakan baik-baik “apakah itu benar milikmu atau kamu  berharap itu jadi milikmu?” lalu beri anak gambaran tentang mencuri “kalau si Amir mengambil mainanmu, dan kamu benar-benar menyukainya, apakah kamu akan sedih mainanmu hilang?”.

Cara terbaik mengajarkan nilai-nilai adalah dengan penggambaran, ketimbang memaksakan pendapat Anda. Orangtua pasti ingin anaknya mengembalikan mainan dan tak mencuri mainan orang lain. Sayangnya, anak bisa mendapatkan pesan yang salah soal “mengembalikan” jika tak ditangani dengan benar.

5. Koreksi tindakan mencuri  
 
Mendorong dan membantu anak  mengembalikan barang curian bukan hanya mengajarkan  jika mencuri itu salah, tetapi kesalahan juga  harus dikoreksi. Jika Anda menemukan bungkus permen kosong,  segeralah ajak anak ke penjaga toko dan lakukan pembayaran serta meminta maaf.

6. Identifikasi pemicu
 
Cari tahu apa yang mendorong anak mencuri. Anak yang kerap mencuri  kendati  Anda telah mengajarkan tentang kejujuran, biasanya memiliki masalah mendalam yang harus diperbaiki. Apakah anak marah? Apakah dia mencuri untuk melampiaskan kemarahan? Apakah anak membutuhkan uang dan merasa  jika mencuri adalah satu-satunya cara  untuk mendapatkan yang dibutuhkan? Jika demikian, cobalah menawarkan uang saku. Atau, untuk anak yang lebih besar, dorong anak untuk melakukan pekerjaan sambilan. Intinya, bantu anak belajar etika bekerja sehingga anak dapat memiliki hal yang diinginkan tanpa harus mencuri.

Kebanyakan  anak yang sering mencuri,  menderita kekurangan citra diri. Mereka perlu mencuri untuk meningkatkan perekonomian sehingga mendapatkan perhatian teman sebaya. Dan sebagaimana menangani semua masalah perilaku,  diperlukan  inventarisasi situasi  keluarga sebelum melakukan terapi. Apakah anak  membutuhkan pengawasan lebih? Atau mungkin, anak perlu  mendefinisikan kembali prioritas dan membangun hubungan lebih baik orangtua-anak.

7. Identifikasi risiko anak  mencuri
 
Perhatikan faktor-faktor risiko yang dapat mendorong anak mencuri, diantaranya:
  • Kurang harga diri
  • Impulsif: keinginan yang kuat, namun kontrol diri  lemah
  • Anak kurang sensitif terhadap orang lain
  • Tidak akrab
  • Pemarah
  • Perubahan situasi keluarga, misalnya, perceraian
  • Bosan 
  • Sering merasa sendiri
Jika orangtua ingin  mencegah anak mencuri, fokuskan pada faktor-faktor risiko ini sehingga mencuri dan berbohong dapat dihindarkan.
Sedangkan mencuri menahun dan kebiasaan anak berbohong yang tak dapat dikoreksi, akan bergulir dan semakin besar. Dengan pengulangan perbuatan yang salah, anak justru seolah meyakinkan dirinya jika mencuri tidak benar-benar tindakan yang salah. Ini kemudian disintesis dalam hatinya. Anak tanpa penyesalan ini sangat berisiko menjadi orang dewasa tanpa kontrol nilai-nilai. Anak-anak seperti ini membutuhkan pendekatan parenting .

8. Beri pujian atas kejujuran anak
 
Saat anak balita Anda menemukan dompet  dan membawanya kepada Anda, pujilah anak untuk aksinya. "Terima kasih sayang, sudah membawa dompet temuanmu ke mommy.. Sekarang, yuk  kita lihat apakah kita bisa mencari siapa pemiliknya..  pasti orang itu akan sangat senang, kita sudah menemukannya..”. Dan, hindari mengatakan, "Terima kasih sudah jujur ya sayang." Karena beberapa anak  mungkin tak terpikir soal  mengamankan dompet temuan.

Memuji perbuatan jujur anak akan menanamkan kemampuan memilih sikap jujur. Apapun pujian yang diberikan, ini juga menyampaikan pesan jika anak telah memenuhi harapan orangtua. Hal ini merupakan kebahagiaan tersendiri bagi anak.

Laili/ dari berbagai sumber

Popular Posts

Dwi Prastyo
Dwi Prastyo
Online
Halo 👋
Ada yang bisa dibantu?

Jika Anak Mencuri

Olar Raga Murid Bina Amal mengajarkan sportivitas dan kejujuran
Jari jemari anak-anak terkadang gemar mengumpulkan benda asing misterius dan berakhir ke dalam kantong mereka. Sebelum  Anda emosi karena telah menemukan  seorang pencuri kecil di rumah, luangkan waktu untuk memahami mengapa anak-anak mencuri dan bagaimana menanganinya dengan cara tepat.

