Olahraga yang Hebat
Aktif berolahraga baik untuk kesehatan raga dan jiwa anak, terutama olahraga beregu. Bergabung dengan tim sangat baik bagi anak untuk menjaga kebugaran, bersenang-senang, membangun rasa percaya diri, dan belajar nilai-nilai kerja sama dan sportivitas. Tapi, berlaga di depan orang banyak yang bersorak mendukung (atau mengumpat) merupakan tekanan bagi atlet-atlet cilik, dan anak Anda harus siap menghadapi rasa frustasi, cemoohan, dan kritik –begitu pula Anda. Tapi, selama Anda ingatkan dia bahwa tujuan utama adalah bersenang-senang dan pertemanan, olahraga basket, hoki, baseball, atau sepakbola, bisa menjadi pengalaman yang luar biasa. Strategi jitu dari kami akan membantu Anda mengatasi masalah-masalah tim yang paling sulit.
MASALAH: Putra Anda, 6 tahun, lebih sering duduk di kursi cadangan sementara teman-temannya tidak pernah beristirahat. Sekalinya diturunkan, pelatih meneriakinya, ”Ayo, lebih sigap!”
Strategi Anda: Pada tingkat permainan ini, pelatih yang bagus akan berlaku adil kepada semua pemain dan menghargai upaya dan kemajuan mereka –bukan menghukum, mempermalukan, atau mengkritisi saat mereka berbuat salah atau kalah bermain. Sempatkan melihat beberapa sesi latihan agar Anda dapat mengantisipasi berbagai masalah potensial, saran Daniel Gould, PhD, direktur the Institute for the Study of Youth Sports, di Michigan State University. Jika Anda tidak senang dengan taktik sang pelatih, bicarakan empat mata di luar pertandingan tentang kepedulian Anda. Buatlah pernyataan seperti, “Saya ingin melihat anak saya lebih banyak bermain di lapangan.” Komentar seperti, ”Anda tidak memerhatikan anak saya” hanya akan membuatnya defensif. Jika dia terkesan tidak mau mendengarkan atau mengubah sikap, bicarakan dengan pengelola liga.
MASALAH: Salah satu orang tua pemain sibuk memberikan instruksi layaknya pelatih dari tepi lapangan dan bahkan menyalahkan anak Anda karena gagal merebut bola.
Strategi Anda: Selalu ada saja orang yang menganggu: orang tua yang terobsesi dengan kemenangan. Suporter semacam ini bisa menjatuhkan moral tim, oleh sebab itu belakangan ini semakin banyak kompetisi olahraga anak-anak yang meminta para orang tua menandatangani perjanjian untuk mendukung semua pemain dan tidak mengkritisi wasit. Idealnya, wasit atau pelatih mengingatkan orang tua yang fanatik untuk bersikap santun dan tidak berlebihan. Atau, bicarakan dengan pelatih atau wasit secara pribadi saat rehat, dan minta agar salah satu dari mereka mengingatkan penonton untuk menjunjung tinggi sportivitas. Jangan hadapi sendiri penonton yang menjengkelkan tadi. ”Anda tidak tahu reaksinya seperti apa. Kalau sampai ribut, hanya akan merugikan anak Anda dan teman-temannya,” tandas Dr. Gould.
MASALAH: Anak Anda, 8 tahun, pelempar bola, kecewa berat karena timnya kalah –dan dia merasa itu gara-gara dia.
Strategi Anda: Merasa bertanggung jawab atas kekalahan tim, tentu berat bagi anak seusianya. Adalah penting bagi Anda untuk mengingatkan anak Anda bahwa dia hanya salah satu anggota tim dan siapapun bisa membuat kesalahan. Tekankan bahwa seluruh anggota tim punya andil –pemain tengah mungkin luput menangkap bola, dan tidak ada yang berhasil membuat pukulan telak. Semua anak harus belajar mengatasi kekecewaan, frustasi, dan amarah dengan kepala dingin, dan pertandingan adalah medium bagus untuk mengajarkan pelajaran hidup yang berharga ini. Anda bisa membantu dengan tidak bereaksi berlebihan saat tim menang –dan beri dukungan serta berbanggalah atas upayanya setiap kali dia bertanding, apapun hasilnya. “Katakan kepadanya bahwa Anda bangga dia telah berusaha keras dan pujilah saat dia melakukan sesuatu dengan baik,” saran psikolog olahraga Joel Fish, PhD, penulis 101 Ways to Be a Terrific Sports Parent dan direktur Center for Sport Psychology di Philadelphia. Misalnya, ”Lemparanmu tadi strikes dan kamu mementahkan line drive.” Di rumah, berikan contoh sikap sportif saat Anda sekeluarga menonton pertandingan pro di televisi. Berikan juga contoh sikap yang buruk dan jelaskan mengapa itu tidak bisa diterima.
MASALAH: Putri Anda, 6 tahun, minta diizinkan bermain sepakbola. Sekarang dia merengek minta berhenti.
Strategi Anda: Pertama, cari tahu alasannya. Jika dia ingin keluar karena kesulitan menguasai ketrampilan baru, jangan biarkan dia menyerah. Ingatkan dia, berbeda dengan kelas melukis, misalnya, dia sudah sepakat bukan sekadar untuk bermain tetapi menjadi bagian dari sebuah grup. Bicarakan situasi ini dengan pelatih yang bisa bekerja sama erat dengan putri Anda dan menyemangatinya. Berlatihlah bersama anak Anda di rumah untuk membangkitkan rasa percaya dirinya dan mengasah ketrampilannya. Jika taktik ini tidak berhasil – dia menangis, dan Anda berteriak, sebelum latihan atau bertanding– turuti keinginannya. Sekali itu saja. “Lain kali dia minta didaftarkan cabang olahraga lainnya, ingatkan bahwa rekan-rekan satu tim dan pelatihnya akan membutuhkan ia untuk berpartisipasi penuh dan ia akan dituntut menjalani pilihannya ini hingga tuntas.” saran Dr. Gould.
