APA KATA MEREKA TENTANG KAMI

Testimoni
Pak Rahmat
Alumni

Kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada guru dan seluruh staff Bina Amal 03 yang sudah mendidik anak kami, baik saat di playgroup sampai di TK sekarang ini. Saya merasa bahwa kesabaran dan ketelatenan ibu-ibu guru di Bina Amal 03 bisa membimbing dan mendidik anak saya menjadi anak yang sholih, berbakti pada orang tua. Dan karena kesabaran, ketelatenan, serta pendekatan yang terus-menerus membuat anak kami yang awalnya dulu tidak mau bersekolah bahkan takut ke sekolah, sekarang sudah merasa enjoy dan happy bersekolah, bahkan jika diminta libur sekolah tidak mau. Hal yang tidak kalah penting di TKIT Bina Amal 03 mengutamakan pendidikan karakter ke anak, hal ini sangat bagus karena pendidikan karakter memang harus diterapkan sejak usia dini.

Testimoni
Pak Joko
Alumni

Kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada guru dan seluruh staff Bina Amal 03 yang sudah mendidik anak kami, baik saat di playgroup sampai di TK sekarang ini. Saya merasa bahwa kesabaran dan ketelatenan ibu-ibu guru di Bina Amal 03 bisa membimbing dan mendidik anak saya menjadi anak yang sholih, berbakti pada orang tua. Dan karena kesabaran, ketelatenan, serta pendekatan yang terus-menerus membuat anak kami yang awalnya dulu tidak mau bersekolah bahkan takut ke sekolah, sekarang sudah merasa enjoy dan happy bersekolah, bahkan jika diminta libur sekolah tidak mau. Hal yang tidak kalah penting di TKIT Bina Amal 03 mengutamakan pendidikan karakter ke anak, hal ini sangat bagus karena pendidikan karakter memang harus diterapkan sejak usia dini.

Testimoni
Pak Bambang
Alumni

Kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada guru dan seluruh staff Bina Amal 03 yang sudah mendidik anak kami, baik saat di playgroup sampai di TK sekarang ini. Saya merasa bahwa kesabaran dan ketelatenan ibu-ibu guru di Bina Amal 03 bisa membimbing dan mendidik anak saya menjadi anak yang sholih, berbakti pada orang tua. Dan karena kesabaran, ketelatenan, serta pendekatan yang terus-menerus membuat anak kami yang awalnya dulu tidak mau bersekolah bahkan takut ke sekolah, sekarang sudah merasa enjoy dan happy bersekolah, bahkan jika diminta libur sekolah tidak mau. Hal yang tidak kalah penting di TKIT Bina Amal 03 mengutamakan pendidikan karakter ke anak, hal ini sangat bagus karena pendidikan karakter memang harus diterapkan sejak usia dini.

Featured Posts

Featured Posts

Arsip

Error 404

Sorry! The content you were looking for does not exist or changed its url.

Please check if the url is written correctly or try using our search form.
Ekstrakurikuler

Sarana pengembangan bakat minat yang mewadahi kegiatan anak. Ada banyak pilihan Ekstra kurikuler, diantaranya : Akademik : Matematika, IPS, Fisika, Biologi, Desain Grafis, English Club, Arabic Club Kewiraan : Pramuka, PMR, Paskibra Seni : Teater, Nasyid, Cerpen, Kaligrafi, Qiroah, Rebana, Sinematografi Olah Raga : Basket, Futsal, Voli, Badminton, Beladiri, Panahan

Selengkapnya
Puncak Tema

PUNCAK TEMA Puncak Tema adalah kegiatan untuk memberikan kebermaknaan pembahasan tema, maka pada setiap akhir tema perlu dikokohkan dengan puncak tema.. Kegiatan puncak tema bersifat menggembirakan, penguatan sikap, pengetahuan, keterampilan yang melibatkan berbagai pihak terutama orang tua/keluarga. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan cara : Berdiskusi dengan anak tentang pengalaman yang berkaitan dengan tema yang sudah digunakan. Mengajak anak untuk menceritakan kembali hasil karya selama penggunaan tema kepada teman, orang tua dan atau keluarga. Kunjungan lapangan dalam rangka penguatan kompetensi yang sudah dimiliki anak. Mengundang orang tua untuk kegiatan bersama yang berkaitan dengan tema. Membuat setting lingkungan sesuai dengan tema TRANSISI ANTAR TEMA Setelah mengakhiri tema guru harus dapat mengkaitkan tema sebelum dan tema yang akan digunakan selanjutnya untuk membangun minat dan ketertarikan anak dalam memasuki kegiatan main di tema berikutnya. Proses ini disebut transisi antar tema. Transisi antar tema yang dilakukan dengan berbagai cara antara lain: Diskusi tentang pengalaman anak terkait tema lama Berkunjung ke suatu tempat yang terkait dengan tema baru Membacakan cerita yang terkait dengan tema baru Berdiskusi sesuai dengan pengalaman anak yang terkait dengan tema baru Mengundang narasumber yang memiliki keahlian/pengetahuan terkait dengan tema baru

