Seni Itu Mencerdaskan
Seni punya pengaruh besar dalam kecerdasan anak saat ia dewasa. Berbagai penelitian menyatakan bahwa semakin dini perkenalan anak dengan seni, semakin besar pengaruhnya. Pelajaran seni bagi anak usia dini, tidak sekadar membentuk kreativitas anak, juga membantu mengembangkan kemampuan kognitif, kemampuan memecahkan masalah, mengasah motorik halus, mengembangkan kemampuan berbahasa, konsentrasi, kepekaan indera, toleransi, serta mengembangkan keunikan diri.
Pendidikan seni juga berperan besar dalam prestasi akademik dan kemampuan sosial. Riset yang dipublikasikan oleh Americans for the Arts, menyatakan bahwa anak yang mengikuti program atau kursus seni, empat kali lebih punya dorongan memimpin, empat kali lebih tertarik kepada matematika dan sains, serta empat kali lebih sering menjadi pemenang lomba menulis, dibandingkan dengan anak yang tidak berpartisipasi aktif dalam kegiatan berkesenian. “Banyak sekali manfaat yang bisa dipetik dari belajar seni sejak usia dini. Yang jelas, kepekaan terhadap lingkungan sangat diasah. Intelegensia, belajar disiplin, melatih empati, dan segala aspek perkembangan emosi,” kata penasihat Parents Indonesia, Dra Diennaryati Tjokrosuprihatono MPsi. Dia menambahkan, seni membuat anak merasa gembira, itu yang terpenting.
MENDETEKSI BAKAT SENI
Percayakah Anda bakat seni anak sudah terlihat sejak tahun pertama kehidupannya? Cara paling mudah mendeteksi bakat anak adalah mengamati ketertarikannya. “Ada bayi usia 1 tahun yang tampak sangat bahagia saat memukul-mukul drum mainan atau sangat suka menggumamkan lagu,” kata Diennaryati.
Selain itu, masih ada tanda lain yang bisa Anda jadikan patokan untuk mengenali bakat seni anak usia dini.
Lebih tanggap. “Seringkali orang tua tidak tahu bahwa anak punya bakat seni yang besar. Begitu mengikuti kursus, ternyata anak ini mudah sekali menangkap materi dibandingkan anak-anak lain. Itu tandanya anak tersebut berbakat,” kata Budi Agustina, pimpinan sanggar seni Ayodya Pala Indonesian Art Center.
Lebih antusias. Anak yang memiliki bakat seni cenderung lebih antusias saat dikenalkan pada jenis kesenian tertentu. Dia tidak mudah bosan dan selalu ingin mengulang aktivitas berkesenian tersebut.
Lebih peka. Seni identik dengan keindahan. Anak yang punya bakat seni memberikan apresiasi tinggi terhadap keindahan yang dia lihat di lingkungan sekitar. Misalnya, dia selalu tertarik melihat kupu-kupu yang cantik atau merasa damai saat mendengarkan suara air mengalir.
Namun, bukan berarti seni milik anak berbakat saja. “Yang penting anak tertarik. Ketertarikan itu seringkali tidak tampak karena kurang rangsangan dari luar. Karena itu, orang tua perlu memberi berbagai stimulasi, misalnya dengan menyanyi atau menari bersama anak,” kata Diennaryati.
KONSEP BERMAIN
Banyak cara mengenalkan dan memupuk minat anak terhadap seni. Salah satunya dengan pendekatan bermain yang juga dilakukan di Ayodya Pala. “Kami membuka kelas terpadu, yang menggabungkan latihan menari, menyanyi, dan modelling untuk anak dari usia 3 tahun,” kata Etin, sapaan Budi Agustina. Berdasarkan riset panjang yang dilakukan Ayodya Pala – karena sanggar tersebut sudah berdiri sejak 1981 – anak-anak yang masih terlalu kecil sulit diajarkan satu jenis kesenian saja. Dan sejak kelas terpadu dibuka pada 1997, terbukti minat anak untuk belajar seni semakin bertambah.
Pendidikan seni juga berperan besar dalam prestasi akademik dan kemampuan sosial. Riset yang dipublikasikan oleh Americans for the Arts, menyatakan bahwa anak yang mengikuti program atau kursus seni, empat kali lebih punya dorongan memimpin, empat kali lebih tertarik kepada matematika dan sains, serta empat kali lebih sering menjadi pemenang lomba menulis, dibandingkan dengan anak yang tidak berpartisipasi aktif dalam kegiatan berkesenian. “Banyak sekali manfaat yang bisa dipetik dari belajar seni sejak usia dini. Yang jelas, kepekaan terhadap lingkungan sangat diasah. Intelegensia, belajar disiplin, melatih empati, dan segala aspek perkembangan emosi,” kata penasihat Parents Indonesia, Dra Diennaryati Tjokrosuprihatono MPsi. Dia menambahkan, seni membuat anak merasa gembira, itu yang terpenting.
