Panduan Mudah Belajar
Jam sudah menunjukkan lewat
waktu tidur dan si kecil yang berusia 6 tahun menangis karena belum
bisa mengingat kata-kata ejaannya. Beberapa jam sebelumnya, Anda
memintanya untuk menyelesaikan pekerjaan rumah. Kini, Anda menyuruhnya
menutup buku dan tidur. Dia terlalu lelah, sangat tidak siap, dan cemas.
Jangan putus asa. Si kecil baru saja memulai hubungan jangka panjang dengan belajar, dan Anda juga terlibat di dalamnya. Jika melihatnya sebagai suatu proses pengenalan pada kebiasaan positif, Anda akan segera menemukan jalan untuk sesi mengerjakan tugas yang produktif, tenang, dan menyenangkan.
Ajarkan Konsistensi
Hindari pengacau jadwal belajar, misalnya bermain sepulang sekolah. Anak harus mencoba mengerjakan tugasnya di waktu yang sama setiap hari. “Tanpa rutinitas, tugas akan sangat mudah untuk ditunda,” ujar Jeanne Shay Schumm, PhD, penulis How to Help Your Chilc With Homework. Untuk mencari waktu yang optimal, pertimbangkan juga jadwal keluarga dan temperamen anak. Kebanyakan anak membutuhkan kesempatan bersantai sepulang sekolah, dan banyak yang berhasil dengan adanya aktivitas fisik. Kenyataannya, penelitian menunjukkan olahraga dapat meningkatkan konsentrasi anak.
Jangan putus asa. Si kecil baru saja memulai hubungan jangka panjang dengan belajar, dan Anda juga terlibat di dalamnya. Jika melihatnya sebagai suatu proses pengenalan pada kebiasaan positif, Anda akan segera menemukan jalan untuk sesi mengerjakan tugas yang produktif, tenang, dan menyenangkan.
Ajarkan Konsistensi
Hindari pengacau jadwal belajar, misalnya bermain sepulang sekolah. Anak harus mencoba mengerjakan tugasnya di waktu yang sama setiap hari. “Tanpa rutinitas, tugas akan sangat mudah untuk ditunda,” ujar Jeanne Shay Schumm, PhD, penulis How to Help Your Chilc With Homework. Untuk mencari waktu yang optimal, pertimbangkan juga jadwal keluarga dan temperamen anak. Kebanyakan anak membutuhkan kesempatan bersantai sepulang sekolah, dan banyak yang berhasil dengan adanya aktivitas fisik. Kenyataannya, penelitian menunjukkan olahraga dapat meningkatkan konsentrasi anak.
Setelah menetapkan waktu, ciptakan ruang belajar yang mendukung.
Memiliki tempat belajar yang tetap membantunya menyiapkan diri belajar.
Namun lupakan soal meja belajar yang diletakkan di kamar anak. Pada
tahap awal sekolah dasar akan lebih baik menempatkannya di ruang tengah
rumah, agar Anda bisa mudah membantunya jika diperlukan. Buatlah ruang
di dapur atau meja makan yang bisa membuatnya bebas menaruh buku dan
kertas. Siapkan juga alat tulis jika Anda tidak ingin membuat kegiatan
tertunda, karena waktu yang dihabiskan untuk mencari sebatang pensil
bisa sampai berjam-jam!
Kurangi Distraksi
Salah satu cara untuk membuat lingkungan yang tenang adalah menjadikan waktu belajar menjadi ‘urusan keluarga’. Jika mungkin, biarkan kakak atau adiknya juga mengerjakan PR di waktu bersamaan, sementara Anda juga mengerjakan PR sendiri seperti mengecek tagihan, membaca, membalas email, atau memisahkan cucian. Jika Anda terlihat sibuk mengerjakan apapun, anak akan menangkap getarannya. Membuat aturan mematikan TV atau permainan video sampai semua anggota keluarga selesai dengan tugasnya, juga akan membuat anak fokus pada tugasnya.
Targetkan pada Kemandirian
Anak usia sekolah biasanya akan membutuhkan bantuan. Namun sebelum memutuskan berapa banyak bantuan yang diberikan, cek dulu dengan gurunya. Kebanyakan guru lebih suka anak mengerjakan sendiri tugasnya sehingga tugas bisa dijadikan patokan kemajuan. Ini berarti Anda harus menahan diri mengoreksi ejaan anak atau menjelaskan soal matematika sulit untuknya.
Di sisi lain, membaca hasil pekerjaannya dan menantang untuk menemukan 3 kata yang salah eja adalah cara bagus untuk membiasakannya mengecek kembali pekerjaannya.
Juga tidak pernah ada kata terlalu dini untuk mulai mengajarinya nilai riset. Tunjukkan bagaimana cara mencari jawaban di buku referensi seperti kamus, atlas, atau di internet, atau carilah solusi yang lebih membumi. Semakin Anda mendidiknya bahwa mengerjakan tugas adalah waktunya bereksplorasi dengan bebas, si kecil juga akan semakin menikmati waktu belajar.
Jangan Tonjolkan Perfeksionisme
Berusaha keras agar semuanya berjalan dengan baik adalah bagus, tapi pastikan dia tahu bahwa tidak mungkin menjadi sempurna. Jika dia sibuk mengkritik dirinya sendiri, kerjakan setiap tugas dan sepakati berapa lama waktu yang dihabiskannya—misalnya 10 menit—dan bantulah dia menepati jadwal itu. Jika perlu, atur pertemuan dengan guru, yang bisa menjelaskan pada anak bahwa pekerjaan rumah adalah suatu latihan, bukan sebuah kesempurnaan. “Seringkali, anak-anak akan lebih mendengarkan nasihat guru daripada orang tuanya,” kata Dr. Schumm.