Selengkapnya
Takhasus Al Quran

Adalah program menghapal Al Quran 30 Juz. Program ini diawali dengan tahsin, yaitu mengeluarkan setiap huruf-huruf al Quran dari tempat keluarnya dengan memberikan hak dan mustahaknya.” Atau dengan kata lain menyempurnakan semua hal yang berkaitan dengan kesempurnaan pengucapan huruf-huruf al Quran dari aspek sifat-sifatnya yang senantiasa melekat padanya dan menyempurnakan pengucapan hukum hubungan antara satu huruf dengan yang lainnya seperti idzhar, idgham, ikhfa dan sebagainya. Dengan kata lain adalah memperbaiki bacaan santri agar sesuai dengan kaidah yang berlaku. Adapun metode menghafal yang di terapkan menganut prinsip “Penambahan” (Ziadah) dan “Pengulangan” (Murojaah). Cara menghafalkan santri dalam satu hari harus mengajukan tambahan hafalan pada pagi dan malam hari serta mengulang kembali hafalan pada sore hari. Santri dibagi menjadi kelompok-kelompok/halaqoh hafalan yang dipimpin oleh satu ustadz pembimbing. Setiap ustadz pembimbing bertanggungjawab mengawasi dan mengoreksi kualitas bacaan santri

Selengkapnya
Pendidikan Karakter

Penanaman nilai-nilai karakter merupakan hal penting yang harus ditanamkan pada siswa dari jenjang sekolah rendah hingga perguruan tinggi. Religius adalah salah satu unsur utama dalam pendidikan karakter. Bina Amal adalah salah satu sekolah yang telah lama mengimplementasikan nilai-nilai agama Islam pada diri siswa. Model penanaman Pendidikan karakter pada siswa di Sekolah Islam Terpadu Bina Amal Semarang meliputi dua ruang, yakni ruang dalam sekolah dan ruang luar sekolah. Di dalam sekolah, model yang diterapkan meliput i; (1) Pembiasaan adab harian di sekolah, (2) pembiasaan berpakaian Islam syar’I baik siswa maupun guru, (3) pembiasaan pelafalan kalam Islami sebelum pelajaran, (4) Pembiasaan pergaulan Islami, (5) Menempatkan pelajaran Quran sebelum matapelajaran umum, (6) program salat berjamaah, (7) program makan siang bersama, dan (8) peka ananda.

Selengkapnya
Logo
Slide 2
Slide 1

Slider

4-latest-1110px-slider

Comments

4-comments

[Yayasan][horizontal][animated][7]

Recent Post [simple][recent][10]

Bina Amal Semarang


Yayasan Bina Amal

Populer

Agar Anak Rajin Shalat

Solat Jamaah saat acara malam bina iman taqwa di Bina Amal Diriwayatkan, Umar bin Khattab setiap kali membangunkan anaknya untuk shalat beliau membaca ayat dalam surah Thaha yang artinya, “Dan, perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan, akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. (QS Thaha : 132). Rupanya, ayat ini yang mendasari motivasi Amirul Mukminin Umar bin Khattab sehingga tak pernah merasa lelah dalam menegakkan shalat dalam rumah tangganya. Setidaknya, ada empat pelajaran berharga yang dipetik dari ayat di atas. Pertama. Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah ( berislam). Maknanya setiap anak pada hakikatnya berpotensi senang shalat dan merasa membutuhkan shalat. Orang tuanyalah yang dengan atau tanpa sadar telah memalingkan fitrah anaknya selama ini. Penghasilan dan makanan yang haram atau bercampur yang haram, to...

Siswa PAUD IT Bina Amal Bermain ke Toko Bunga dan Tanaman

Siswa siswi KBIT - TKIT Bina Amal melakukan kunjungan ke toko bunga dan tanaman dalam rangka puncak tema bunga, Kamis, 4 Oktober 2018.   Di sana, mereka melihat dan mengenal bunga - bunga yang ada. Seru sekali kegiatan puncak tema bunga kali ini...   Siswa siswi dapat melihat secara langsung bunga - bunga yang cantik dan warna warni.

Agar Anak Selalu Optimis

Anak yang optimis adalah anak yang percaya diri. Dia akan selalu percaya bahwa yang dia lakukan adalah baik. Dia tidak takut untuk mencoba. Bila melakukan kesalahan, dia tidak akan larut dalam perasaan bersalah. Bila mengalami kegagalan, dia tidak akan ngembek, dan akan terus mencoba  untuk mencapai keberhasilan.  Menjadi pribadi yang optimis tentu tidaklah mudah. Membutuhkan peran serta aktif dari orang tua. Bagaimana caranya? 1.Pujian dan Penghargaan Bila anak melakukan hal yang baik, jangan jual mahal kata-kata pujian. Meskipun yang telah dilakukan anak adalah hal  sepele menurut kita, namun bagi anak-anak itu bisa jadi sesuatu yang luar biasa. Misalnya, pada saat anak selesai bermain. Lalu anak kita mengembalikan mainan yang selesai dia mainkan ke dalam kotak mainan. Pujilah buah hati kita. Buatlah dia merasa bila apa yang dia lakukan sangatlah baik dan harus terus dilakukan. Tidak perlu kata-kata yang panjang. Cukup dengan tersenyum lalu katakana,”Wah…keren…...

Lima Hal Positif Yang Perlu Ditanamkan Dalam Diri Kid Jaman Now

Kids Zaman Now begitu viral di dunia nyata maupun di dunia maya. Istilah yang begitu mudah di dengar dan ditirukan banyak orang. Apa sih sebenarnya arti Zaman Now itu sendiri? Jaman dalam istilah umum berarti masa / waktu dan Now dari bahasa inggris yang artinya sekarang atau kekinian. Pertanyaannya adalah mengapa tidak memakai istilah anak jaman sekarang saja atau anak kekinian? Saya fikir ini ini bukan masalah istilah biar keren dengan menggunakan bahasa inggris akan tetapi pemakaian istilah ini merujuk kepada Kids Zaman Now sangat lekat dengan dunia digital dan media sosial. Hal inilah yang membedakan masa muda kita dengan anak-anak yang lahir tahun 2000an.  Perkembangan teknologi dan tidak diimbangi dengan kesiapan mental para user akan menimbulkan efek samping yang membahayan. Berikut akan saya sampaikan beberapa fakta sederhana tetapi kalau dibiarkan akan menjadi Petaka Sosial. Pada masa 90an sampai masuk tahun 2000 generasi waktu itu belum terlalu disibukkan dengan “G...