1. Memahami mengapa anak mencuri
 
Seperti berbohong, "mencuri" merupakan istilah orang dewasa yang mungkin tak berarti apa-apa bagi anak-anak. Permen  yang tergenggam di kepalan  setelah melalui kasir, atau mobil mainan yang ada dalam saku anak empat tahun setelah bertamu, bukanlah bukti  anak Anda berbuat nakal. Bagi anak prasekolah, posesi dapat berarti kepemilikan. Dalam pikiran, mereka memiliki hak atas apa pun dalam yang dapat diambil. Anak di bawah empat tahun mengalami kesulitan membedakan antara "milikku" dan "milikmu." Semuanya berpotensi jadi "milikku." Mereka tidak tahu  menggenggam  permen di toko adalah mencuri. Mereka hanya mengetahuinya setelah Anda memberi tahu. Dan dalam pikiran anak, ini bukan sebuah kesalahan sehingga orang tua berhak memberikan penilaian.

Banyak anak usia prasekolah tidak dapat menahan dorongan terutama soal kepemilikan. Ketika mereka melihat mainan  (dan merasa  harus memilikinya) mereka dapat membawanya tanpa menyadari  tindakannya benar atau tidak. Alih-alih rasa bersalah, mereka merasa lega keinginannya terpenuhi. Semakin impulsif, semakin besar kemungkinan anak terdorong memiliki barang yang bukan miliknya.

Anak berusia  lima hingga tujuh tahun  kerap mengelak dari kesalahan  mencuri. Kendati sebenarnya mereka  paham konsep kepemilikan dan hak milik. Mereka juga telah mengetahui  kenyataan jika  seluruh dunia bukan milik mereka  dan mencuri barang  yang bukan milik mereka adalah perbuatan yang salah.
Sayangnya, pada usia ini anak justru dapat menjadi seorang pencuri  yang pintar. Mereka takut hukuman orang dewasa namun belum paham benar tentang moralitas.

Hentikan sang pencuri kecil, dan ajarkan jika kekeliruan  ini bukanlah hal kecil. Mereka perlu belajar, jika kejujuran merupakan  hal kecil yang akan membuka jalan kesuksesan  kelak mereka dewasa. Seorang anak harus belajar  mengendalikan dorongan hasratnya, menahan diri, dan menghormati hak-hak orang lain.

2. Praktek parenting
 
Anak-anak yang dekat dengan orangtua kerap lebih sensitif, dan mereka juga mampu memahami serta menghormati hak-hak orang lain. Mereka dikatakan memiliki kematangan mental lebih baik dalam usia yang masih dini. Anak-anak  ini mampu merasakan perasaan menyesal ketika melakukan kesalahan sehingga mereka lebih berhati nurani.

Lebih mudah mengajarkan nilai-nilai ketika pola pengasuhan terhadap anak juga tepat. Anak-anak akan memiliki kemampuan berempati dan memahami dampak tindakannya terhadap orang lain ketika memiliki komunikasi yang baik dengan orangtuanya. Cobalah beri waktu yang cukup pada anak, untuk mencegah penyimpangan perilaku. Selain berguna memantau perkembangan anak,  kedekatan juga mampu memelihara kepercayaan anak-orangtua. Beberapa pengalaman  membuktikan, akibat hubungan orangtua-anak yang kurang dekat dapat memicu anak suka berbohong, mencuri dan  berbuat curang.

Orangtua yang dekat dengan anak juga  umumnya memiliki kemampuan membaca isyarat bahasa wajah dan tubuh sehingga mampu  mengungkap perilaku tersembunyi anak. Hubungan orangtua-anak, karenanya, dianggap lebih efektif ketimbang memberi nasihat dan menanamkan nilai-nilai.

3. Beri  pelajaran tentang keuangan
 
Anak-anak yang mengambil uang dari anggota keluarga,  seolah-olah itu adalah milik umum, mereka  mungkin merasionalisasi "Toh, aku akan mengembalikannya nanti" . Ajarkan anak  untuk menjaga urusan keuangan pribadinya. Uang harus disimpan dalam kotak terkunci yang disimpan di tempat tersembunyi.
Ketika uang dipinjamkan, ajarkan anak membuat  catatan untuk membantu mereka mengingat kepada siapa uangnya dihutangkan dan kapan harus dikembalikan. Orangtua sendiri sebaiknya  menyimpan uang di tempat yang tidak dapat diakses anak. Terkecuali uang dalam jumlah  kecil yang dapat disimpan dalam tas atau dompet.

4. Ajarkan kepemilikan
 
Ketika anak masih menginjak usia balita, mereka tak memiliki konsep kepemilikan. Tak heran jika anak berusia dua tahun kerap menganggap semua adalah miliknya. Saat usia dua hingga empat tahun, anak mulai memahami kepemilikan (misal, mainan milik orang lain), tetapi tidak  sepenuhnya percaya  jika itu bukan miliknya.