Selidiki Berbagai Resistensi
Jika Anda sudah sangat berusaha tapi anak tetap bersikeras menolak mengerjakan pekerjaan rumahnya, perlu dicari penyebabnya. “Mungkin terlihat seperti masalah perilaku, tapi keengganannya bisa merupakan tanda dia mengalami kesulitan dengan materi ajarnya,” jelas Jed Baker, Phd, penulis No More Meltdowns. Bicarakan dengan gurunya bagaimana dia di dalam kelas. Jika dia kesulitan saat di kelas, mungkin secara umum dia memang membutuhkan bantuan. Jika dia hanya enggan mengerjakannya, cobalah membagi tugas dalam beberapa bagian tugas kecil dan menantangnya untuk menyelesaikannya, paling tidak satu saja. “Sekali dia mencapai tujuan awal, momen yang tepat mungkin bisa menggiringnya menyelesaikan semuanya,” kata Dr. Baker.
Jangan lupa bahwa semua anak akan senang mendengar beberapa dukungan tulus atas tugas yang sudah diselesaikannya. Pengenalan Anda atas usahanya—bahkan jika hasilnya tidak mendapat A—adalah bonus terhebat dari semuanya, serta merupakan cara kuat untuk menyampaikan pentingnya berusaha semampunya.
Kurangi Distraksi
Salah satu cara untuk membuat lingkungan yang tenang adalah menjadikan waktu belajar menjadi ‘urusan keluarga’. Jika mungkin, biarkan kakak atau adiknya juga mengerjakan PR di waktu bersamaan, sementara Anda juga mengerjakan PR sendiri seperti mengecek tagihan, membaca, membalas email, atau memisahkan cucian. Jika Anda terlihat sibuk mengerjakan apapun, anak akan menangkap getarannya. Membuat aturan mematikan TV atau permainan video sampai semua anggota keluarga selesai dengan tugasnya, juga akan membuat anak fokus pada tugasnya.
Targetkan pada Kemandirian
Anak usia sekolah biasanya akan membutuhkan bantuan. Namun sebelum memutuskan berapa banyak bantuan yang diberikan, cek dulu dengan gurunya. Kebanyakan guru lebih suka anak mengerjakan sendiri tugasnya sehingga tugas bisa dijadikan patokan kemajuan. Ini berarti Anda harus menahan diri mengoreksi ejaan anak atau menjelaskan soal matematika sulit untuknya.
Di sisi lain, membaca hasil pekerjaannya dan menantang untuk menemukan 3 kata yang salah eja adalah cara bagus untuk membiasakannya mengecek kembali pekerjaannya.
Juga tidak pernah ada kata terlalu dini untuk mulai mengajarinya nilai riset. Tunjukkan bagaimana cara mencari jawaban di buku referensi seperti kamus, atlas, atau di internet, atau carilah solusi yang lebih membumi. Semakin Anda mendidiknya bahwa mengerjakan tugas adalah waktunya bereksplorasi dengan bebas, si kecil juga akan semakin menikmati waktu belajar.
Jangan Tonjolkan Perfeksionisme
Berusaha keras agar semuanya berjalan dengan baik adalah bagus, tapi pastikan dia tahu bahwa tidak mungkin menjadi sempurna. Jika dia sibuk mengkritik dirinya sendiri, kerjakan setiap tugas dan sepakati berapa lama waktu yang dihabiskannya—misalnya 10 menit—dan bantulah dia menepati jadwal itu. Jika perlu, atur pertemuan dengan guru, yang bisa menjelaskan pada anak bahwa pekerjaan rumah adalah suatu latihan, bukan sebuah kesempurnaan. “Seringkali, anak-anak akan lebih mendengarkan nasihat guru daripada orang tuanya,” kata Dr. Schumm.
Selidiki Berbagai Resistensi
Jika Anda sudah sangat berusaha tapi anak tetap bersikeras menolak mengerjakan pekerjaan rumahnya, perlu dicari penyebabnya. “Mungkin terlihat seperti masalah perilaku, tapi keengganannya bisa merupakan tanda dia mengalami kesulitan dengan materi ajarnya,” jelas Jed Baker, Phd, penulis No More Meltdowns. Bicarakan dengan gurunya bagaimana dia di dalam kelas. Jika dia kesulitan saat di kelas, mungkin secara umum dia memang membutuhkan bantuan. Jika dia hanya enggan mengerjakannya, cobalah membagi tugas dalam beberapa bagian tugas kecil dan menantangnya untuk menyelesaikannya, paling tidak satu saja. “Sekali dia mencapai tujuan awal, momen yang tepat mungkin bisa menggiringnya menyelesaikan semuanya,” kata Dr. Baker.
Jangan lupa bahwa semua anak akan senang mendengar beberapa dukungan tulus atas tugas yang sudah diselesaikannya. Pengenalan Anda atas usahanya—bahkan jika hasilnya tidak mendapat A—adalah bonus terhebat dari semuanya, serta merupakan cara kuat untuk menyampaikan pentingnya berusaha semampunya.
Sumber : http://parentsindonesia.com/
Berbagi
Komentar