MENDETEKSI BAKAT SENI
Percayakah Anda bakat seni anak sudah terlihat sejak tahun pertama kehidupannya? Cara paling mudah mendeteksi bakat anak adalah mengamati ketertarikannya. “Ada bayi usia 1 tahun yang tampak sangat bahagia saat memukul-mukul drum mainan atau sangat suka menggumamkan lagu,” kata Diennaryati.
Selain itu, masih ada tanda lain yang bisa Anda jadikan patokan untuk mengenali bakat seni anak usia dini.
Lebih tanggap. “Seringkali orang tua tidak tahu bahwa anak punya bakat seni yang besar. Begitu mengikuti kursus, ternyata anak ini mudah sekali menangkap materi dibandingkan anak-anak lain. Itu tandanya anak tersebut berbakat,” kata Budi Agustina, pimpinan sanggar seni Ayodya Pala Indonesian Art Center.
Lebih antusias. Anak yang memiliki bakat seni cenderung lebih antusias saat dikenalkan pada jenis kesenian tertentu. Dia tidak mudah bosan dan selalu ingin mengulang aktivitas berkesenian tersebut.
Lebih peka. Seni identik dengan keindahan. Anak yang punya bakat seni memberikan apresiasi tinggi terhadap keindahan yang dia lihat di lingkungan sekitar. Misalnya, dia selalu tertarik melihat kupu-kupu yang cantik atau merasa damai saat mendengarkan suara air mengalir.
Namun, bukan berarti seni milik anak berbakat saja. “Yang penting anak tertarik. Ketertarikan itu seringkali tidak tampak karena kurang rangsangan dari luar. Karena itu, orang tua perlu memberi berbagai stimulasi, misalnya dengan menyanyi atau menari bersama anak,” kata Diennaryati.
KONSEP BERMAIN
Banyak cara mengenalkan dan memupuk minat anak terhadap seni. Salah satunya dengan pendekatan bermain yang juga dilakukan di Ayodya Pala. “Kami membuka kelas terpadu, yang menggabungkan latihan menari, menyanyi, dan modelling untuk anak dari usia 3 tahun,” kata Etin, sapaan Budi Agustina. Berdasarkan riset panjang yang dilakukan Ayodya Pala – karena sanggar tersebut sudah berdiri sejak 1981 – anak-anak yang masih terlalu kecil sulit diajarkan satu jenis kesenian saja. Dan sejak kelas terpadu dibuka pada 1997, terbukti minat anak untuk belajar seni semakin bertambah.
Variasi jenis kesenian yang dikenalkan dalam suasana bermain yang ceria, terbukti efektif memupuk kecintaan anak terhadap seni. Untuk kelas tari, Ayodya Pala memberi materi tarian daerah dan tari modern dengan irama yang mudah diikuti anak. Sementara untuk kelas menyanyi, dilakukan dalam suasana riang sambil menyisipkan mater-materi dasar, seperti pengaturan napas, tanpa disadari anak. Dan kelas modelling diajarkan untuk memupuk rasa percaya diri anak saat tampil di depan audiens. “Kelas terpadu juga kerap mengajarkan materi kesenian yang lain. Jika kami hendak mengadakan pertunjukan teater, kami membekali anak dengan seni peran. Kelas ini lebih fleksibel dan menyenangkan, sehingga peminatnya paling banyak di antara kelas-kelas yang lain,” jelas Etin.
Konsep mengenalkan seni sambil bermain juga diterapkan di Taman Pengembangan Anak Makara (TPAM), yang berlokasi di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. “Anak-anak diajak menyanyi bersama atau menonton DVD Barnie yang mengandung unsur gerak dan lagu. Selain itu, ada juga mainan berbentuk instrumen musik sehingga anak bisa pura-pura memainkan alat musik sungguhan,” kata Diennaryati, yang ikut memprakarsai pendirian TPAM, Februari 2008 lalu.
Konsep mengenalkan seni sambil bermain juga diterapkan di Taman Pengembangan Anak Makara (TPAM), yang berlokasi di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. “Anak-anak diajak menyanyi bersama atau menonton DVD Barnie yang mengandung unsur gerak dan lagu. Selain itu, ada juga mainan berbentuk instrumen musik sehingga anak bisa pura-pura memainkan alat musik sungguhan,” kata Diennaryati, yang ikut memprakarsai pendirian TPAM, Februari 2008 lalu.
Berbagi
Komentar