Cara Mendidik Anak Aktif Menjadi Kreatif

Anak yang aktif kadang menggemaskan. Ada saja polah tingkah mereka yang bisa membuat kita tersenyum. Namun bila terlalu dibiarkan akan semakin menjadi. Dan bila kita memberlakukan pola asuh yang salah, bisa jadi anak aktif tersebut mengarah pada anak “bandel” . Lagu bagaimana untuk mengatasi atau mendidik anak aktif ini? Salah satunya adalah mengubah mereka menjadi anak yang kreatif . Bagaimana caranya? Ikuti tips-tips di bawah ini: 1. Jangan membatasi anak dengan banyak larangan Anak yang aktif adalah anak yang suka bergerak. Itu sudah menjadi sifat dari sang anak. Bila kita terlalu banyak memberikan ini dan itu, tentu dia akan merasa ada semacam kerangkeng yang membelenggu tubuhnya. Mungkin ada saatnya dia akan menuruti aturan tersebut. Namun bila ada hal-hal yang membuatnya kecewa, dia bisa berubah menjadi anak yang tidak mau tahu aturan, dan seakan-akan dia akan tumbuh menjadi anak yang pemberontak. Anak yang aktif biasanya butuh….. 2. Pengarahan ya...

Panduan Mudah Belajar

J am sudah menunjukkan lewat waktu tidur dan si kecil yang berusia 6 tahun menangis karena belum bisa mengingat kata-kata ejaannya. Beberapa jam sebelumnya, Anda memintanya untuk menyelesaikan pekerjaan rumah. Kini, Anda menyuruhnya menutup buku dan tidur. Dia terlalu lelah, sangat tidak siap, dan cemas. Jangan putus asa. Si kecil baru saja memulai hubungan jangka panjang dengan belajar, dan Anda juga terlibat di dalamnya. Jika melihatnya sebagai suatu proses pengenalan pada kebiasaan positif, Anda akan segera menemukan jalan untuk sesi mengerjakan tugas yang produktif, tenang, dan menyenangkan. Ajarkan Konsistensi Hindari pengacau jadwal belajar, misalnya bermain sepulang sekolah. Anak harus mencoba mengerjakan tugasnya di waktu yang sama setiap hari. “Tanpa rutinitas,  tugas akan sangat mudah untuk ditunda,” ujar Jeanne Shay Schumm, PhD, penulis How to Help Your Chilc With Homework . Untuk mencari waktu yang optimal, pertimbangkan juga jadwal keluarga dan temp...

Pesona Edu Hadir untuk Bina Amal

Rabu 23 Oktober 2019, pukul 08.00 siswa SD IT Bina Amal 02 berkunjung ke SMP IT Bina Amal. Mereka dikenalkan dengan pembelajaran digital melalui Pesona Edu. Pesona Edu merupakan software edukasi dengan beberapa produk unggulan kami meliputi konten pengayaan interaktif, buku digital interaktif dan software latihan soal digital. Pesona Edu termasuk software yang mengisi ruang layar menu tablet di Samsung Smart Learning Center (SSLC). Secara bergiliran siswa SD IT Bina Amal 02 bergantian menuju ke SSLC SMP IT Bina Amal. Untuk yang mendapat giliran pertama masuk ke ruang SSLC adalah siswa putri. Sementara siswa putri belajar di SSLC, siswa putra berkeliling melihat komplek kampus SMIT Bina Amal dan menyaksikan video Profil SMP IT Bina Amal. Kegiatan pembelajaran digital dibimbing oleh Ibu Ani Wahyuni S.Pd. selaku guru Ilmu Pengetahuan Alam SMP IT Bina Amal. Siswa sangat senang dalam melaksanakan pembelajaran digital karena seolah mereka sedang bermain dengan ponsel layar sentuh. ...

Kandungan Bahan Makanan dalam Permen Kenyal

Anak senang makan permen kenyal/chewy, karena rasanya yang manis dan tekstur yang kenyal. Tapi, apa saja komposisi bahan makan dalam camilan ini?   Tak ada salahnya Mama kenali bahan dan nutrisi yang terkandung dalam permen favorit anak ini. * Bahan Penstabil (Gelatin Sapi) Sama seperti pada produk biskuit, bahan penstabil (stabilizer) adalah BTP yang berfungsi untuk menstabilkan sistem dispersi agar campuran ingredient menjadi homogen. Untuk produk permen kenyal yang biasa digunakan memang jenis gelatin. Fungsi lain gelatin adalah sebagai bahan pembentuk gel atau pembentuk tekstur. * Humektan Merupakan BTP yang digunakan untuk mempertahankan kelembaban produk pangan. Bahan yang sering digunakan sebagai humektan untuk permen adalah sorbitol dan xilitol yang juga mampu memperbaiki cita rasa kunyah untuk  permen chewy. * Pengatur Keasaman (asam sitrat, asam laktat) Fungsi sama dengan pada produk chips dan biskuit * Perisa Buah-Buahan Merupakan jenis BTP flavouring yang...