Ketidakpahaman anak akan prinsip kepemilikan ini bukanlah kendala untuk mengajarkannya semenjak dini. Ini dapat dimulai ketika anak menginjak usia 2 tahun. Misal, cobalah menjadi wasit yang adil saat anak berebut mainan dengan saudaranya. Tunjukkan jika pemilik sah adalah orang yang lebih berhak memainkan mainan.  Katakan, “mainan ini milik kakak”, “boneka ini milik kakak”, juga bisa menanyakan, “sepatu ini punya siapa?”  dan seterusnya. Seiring anak mendapatkan ide kepemilikan, mereka akan memahami soal hak di dalam kepemilikan.

Ketika orangtua memergoki anak membawa mainan yang tak dikenali, lalu anak berkata “ini milikku”, bedakan antara pernyataan yang jujur dan yang mencurigakan. Bisa jadi itu hanya, harapan anak untuk memiliki mainan tersebut. Coba tanyakan baik-baik “apakah itu benar milikmu atau kamu  berharap itu jadi milikmu?” lalu beri anak gambaran tentang mencuri “kalau si Amir mengambil mainanmu, dan kamu benar-benar menyukainya, apakah kamu akan sedih mainanmu hilang?”.

Cara terbaik mengajarkan nilai-nilai adalah dengan penggambaran, ketimbang memaksakan pendapat Anda. Orangtua pasti ingin anaknya mengembalikan mainan dan tak mencuri mainan orang lain. Sayangnya, anak bisa mendapatkan pesan yang salah soal “mengembalikan” jika tak ditangani dengan benar.

5. Koreksi tindakan mencuri  
 
Mendorong dan membantu anak  mengembalikan barang curian bukan hanya mengajarkan  jika mencuri itu salah, tetapi kesalahan juga  harus dikoreksi. Jika Anda menemukan bungkus permen kosong,  segeralah ajak anak ke penjaga toko dan lakukan pembayaran serta meminta maaf.

6. Identifikasi pemicu
 
Cari tahu apa yang mendorong anak mencuri. Anak yang kerap mencuri  kendati  Anda telah mengajarkan tentang kejujuran, biasanya memiliki masalah mendalam yang harus diperbaiki. Apakah anak marah? Apakah dia mencuri untuk melampiaskan kemarahan? Apakah anak membutuhkan uang dan merasa  jika mencuri adalah satu-satunya cara  untuk mendapatkan yang dibutuhkan? Jika demikian, cobalah menawarkan uang saku. Atau, untuk anak yang lebih besar, dorong anak untuk melakukan pekerjaan sambilan. Intinya, bantu anak belajar etika bekerja sehingga anak dapat memiliki hal yang diinginkan tanpa harus mencuri.

Kebanyakan  anak yang sering mencuri,  menderita kekurangan citra diri. Mereka perlu mencuri untuk meningkatkan perekonomian sehingga mendapatkan perhatian teman sebaya. Dan sebagaimana menangani semua masalah perilaku,  diperlukan  inventarisasi situasi  keluarga sebelum melakukan terapi. Apakah anak  membutuhkan pengawasan lebih? Atau mungkin, anak perlu  mendefinisikan kembali prioritas dan membangun hubungan lebih baik orangtua-anak.

7. Identifikasi risiko anak  mencuri
 
Perhatikan faktor-faktor risiko yang dapat mendorong anak mencuri, diantaranya:
  • Kurang harga diri
  • Impulsif: keinginan yang kuat, namun kontrol diri  lemah
  • Anak kurang sensitif terhadap orang lain
  • Tidak akrab
  • Pemarah
  • Perubahan situasi keluarga, misalnya, perceraian
  • Bosan 
  • Sering merasa sendiri
Jika orangtua ingin  mencegah anak mencuri, fokuskan pada faktor-faktor risiko ini sehingga mencuri dan berbohong dapat dihindarkan.
Sedangkan mencuri menahun dan kebiasaan anak berbohong yang tak dapat dikoreksi, akan bergulir dan semakin besar. Dengan pengulangan perbuatan yang salah, anak justru seolah meyakinkan dirinya jika mencuri tidak benar-benar tindakan yang salah. Ini kemudian disintesis dalam hatinya. Anak tanpa penyesalan ini sangat berisiko menjadi orang dewasa tanpa kontrol nilai-nilai. Anak-anak seperti ini membutuhkan pendekatan parenting .

8. Beri pujian atas kejujuran anak
 
Saat anak balita Anda menemukan dompet  dan membawanya kepada Anda, pujilah anak untuk aksinya. "Terima kasih sayang, sudah membawa dompet temuanmu ke mommy.. Sekarang, yuk  kita lihat apakah kita bisa mencari siapa pemiliknya..  pasti orang itu akan sangat senang, kita sudah menemukannya..”. Dan, hindari mengatakan, "Terima kasih sudah jujur ya sayang." Karena beberapa anak  mungkin tak terpikir soal  mengamankan dompet temuan.

Memuji perbuatan jujur anak akan menanamkan kemampuan memilih sikap jujur. Apapun pujian yang diberikan, ini juga menyampaikan pesan jika anak telah memenuhi harapan orangtua. Hal ini merupakan kebahagiaan tersendiri bagi anak.

Laili/ dari berbagai sumber

Berbagi