Bunda.. Ternyata Kepercayaan Diri Ananda Berasal dari Ucapan Ayah dan Bunda lho...
Anak-Anak SDIT Bina Amal |
Bunda.. Tentu kita menginginkan anak yang percaya diri, tidak pemalu, dan membanggakan. Setiap orang tua pastinya tak ingin anaknya disakiti orang lain. Ia ingin anaknya tumbuh dengan kepercayaan diri yang tinggi. Tangguh.
Apakah Bunda ingin anaknya begitu..? Tentu saja. Saya juga kok.. ^_^
Tapi kebanyakan para orang tua banyak yang “salah jalan.” Dikiranya membangun mental anak yang penuh percaya diri itu sulit, padahal amatlah mudah.
Dikiranya mendidik anak tangguh itu harus dengan memaksa anak untuk ikut lomba sana sini, harus dipaksa tampil di depan gemerlap cahaya panggung, harus diperhatikan oleh sorot mata orang-orang banyak. Padahal bukan sekadar dengan cara itu.
Ukurannya jadi; kalau banyak deretan piala maka makin berharga seorang anak.
Salahkah..? Tentu saja tidak salah anak berprestasi dan punya piala yang banyak. Kita juga menginginkan hal itu. Yang kurang tepat adalah bila orang tua memaksa anak untuk itu hanya demi mendidik anak yang penuh percaya diri, dan melupakan pondasi yang sebenarnya lebih penting.
Mendidik anak percaya diri itu sangatlah mudah. Ya, benar. Bunda tidak salah baca. Sangat mudah! Tapi kadang kala kita sebagai orang tua tidak menyadarinya. Kadang malah lupa. Kadang malah terlanjur, dan akhirnya menyesal.
Dan hal itu bisa dimulai dari orang tuanya lho Bunda…
Kepercayaan dan kebanggaan diri itu dibangun oleh pengasuhan sehari-hari, lewat pemilihan kata-kata orang tua dan sekitanya. Maksudnya juga bukan anak harus sibuk dipuji dan dipuja, tapi kata-kata yang tidak menjatuhkan, mengancam dan menghakimilah yang merupakan pondasinya.
Ya. Jadi sesimpel itu bukan Bunda..?
Setiap kata-kata yang keluar dari mulut orang tua, lanjut Sarra Risman, adalah batu bata yang menentukan apakah bangunan tersebut akan rubuh hanya karena angin saja atau kuat melewati goncangan gempa.
Sayangnya ya Bunda.. kebanyakan dari kita suka tidak sadar. Saat emosi meletup melihat tingkah anak, yang kurang nurut, yang rewel, yang kadang kala menyebalkan, tiba-tiba saja keluar ucapan-ucapan yang justru bisa menghalangi anak untuk tumbuh percaya diri.
Anak gak mau makan saja, banyak orang tua yang jadi emosi. Malah membentak anak. Memaksanya. Mengancam anak.
Andaikan setiap ibu sadar, maka mungkin akan lebih banyak ibu yang diam, menahan emosi pada anak, daripada meluapkannya saat itu juga.
Sumber untuk menumbuhkan kepercayaan diri pada anak adalah dari kata-kata, maka baiknya kita lebih sabar. Lebih pandai mengelola emosi. Karena anak usia balita belum mampu melakukannya. Kita yang harus dituntut untuk lebih cerdas dan kreatif.
Kata-kata, kata sebuah ungkapan, lebih tajam daripada pedang. Apalagi di hati anak yang masih rapuh. Maka jangan hancurkan hati anak itu dengan kata-kata kasar, menghakimi, mengancam dan menjatuhkan.
Tidak mesti harus selalu dengan puja puji, karena anak yang terlalu banyak dipuji juga bisa tumbuh menjadi anak yang rapuh jiwanya. Tapi pilihlah kata yang terbaik.
Untuk mengakhiri tulisan ini, saya ingin mengutip kalimat dari Rebbecca Eanes, bahwa “Kata-kata Adan menabur benih di hati anak-anak Anda. Dari benih tersebut, bermunculan kepercayaan diri atau ketidakpastian, martabat atau aib, rasa layak atau ketidakberhargaan. Kata-kata Anda membangun awal dari kisah hidup mereka, dan mereka akan membawa cerita ini pada dirinya selamanya.”
tuturma
Berbagi
Komentar