Pentingnya Membangun Komunikasi dengan Anak untuk menjadi Generasi Juara

Psikolog Nurina, S.Psi., CHA., CGA SD IT Bina Amal Semarang mengadakan Seminar Smart Parenting dengan tema " Pentingnya Membangun Komunikasi dengan Anak untuk menjadi Generasi Juara bersama psikolog Nurina, S.Psi., CHA., CGA. Seminar diadakan pada Sabtu, 24 September 2016 dengan peserta merupakan wali murid siswa, khususnya kelas 1 dan kelas 2. Secara umum, seminar berlangsung dengan lancar. Di awali dengan tilawah dari siswa kelas 1 dan kelas 2. Kemudian ada persembahan gerak dan lagu dari siswa kelas 2 serta pembacaan puisi. Penampilan Gerak dan Lagu Siswa Kelas 2 Acara kemudian dilanjutkan penyampaian materi dan diskusi. Alhamdulillah orang tua juga aktif berpatisipasi dalam tanya jawab. Diharapkan dari seminar ini, orang tua memiliki gambaran dan wawasan terkait pentingnya membangun komunikasi dengan anak. Diawali dengan mengenal gaya belajar anak. Dengan mengenal gaya belajar anak, maka di harapkan orang tua lebih mudah dalam membimbing dan menggali poten...

Batasi Garam Untuk Anak

Sekitar 43 persen garam yang diasup si kecil berasal dari 10 jenis makanan yang paling sering mereka makan, di antaranya: Pizza, roti, daging, camilan gurih, roti isi, keju, nugget, sup, dan sebagainya. Beberapa dari makanan di atas sebenarnya tidak berasa asin, tapi sebenarnya mengandung sodium cukup tinggi. Hal ini karena kebanyakan sodium sudah ada dalam makanan, bahkan sebelum makanan tersebut diproses. Seperti halnya orang dewasa, konsumsi garam yang berlebihan pada anak-anak juga bisa mendatangkan masalah pada kesehatan. Salah satunya adalah tekanan darah tinggi. "Satu dari enam anak di Amerika mengalami darah tinggi yang bisa menyebabkan hipertensi di usia dewasa," kata Ileana Arias dari pusat pengendalian dan pencegahan penyakit AS (CDC). Lebih lanjut dikatakan Ileana, menurut hasil sebuah survei yang dilakukan di Amerika Serikat, rata-rata anak berusia 6-18 tahun di sana mengasup 3.300 miligram sodium perhari, belum termasuk garam yang ditambahkan di meja. Jumla...

TENTANG BINA AMAL

Yayasan Wakaf Bina Amal adalah Lembaga dakwah yang menjadi bagian integral dari dakwah ummat, untuk dapat memberikan kontribusi positif kepada bangsa dan negara, terutama dalam melahirkan SDM berkualitas yaitu generasi mandiri yang memiliki karakter robbaniyah. Fokus utama Yayasan Wakaf Bina Amal adalah Bidang Pendidikan.

Alhamdulillah, berkat rahmat Allah SWT, Yayasan Wakaf Bina Amal yang didirikan sejak tahun 2001, beralamat di Jalan Kyai Saleh no.8 Mugasari Semarang Selatan, memiliki banyak unit Pendidikan yaitu kampus 1 ( PAUDIT dan SDIT Bina Amal), kampus 2 (SMPIT dan SMAIT Bina Amal yang menggunakan sistem pembelajaran Boarding scholl/asrama dalam Pondok Pesantren Tahfidz Bina Amal) ) , kampus 3 (TKIT dan SDIT Bina Amal 02) dan kampus 4 (PAUDIT Bina Amal 03).

Bina Amal menjawab kebutuhan masyarakat yang mencari Pendidikan terbaik buat putra putrinya yang berkesinambungan dari jenjang PAUD hingga SMA. Dengan tenaga pengajar yang sebagian besar terdiri dari generasi muda yang memiliki semangat untuk terus belajar terlebih menghadapi tantangan revolusi industri 4.0 dan society 5.0, maka Bina Amal siap menjadi bagian dalam pelopor perubahan dan pembangun peradaban bangsa Indonesia.

TENTANG BINA AMAL

Bina Amal Semarang


Yayasan Bina Amal

PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU

LEMBAGA PENDIDIK ISLAM TERPADU BINA AMAL TAHUN AJARAN 2023/2024

Trending now

Warisan Apakah yang Terbaik untuk Anak Kita?

Siswa Bina Amal Beristirahat setelah berolah raga di Sekolah
Suatu hari usai shalat Zhuhur, seorang saudari mengingatkanku akan sebuah kisah indah… Bahwa pada saat hari pembaiatan khalifah Al Mansur Rahimahullah, masuklah “Muqatil bin Sulaiman” rahimahullah.
Kemudian sang khalifah pun berkata kepadanya, “Berilah saya nasihat wahai Muqatil…”
Beliau pun menjawab, “Saya beri nasihat dengan yang pernah saya lihat ataukah yang saya dengar?”
Khalifah: “… dengan yang engkau lihat…”

Muqatil: “Wahai amirul mukminin..! Umar bin Abdil aziz (khalifah yang terdahulu) memiliki 11 orang anak. Beliau meninggalkan warisan hanya 18 dinar, 5 dinar untuk membeli kafan dan 4 dinar untuk membeli pekuburan beliau, sisanya 9 dinar dibagikan kepada 11 anaknya. Dan Hisyam bin Abdul Malik (khalifah setelahnya) punya 11 orang anak juga, dan jatah warisan tiap anaknya 1 juta dinar. Demi Allah wahai amirul mukminin… Sungguh saya telah menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri di suatu hari salah seorang anak Umar bin Abdul Azis bersedekah 100 kuda perang untuk jihad fii sabilillah, dan salah seorang anak Hisyam bin Abdul Malik, sedang mengemis di dalam pasar…”

