Raportmu Bukan Nilaimu
Bagi sebagian besar orang tua yang anak-anaknya bersekolah baik di SD ataupun SMP, hari ini Sabtu 22 Juni menjadi satu hari bersejarah karena mereka harus menghadiri acara pengambilan raport anak di sekolah.
Sebagian menjadikannya sebagai suatu hari yang penting (seperti ayahnya Ikal dalam nover Laskar Pelangi), sebagian yang lain menganggapnya biasa-biasa saja. Kita abaikan dulu bahwasanya sikap orang tua terhadap perkembangan sekolah anaknya bisa menjadi ukuran kepedulian mereka terhadap tumbuh kembang anak-anak mereka, mari kita bicara yang lebih praktis namun tak kalah strategis yaitu respon orang tua terhadap nilai yang terdapat dalam buku raport sekolah tersebut.
Tak jarang kita mendapati orang tua yang begitu berbahagia karena anaknya mendapatkan nilai sebagaimana yang diharapkannya, bahkan menjadi juara di kelasnya. Namun kebahagiaan tersebut hanya sebatas di sekolah saja, tak sampai terbawa ke rumah. Karena ternyata ada yang perlu diperbaiki dalam persepsi orang tua tentang prestasi anaknya.
Ada orang tua lain, yang begitu terpukul menerima kenyataan anaknya juara terakhir. Jauh dari yang ia bayangkan, bahkan jauh dari yang pernah ia dapatkan. Lalu mulai membanding-bandingkan.Kemudian muncul penilaian-penilaian negatif yang tak perlu dilakukan.
Duhai orang tua, sikap kita terhadap suatu peristiwa dalam tumbuh kembang anak kita berdampak tak hanya sesaat saja, tapi bisa terbawa sampai ia dewasa. Karena itu moment mengambil raport sekolah anak, dan menerima kenyataan nilai yang tertulis di dalam buku tersebut harus disikapi dengan tepat.
Karena itu, beberapa persepsi tentang nilai raport sekolah yang selama ini ada perlu diperbaiki agar anak semakin semangat belajar dan orang tua pun semangat baik memberi perhatian.
Hal mendasar yang harus diingat adalah bahwa nilai raport sekolah anak bukanlah gambaran kemampuan anak didik. Bukan pula menunjukkan tingkat intelegensia apalagi gambaran dari masa depan mereka. Nilai raport sekolah adalah gambaran kemampuan belajar anak yang terekam oleh guru lewat aktifitas belajar juga jawaban ketika ujian. Hanya itu, tidak lebih tidak kurang.
Jadi bila anak kita mendapat nilai yang baik tentu tidak membuat kita terlena sehingga tidak lagi memacunya untuk giat belajar, atau bila nilai anak kita kurang baik atau bahkan terjelek di kelasnya jangan lantas melabelkan dia dengan label yang tidak memberdayakan.
Apapun nilai raport sekolah anak, berilah respon terbaik untuk semangat belajar mereka. Bila nilai raportnya bagus dan memuaskan INGATlah untuk memberi apresiasi, pengakuan, dan bila perlu beri penghargaan. Semua itu akan membantu anak merasa ada perhatian dan kepedulian dari kedua orang tuanya.
Namun sebaliknya, bila nilainya rendah dan tak sesuai harapan, HINDARI menjudge anak sebagai anak yang terbelakang, apalagi memberi label-label yang bisa merusak masa depan. Justru karena nilai sekolah anak rendah jadi pengingat buat orang tua bahwa perhatian harus lebih ditambah. Temukan kelemahan yang perlu ditunjang, cari kekurangan yang perlu dilengkapkan, gali terus keterlambatan sehingga bisa diberi dorongan.
Jadi, momen mengambil raport sekolah bisa dimanfaatkan sebagai moment untuk menguatkan bonding antara orang tua dan anak. Apresiasi, pengakuan, dan penghargaan pada pencapaian anak menjadikan anak semakin semangat berprestasi. Evaluasi dan refleksi diri atas kekurangan anak kan sadarkan kita ada sesuatu yang belum dilakukan.
Dan yang perlu diingat sekali lagi, nilai potensi yang dimiliki oleh anak dan yang mampu ia kembangkan lebih dari apa yang tertera di atas lembar kertas raport sekolah.
Selamat mengambil raport sekolah anak, selamat membangun keakraban lebih dekat bersama anak.
Berbagi
Komentar