MASALAH: Putra Anda, 6 tahun, lebih sering duduk di kursi cadangan sementara teman-temannya tidak pernah beristirahat. Sekalinya diturunkan, pelatih meneriakinya, ”Ayo, lebih sigap!”
Strategi Anda: Pada tingkat permainan ini, pelatih yang bagus akan berlaku adil kepada semua pemain dan menghargai upaya dan kemajuan mereka –bukan menghukum, mempermalukan, atau mengkritisi saat mereka berbuat salah atau kalah bermain. Sempatkan melihat beberapa sesi latihan agar Anda dapat mengantisipasi berbagai masalah potensial, saran Daniel Gould, PhD, direktur the Institute for the Study of Youth Sports, di Michigan State University. Jika Anda tidak senang dengan taktik sang pelatih, bicarakan empat mata di luar pertandingan tentang kepedulian Anda. Buatlah pernyataan seperti, “Saya ingin melihat anak saya lebih banyak bermain di lapangan.” Komentar seperti, ”Anda tidak memerhatikan anak saya” hanya akan membuatnya defensif. Jika dia terkesan tidak mau mendengarkan atau mengubah sikap, bicarakan dengan pengelola liga.
MASALAH: Salah satu orang tua pemain sibuk memberikan instruksi layaknya pelatih dari tepi lapangan dan bahkan menyalahkan anak Anda karena gagal merebut bola.
Strategi Anda: Selalu ada saja orang yang menganggu: orang tua yang terobsesi dengan kemenangan. Suporter semacam ini bisa menjatuhkan moral tim, oleh sebab itu belakangan ini semakin banyak kompetisi olahraga anak-anak yang meminta para orang tua menandatangani perjanjian untuk mendukung semua pemain dan tidak mengkritisi wasit. Idealnya, wasit atau pelatih mengingatkan orang tua yang fanatik untuk bersikap santun dan tidak berlebihan. Atau, bicarakan dengan pelatih atau wasit secara pribadi saat rehat, dan minta agar salah satu dari mereka mengingatkan penonton untuk menjunjung tinggi sportivitas. Jangan hadapi sendiri penonton yang menjengkelkan tadi. ”Anda tidak tahu reaksinya seperti apa. Kalau sampai ribut, hanya akan merugikan anak Anda dan teman-temannya,” tandas Dr. Gould.
MASALAH: Anak Anda, 8 tahun, pelempar bola, kecewa berat karena timnya kalah –dan dia merasa itu gara-gara dia.
Strategi Anda: Merasa bertanggung jawab atas kekalahan tim, tentu berat bagi anak seusianya. Adalah penting bagi Anda untuk mengingatkan anak Anda bahwa dia hanya salah satu anggota tim dan siapapun bisa membuat kesalahan. Tekankan bahwa seluruh anggota tim punya andil –pemain tengah mungkin luput menangkap bola, dan tidak ada yang berhasil membuat pukulan telak. Semua anak harus belajar mengatasi kekecewaan, frustasi, dan amarah dengan kepala dingin, dan pertandingan adalah medium bagus untuk mengajarkan pelajaran hidup yang berharga ini. Anda bisa membantu dengan tidak bereaksi berlebihan saat tim menang –dan beri dukungan serta berbanggalah atas upayanya setiap kali dia bertanding, apapun hasilnya. “Katakan kepadanya bahwa Anda bangga dia telah berusaha keras dan pujilah saat dia melakukan sesuatu dengan baik,” saran psikolog olahraga Joel Fish, PhD, penulis 101 Ways to Be a Terrific Sports Parent dan direktur Center for Sport Psychology di Philadelphia. Misalnya, ”Lemparanmu tadi strikes dan kamu mementahkan line drive.” Di rumah, berikan contoh sikap sportif saat Anda sekeluarga menonton pertandingan pro di televisi. Berikan juga contoh sikap yang buruk dan jelaskan mengapa itu tidak bisa diterima.
MASALAH: Putri Anda, 6 tahun, minta diizinkan bermain sepakbola. Sekarang dia merengek minta berhenti.
Strategi Anda: Pertama, cari tahu alasannya. Jika dia ingin keluar karena kesulitan menguasai ketrampilan baru, jangan biarkan dia menyerah. Ingatkan dia, berbeda dengan kelas melukis, misalnya, dia sudah sepakat bukan sekadar untuk bermain tetapi menjadi bagian dari sebuah grup. Bicarakan situasi ini dengan pelatih yang bisa bekerja sama erat dengan putri Anda dan menyemangatinya. Berlatihlah bersama anak Anda di rumah untuk membangkitkan rasa percaya dirinya dan mengasah ketrampilannya. Jika taktik ini tidak berhasil – dia menangis, dan Anda berteriak, sebelum latihan atau bertanding– turuti keinginannya. Sekali itu saja. “Lain kali dia minta didaftarkan cabang olahraga lainnya, ingatkan bahwa rekan-rekan satu tim dan pelatihnya akan membutuhkan ia untuk berpartisipasi penuh dan ia akan dituntut menjalani pilihannya ini hingga tuntas.” saran Dr. Gould.
Sumber :http://parentsindonesia.com/
Berbagi
Komentar