Gaya Belajar
Gaya Belajar
Kini anak Anda telah belajar di sekolah selama beberapa bulan. Lakukan kilas balik dan periksa kembali kegiatan yang dia ikuti, kecakapan yang dia miliki, serta yang terpenting adalah pelajaran yang paling dia mampu. Ini berlaku bagi semua anak, bukan hanya bagi mereka yang bermasalah. Setiap anak, mulai dari si pintar yang selalu mendapat nilai 10 hingga si sedang-sedang saja yang berjuang agar nilainya bisa lebih dari 6, bisa mendapat keuntungan jika Anda memastikan kebiasaannya memang cocok dengan gaya belajarnya. Faktanya, anak menyerap informasi dengan cara yang berbeda-beda. Dengan memahami cara belajar yang cocok untuknya, Anda bisa menyediakan alat yang akan membantunya menguasai konsep yang akan dihadapi.
SI KUTU BUKU alias “Pembelajar Verbal”
Karakteristik: Senang membaca dan pandai berbahasa. Kemungkinan dia bisa di hampir semua bidang, kecuali matematika.
Ikuti gaya belajarnya: Gunakan kelebihannya di bidang bahasa untuk membantunya menguasai konsep matematika. “Begitu anak mempelajari sesuatu yang baru, minta dia menuliskan lalu menjelaskannya kepada Anda,” kata Mel Levine MD, penasihat Parents, profesor bidang kesehatan anak serta salah satu anggota dari organisasi All Kinds of Minds. Membiarkan masalah yang dia pecahkan ataupun teknik yang dia pelajari ke dalam gaya bahasanya sendiri akan membantunya mengingat di luar kepala, kata Dr. Levine.
SI MATA TAJAM alias “Pembelajar Visual”
Karakteristik: Bergairah pada seni, senang mengkhayal dan memberi respons terbaik pada instruksi grafis yang menarik. “Pembelajar visual bergantung terutama pada indera penglihatan untuk mendapatkan informasi,” kata Amy James, mantan guru dan penulis First Grade Success: Everything You Need to Know to Help Your Child Learn. Meskipun anak-anak ini sering bicara, banyak dari mereka yang berpikir dengan menggunakan gambar. Jadi, membaca bisa menjadi suatu perjuangan tersendiri.
Ikuti gaya belajarnya: “Cara terbaik menghubungkan anak Anda ke kata adalah menggunakan ‘metoda gambar,” kata Thomas Armstrong, PhD, penulis You’re Smarter Than You Think: A Kid’s Guide to Multiple Intelligences. Jika anak Anda belajar mengeja kata baru, minta dia menggambar sesuatu yang berhubungan dengan kata tersebut. Misalnya, menggambar jari-jari roda di huruf a pada kata sepeda atau kumis di huruf g pada kata kucing. Apabila harus menulis satu paragraf mengenai kegiatan akhir pekan, minta dia membuat ilustrasi terlebih dulu.
BISAKAH KAU MENDENGARKU? alias “Pembelajar Audio”
Karakteristik: Senang bicara, pendengar yang baik dan bernyanyi seperti burung. “Pembelajar audio mengerti ide-ide baru dengan cara mendengarkan informasi lalu mendiskusikannya,” kata James.
Ikuti gaya belajarnya: Apabila anak Anda berjuang dengan tugas-tugas bacaan, minta dia membacakan tugasnya untuk Anda. Masukkan konsep baru melalui penjelasan. Kemudian, minta dia meringkas penjelasan Anda dengan kata-katanya sendiri. Jangan harap dia mengerjakan PR dalam keadaan senyap. Dia akan melakukan yang terbaik saat banyak hal terjadi di sekitarnya. Biarkan dia belajar di meja makan. “Minta gurunya mengizinkan dia duduk di barisan depan karena dia akan senang menjawab pertanyaan dan berpartisipasi dalam diskusi,” kata Michael Gurian, penulis Nurture the Nature: Understanding and Supporting Your Child’s Unique Core Personality.
SI LINCAH DAN GESIT alias “Pembelajar Kinestetik”
Karakteristik: Selalu terlihat gelisah, menendang kursi, mengetuk-ngetuk pensil di meja komputer dan umumnya tidak bisa duduk diam. “Mereka adalah anak-anak yang didiagnosa mengalami gangguan kurang perhatian,” kata James. Namun, jangan menyimpulkan bahwa dia memiliki gangguan pembelajaran hanya karena anak Anda selalu bergerak.
Ikuti gaya belajarnya: Penelitian membuktikan, membolehkan anak untuk mengelilingi kelas, meski hanya sebentar, bisa membuat perubahan nyata dalam perilaku maupun nilai. Ketika mengerjakan PR, jangan paksa anak duduk diam. Bahkan memberinya benda kecil untuk digerak-gerakkan (seperti 1-2 penghapus) bisa membantunya berkonsentrasi. Alasannya adalah, “Aktivitas menstimulasi otak anak dengan cara yang tepat. Aktivitas membiarkan otak tetap terjaga dan membantunya untuk fokus,” tutur Dr. Levine. Bicarakan dengan guru dan lihat apabila dia bisa memberi anak Anda kesempatan untuk banyak bergerak selama pelajaran berlangsung. Alih-alih melihat kebutuhan anak untuk bergerak sebagai kelemahan, pertimbangkan hal itu sebagai kekuatan yang bisa Anda optimalkan dengan saran-saran yang baik, tak perduli tipe belajarnya.
Kiat Menghadapi Gangguan Belajar
Jika anak Anda berjuang dengan tugas-tugas sekolahnya, lakukan langkah-langkah berikut untuk mengetahui apabila dia butuh bantuan ahli atau hanya lebih banyak waktu untuk menjadi lebih matang.
Amati
Apakah anak Anda tampak tertinggal dari pelajaran sekolah lebih dari 2 bulan meski Anda telah mencoba beragam strategi? Anda punya alasan untuk merasa khawatir. Jadi, diskusikan hasil pengamatan Anda kepada guru apabila dia berpikir anak Anda perlu dievaluasi.
Konsultasi
Jika akar masalah ternyata memang berasal dari gaya belajarnya, dan bukan sebuah gangguan, bicarakan hal itu dengan gurunya. Persanjatai diri dengan anekdot spesifik yang mengilustrasikan hal-hal yang telah diamati dan beberapa strategi yang Anda harap akan dicoba oleh guru.
Pertimbangkan usia
“Ada perbedaan yang begitu luas antara anak berusia 6 dan 7 tahun,” kata Dr. Mel Levine. Lumrah bagi anak kelas 1 SD jika lambat dalam membaca dan matematika. Tapi mereka bisa mengejar keterlambatan ini pada akhir tahun ajaran. Kecuali jika anak memang memiliki masalah perilaku yang parah atau kesulitan belajar yang siginifikan, sebaiknya Anda sabar, setidaknya hingga dia melewati waktu beberapa bulan di kelas 2 SD.
Sumber : http://parentsindonesia.com/
Berbagi
Komentar