Beliau melanjutkan nasihatnya,

“Orang-orang pernah bertanya kepada Umar bin Abdul Azis (sebelum wafatnya), “Apa yang kamu tinggalkan untuk anak-anakmu?!” (Karena Umar terkenal dengan sedekahnya yang luar biasa)
Maka beliau (Umar bin Abdul Azis) pun menjawab, “Saya meninggalkan untuk mereka ketaqwaan kepada Allah, Jika mereka adalah orang-orang yang shalih, maka sesungguhnya Allah adalah wali (pelindung) bagi orang-orang yang shalih… Jika mereka bukan orang yang shalih, maka tidak akan saya tinggalkan sedikit pun yang membantu mereka bermaksiat kepada Allah…” Masya Allah!”

Renungkanlah duhai diri, kita yang berperan menjadi orang tua, atau calon-calon orang tua, penerus generasi harapan umat… Berapa banyak orang yang sibuk, bekerja keras, bersusah payah di dunia ini hanya demi menjamin kehidupan anaknya di masa depan. Mereka mengira, dengan uang atau harta yang ada setelah kematiannya adalah jaminan kehidupan bagi anak cucu keturunan. Namun mereka lupa akan jaminan yang agung dan hakiki yang telah dijanjikan sang pencipta dalam kitab-Nya… naudzubillahi minzaliik, faghfirlana…

Setelah saya mendengar nasihat itu, masya Allah, kekuatan dan kepercayaan diri seolah kian diteguhkan-Nya, tubuh lelah tak pernah terasa lemah ketika bersama teman-teman mendatangi majelis-majelis ilmu, setiap hari, di beberapa lokasi berjauhan, online, maupun offline. Terasa sebegitu pendek usia ini, waktu amat cepat berlari, sayang jika sisa usia tidak dipergunakan untuk membekali warisan yang paling berharga, yaitu ketaqwaan kepada-Nya dalam memegang teguh Quran dan sunnah rasul-Nya Sallallahu Alaihi Wasallam.

Setelah saya mendengarkan pula banyak nasihat dari kisah pendahulu kita yang shalih sebagaimana keteladanan kisah di atas, saya ‘tidak minder’ dengan “jumlah benda” yang dinikmati keluarga kami setelah sekian masa bekerja. Maklumlah, kita manusia sering lalai dan lupa, meskipun suami, orang tua, atau sahabat terdekat senantiasa mengingatkan di sisi kita. Ada kalanya di lingkungan tempat kita tinggal, orang-orang melakukan penilaian pantas – tak pantas berdasarkan status kedudukan, serta peranan yang melekat pada kita. Misalkan celetukan seorang teman kepada sobatku, “Masa’ sih, dua puluh tahun kerja di luar negeri, kok cuma bisa beli rumah kecil di desa?” Astaghfirullah, padahal tak tampak di matanya bahwa sang empunya rumah memilik alasan penting untuk tinggal di desa tersebut, membantu kemajuan penduduk di tempat terpencil itu.

Sewaktu saya tinggal di Polandia, kalian mungkin tak menduga bahwa penduduk Poland sangat ‘perhitungan meski dengan se-sen dua sen pun hartanya’:-D, ‘salary’ kami tidaklah sebesar jumlah gaji teman-teman yang ada di middle east— namun nama Abu Azzam ‘tembus’ menolong krisis Eropa sebagai orang Asia yang kulitnya coklat, apalagi sebagai keluarga muslim, adalah keistimewaan tersendiri dalam perjalanan hidup. Insya Allah, memang amat berlimpah karunia dan hikmah-Nya.

Suatu hari ada teman non-muslim yang doyan bergosip, mengajak berkunjung ke kota lain, (dan di kota ini, ada warga Indonesia, baru nikah, dengan warga Poland yang manula dan dia punya kehidupan nan tersentak berubah—dari seorang akuntan, wanita karir di perusahaan internasional di Jakarta, kemudian harus berkebun dan mengolah banyak bahan pertanian di sudut terpencil, sebuah desa di Polandia. ‘ceritanya gak pernah ngemall lagi, gak bisa shopping-an lagi. Tiap hari bikin selai sendiri, bikin yogurt, dan kue-kue sendiri, dll). Saya kagum pada mbak tersebut, meskipun kita beda agama, saya support pilihan hidupnya sebagai teman yang baik, dia mau meninggalkan hobi lama di ibu kota yang ‘merdeka’ demi menghargai suaminya—bersuami setelah usia hampir 40 tahun, dia buktikan kesabarannya. Namun temanku yang satu tadi, dengan kalimat candaan (terkesan mencemo’oh), dia bilang “Bertahun-tahun kerja, cuma kebeli apartemen kecil begini?! Huuu, jauh pula di dusun kecil begini?!!!” Sambil ketawa-ketiwi.

Iya memang di antara mereka special-gank ini sering saling pamer harta, kadang percakapan ‘bunyinya saling membanggakan harta’. Saya beristighfar, jadi bersyukur karena memiliki bahan renungan… Sungguh renungan dahsyat yang dapat membuat air mata tumpah kalau ‘curhat’ pada-Nya di tengah malam. Di sisi lain, teman yang usianya lima tahun-an lebih tua di atas usiaku, dan tinggal di middle east waktu itu, ‘memberi kabar bahwa tabungannya terkumpul  rumah berjumlah empat buah, beda lokasi di tanah air’ (Weeeew! Mikirin ngebangunin anak-anak rumah, supaya anak-anak ‘aman’ nyaman di dunia). Apalagi tambahan sekian dana di rekening banknya. Subhanallah, walhamdulillah, teman-teman yang ada di dekatnya turut bahagia, sekaligus ada rasa iri, iri yang membangkitkan rasa ingin memiliki ilmu manajemen dana rumah tangga sebaik dirinya.

Namun ketika Allah azza wa jalla melimpahkan hidayah-Nya yang deras, bertubi-tubi kucuran karunia rezeki-Nya kepada hamba, tersadar diri ini bahwa suamiku senantiasa berusaha mengajak hidup berkah, sakinah mawaddah warahmah… “Tabungan yang real” bukanlah deposito, rumah-rumah, logam mulia, ternak, mobil-mobil mewah, dll tersebut. Astaghfirullah…

Warisan terbaik yang merupakan tabungan kita adalah amalan dalam dua pedoman hidup: Al-Quran (Kitabullah) dan as -Sunnah(hadits rasul-Nya Sallallahu ‘Alaihi Wasallam). Masya Allah, dulu di zaman sekolah, kita hanya memperoleh teorinya. Sekarang kita mengemban amanah sebagai orang tua, menyadari hal itu secara betul-betul diresapi, memantapkan hati untuk “mengajak anak-anak agar sama-sama belajar”. Belajar meningkatkan kualitas diri dengan ‘berpegangan’ pada warisan utama ini. Subhanallah walhamdulillah walaa ilaha illallahu Allahu Akbar, bersyukur kita adalah muslim, kita punya kenikmatan iman dalam cahaya hidayah-Nya.

Sungguh amat bersyukur kita punya ‘tabungan akhirat’ di setiap keikhlasan dan kerelaan hati memberikan segala titipan-Nya yang kita punya, dan dengan hal ini, justru banyak orang Poland, dan Eropa secara umum, menjadi ‘terhipnotis’ dan amat tertarik dengan kehidupan muslim. Sehingga mereka ‘terheran2′ kalau melihat anak-anak/remaja Indonesia (yang notabene mayoritas muslim), ‘kok sampai segitu ngefans dengan kaum musyrikin Amrik kayak ladyangagal dan bibir? Naudzubillahiminzaliik…
Kita resapkan kembali dalam diri, mengenai kalimat beliau (Umar bin Abdul Azis) saat menjawab, “Saya meninggalkan untuk mereka ketaqwaan kepada Allah, Jika mereka adalah orang-orang yang shalih, maka sesungguhnya Allah adalah wali (pelindung) bagi orang-orang yang shalih… Jika mereka bukan orang yang shalih, maka tidak akan saya tinggalkan sedikit pun yang membantu mereka bermaksiat kepada Allah…” 

Masya Allah…

Terngiang selalu sebuah Hadits Riwayat Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Nasa’i dan Ahmad: “Apabila seorang manusia meninggal maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal: Sedekah jariyah atau ilmu yang bermanfaat sesudahnya atau anak yang shalih yang mendoakannya.”

Sering tak menyadari khilaf diri, kita melihat sepasang suami istri yang sibuk dengan dunia Facebook atau Twitter masing-masing (berkilah dengan alasan silaturahim tiada henti), dan anak-anak mereka juga sibuk bermain sendiri aneka games dengan perlengkapan modern seperti iPad atau gTab, sementara adzan berkumandang, tak peduli pada panggilan shalat, meskipun jarak masjid amat dekat. Seringkali kita habiskan uang satu juta rupiah, terasa jumlah yang kecil ketika berbelanja keperluan makanan, minuman, dan pakaian di pusat perbelanjaan. Namun pada saat ada berita sahabat yang menderita sakit serius dan perlu perawatan intensif, satu juta rupiah itu terasa amat besar jika dipergunakan untuk memberikan secuil sumbangsih dana rawatannya.

Juga pada saat membayarkan les piano, biola, atau les renang anak-anak, kita dengan santai meluncurkan cost- tiga ratus ribu rupiah per-jam, guna membayar bea jasa guru les tersebut. Namun tatkala berinfaq kepada guru mengaji mereka, jumlah itu seolah terasa terlalu besar, meluangkan waktu dalam skill-tadabur Quran seolah tak perlu dihargai. Begitulah suasana hati kita, tanyakan pada nurani sendiri, kecondongan terhadap warisan harta dunia, ataukah memahami warisan terbaik buat kehidupan nan hakiki? Wallahu a’lam bisshawab.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2014/04/15/49628/warisan-apakah-yang-terbaik-untuk-anak-kita/#ixzz30VoQGo5e

Popular Posts

Dwi Prastyo
Dwi Prastyo
Online
Halo 👋
Ada yang bisa dibantu?

Warisan Apakah yang Terbaik untuk Anak Kita?

Siswa Bina Amal Beristirahat setelah berolah raga di Sekolah
Suatu hari usai shalat Zhuhur, seorang saudari mengingatkanku akan sebuah kisah indah… Bahwa pada saat hari pembaiatan khalifah Al Mansur Rahimahullah, masuklah “Muqatil bin Sulaiman” rahimahullah.
Kemudian sang khalifah pun berkata kepadanya, “Berilah saya nasihat wahai Muqatil…”
Beliau pun menjawab, “Saya beri nasihat dengan yang pernah saya lihat ataukah yang saya dengar?”
Khalifah: “… dengan yang engkau lihat…”

Muqatil: “Wahai amirul mukminin..! Umar bin Abdil aziz (khalifah yang terdahulu) memiliki 11 orang anak. Beliau meninggalkan warisan hanya 18 dinar, 5 dinar untuk membeli kafan dan 4 dinar untuk membeli pekuburan beliau, sisanya 9 dinar dibagikan kepada 11 anaknya. Dan Hisyam bin Abdul Malik (khalifah setelahnya) punya 11 orang anak juga, dan jatah warisan tiap anaknya 1 juta dinar. Demi Allah wahai amirul mukminin… Sungguh saya telah menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri di suatu hari salah seorang anak Umar bin Abdul Azis bersedekah 100 kuda perang untuk jihad fii sabilillah, dan salah seorang anak Hisyam bin Abdul Malik, sedang mengemis di dalam pasar…”

Beliau melanjutkan nasihatnya,

“Orang-orang pernah bertanya kepada Umar bin Abdul Azis (sebelum wafatnya), “Apa yang kamu tinggalkan untuk anak-anakmu?!” (Karena Umar terkenal dengan sedekahnya yang luar biasa)
Maka beliau (Umar bin Abdul Azis) pun menjawab, “Saya meninggalkan untuk mereka ketaqwaan kepada Allah, Jika mereka adalah orang-orang yang shalih, maka sesungguhnya Allah adalah wali (pelindung) bagi orang-orang yang shalih… Jika mereka bukan orang yang shalih, maka tidak akan saya tinggalkan sedikit pun yang membantu mereka bermaksiat kepada Allah…” Masya Allah!”

Renungkanlah duhai diri, kita yang berperan menjadi orang tua, atau calon-calon orang tua, penerus generasi harapan umat… Berapa banyak orang yang sibuk, bekerja keras, bersusah payah di dunia ini hanya demi menjamin kehidupan anaknya di masa depan. Mereka mengira, dengan uang atau harta yang ada setelah kematiannya adalah jaminan kehidupan bagi anak cucu keturunan. Namun mereka lupa akan jaminan yang agung dan hakiki yang telah dijanjikan sang pencipta dalam kitab-Nya… naudzubillahi minzaliik, faghfirlana…

Setelah saya mendengar nasihat itu, masya Allah, kekuatan dan kepercayaan diri seolah kian diteguhkan-Nya, tubuh lelah tak pernah terasa lemah ketika bersama teman-teman mendatangi majelis-majelis ilmu, setiap hari, di beberapa lokasi berjauhan, online, maupun offline. Terasa sebegitu pendek usia ini, waktu amat cepat berlari, sayang jika sisa usia tidak dipergunakan untuk membekali warisan yang paling berharga, yaitu ketaqwaan kepada-Nya dalam memegang teguh Quran dan sunnah rasul-Nya Sallallahu Alaihi Wasallam.

Setelah saya mendengarkan pula banyak nasihat dari kisah pendahulu kita yang shalih sebagaimana keteladanan kisah di atas, saya ‘tidak minder’ dengan “jumlah benda” yang dinikmati keluarga kami setelah sekian masa bekerja. Maklumlah, kita manusia sering lalai dan lupa, meskipun suami, orang tua, atau sahabat terdekat senantiasa mengingatkan di sisi kita. Ada kalanya di lingkungan tempat kita tinggal, orang-orang melakukan penilaian pantas – tak pantas berdasarkan status kedudukan, serta peranan yang melekat pada kita. Misalkan celetukan seorang teman kepada sobatku, “Masa’ sih, dua puluh tahun kerja di luar negeri, kok cuma bisa beli rumah kecil di desa?” Astaghfirullah, padahal tak tampak di matanya bahwa sang empunya rumah memilik alasan penting untuk tinggal di desa tersebut, membantu kemajuan penduduk di tempat terpencil itu.

Sewaktu saya tinggal di Polandia, kalian mungkin tak menduga bahwa penduduk Poland sangat ‘perhitungan meski dengan se-sen dua sen pun hartanya’:-D, ‘salary’ kami tidaklah sebesar jumlah gaji teman-teman yang ada di middle east— namun nama Abu Azzam ‘tembus’ menolong krisis Eropa sebagai orang Asia yang kulitnya coklat, apalagi sebagai keluarga muslim, adalah keistimewaan tersendiri dalam perjalanan hidup. Insya Allah, memang amat berlimpah karunia dan hikmah-Nya.

Suatu hari ada teman non-muslim yang doyan bergosip, mengajak berkunjung ke kota lain, (dan di kota ini, ada warga Indonesia, baru nikah, dengan warga Poland yang manula dan dia punya kehidupan nan tersentak berubah—dari seorang akuntan, wanita karir di perusahaan internasional di Jakarta, kemudian harus berkebun dan mengolah banyak bahan pertanian di sudut terpencil, sebuah desa di Polandia. ‘ceritanya gak pernah ngemall lagi, gak bisa shopping-an lagi. Tiap hari bikin selai sendiri, bikin yogurt, dan kue-kue sendiri, dll). Saya kagum pada mbak tersebut, meskipun kita beda agama, saya support pilihan hidupnya sebagai teman yang baik, dia mau meninggalkan hobi lama di ibu kota yang ‘merdeka’ demi menghargai suaminya—bersuami setelah usia hampir 40 tahun, dia buktikan kesabarannya. Namun temanku yang satu tadi, dengan kalimat candaan (terkesan mencemo’oh), dia bilang “Bertahun-tahun kerja, cuma kebeli apartemen kecil begini?! Huuu, jauh pula di dusun kecil begini?!!!” Sambil ketawa-ketiwi.

Iya memang di antara mereka special-gank ini sering saling pamer harta, kadang percakapan ‘bunyinya saling membanggakan harta’. Saya beristighfar, jadi bersyukur karena memiliki bahan renungan… Sungguh renungan dahsyat yang dapat membuat air mata tumpah kalau ‘curhat’ pada-Nya di tengah malam. Di sisi lain, teman yang usianya lima tahun-an lebih tua di atas usiaku, dan tinggal di middle east waktu itu, ‘memberi kabar bahwa tabungannya terkumpul  rumah berjumlah empat buah, beda lokasi di tanah air’ (Weeeew! Mikirin ngebangunin anak-anak rumah, supaya anak-anak ‘aman’ nyaman di dunia). Apalagi tambahan sekian dana di rekening banknya. Subhanallah, walhamdulillah, teman-teman yang ada di dekatnya turut bahagia, sekaligus ada rasa iri, iri yang membangkitkan rasa ingin memiliki ilmu manajemen dana rumah tangga sebaik dirinya.

Namun ketika Allah azza wa jalla melimpahkan hidayah-Nya yang deras, bertubi-tubi kucuran karunia rezeki-Nya kepada hamba, tersadar diri ini bahwa suamiku senantiasa berusaha mengajak hidup berkah, sakinah mawaddah warahmah… “Tabungan yang real” bukanlah deposito, rumah-rumah, logam mulia, ternak, mobil-mobil mewah, dll tersebut. Astaghfirullah…

Warisan terbaik yang merupakan tabungan kita adalah amalan dalam dua pedoman hidup: Al-Quran (Kitabullah) dan as -Sunnah(hadits rasul-Nya Sallallahu ‘Alaihi Wasallam). Masya Allah, dulu di zaman sekolah, kita hanya memperoleh teorinya. Sekarang kita mengemban amanah sebagai orang tua, menyadari hal itu secara betul-betul diresapi, memantapkan hati untuk “mengajak anak-anak agar sama-sama belajar”. Belajar meningkatkan kualitas diri dengan ‘berpegangan’ pada warisan utama ini. Subhanallah walhamdulillah walaa ilaha illallahu Allahu Akbar, bersyukur kita adalah muslim, kita punya kenikmatan iman dalam cahaya hidayah-Nya.

Sungguh amat bersyukur kita punya ‘tabungan akhirat’ di setiap keikhlasan dan kerelaan hati memberikan segala titipan-Nya yang kita punya, dan dengan hal ini, justru banyak orang Poland, dan Eropa secara umum, menjadi ‘terhipnotis’ dan amat tertarik dengan kehidupan muslim. Sehingga mereka ‘terheran2′ kalau melihat anak-anak/remaja Indonesia (yang notabene mayoritas muslim), ‘kok sampai segitu ngefans dengan kaum musyrikin Amrik kayak ladyangagal dan bibir? Naudzubillahiminzaliik…
Kita resapkan kembali dalam diri, mengenai kalimat beliau (Umar bin Abdul Azis) saat menjawab, “Saya meninggalkan untuk mereka ketaqwaan kepada Allah, Jika mereka adalah orang-orang yang shalih, maka sesungguhnya Allah adalah wali (pelindung) bagi orang-orang yang shalih… Jika mereka bukan orang yang shalih, maka tidak akan saya tinggalkan sedikit pun yang membantu mereka bermaksiat kepada Allah…” 

Masya Allah…

Terngiang selalu sebuah Hadits Riwayat Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Nasa’i dan Ahmad: “Apabila seorang manusia meninggal maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal: Sedekah jariyah atau ilmu yang bermanfaat sesudahnya atau anak yang shalih yang mendoakannya.”

Sering tak menyadari khilaf diri, kita melihat sepasang suami istri yang sibuk dengan dunia Facebook atau Twitter masing-masing (berkilah dengan alasan silaturahim tiada henti), dan anak-anak mereka juga sibuk bermain sendiri aneka games dengan perlengkapan modern seperti iPad atau gTab, sementara adzan berkumandang, tak peduli pada panggilan shalat, meskipun jarak masjid amat dekat. Seringkali kita habiskan uang satu juta rupiah, terasa jumlah yang kecil ketika berbelanja keperluan makanan, minuman, dan pakaian di pusat perbelanjaan. Namun pada saat ada berita sahabat yang menderita sakit serius dan perlu perawatan intensif, satu juta rupiah itu terasa amat besar jika dipergunakan untuk memberikan secuil sumbangsih dana rawatannya.

Juga pada saat membayarkan les piano, biola, atau les renang anak-anak, kita dengan santai meluncurkan cost- tiga ratus ribu rupiah per-jam, guna membayar bea jasa guru les tersebut. Namun tatkala berinfaq kepada guru mengaji mereka, jumlah itu seolah terasa terlalu besar, meluangkan waktu dalam skill-tadabur Quran seolah tak perlu dihargai. Begitulah suasana hati kita, tanyakan pada nurani sendiri, kecondongan terhadap warisan harta dunia, ataukah memahami warisan terbaik buat kehidupan nan hakiki? Wallahu a’lam bisshawab.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2014/04/15/49628/warisan-apakah-yang-terbaik-untuk-anak-kita/#ixzz30VoQGo5e

Berbagi