APA KATA MEREKA TENTANG KAMI

Testimoni
Pak Rahmat
Alumni

Kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada guru dan seluruh staff Bina Amal 03 yang sudah mendidik anak kami, baik saat di playgroup sampai di TK sekarang ini. Saya merasa bahwa kesabaran dan ketelatenan ibu-ibu guru di Bina Amal 03 bisa membimbing dan mendidik anak saya menjadi anak yang sholih, berbakti pada orang tua. Dan karena kesabaran, ketelatenan, serta pendekatan yang terus-menerus membuat anak kami yang awalnya dulu tidak mau bersekolah bahkan takut ke sekolah, sekarang sudah merasa enjoy dan happy bersekolah, bahkan jika diminta libur sekolah tidak mau. Hal yang tidak kalah penting di TKIT Bina Amal 03 mengutamakan pendidikan karakter ke anak, hal ini sangat bagus karena pendidikan karakter memang harus diterapkan sejak usia dini.

Testimoni
Pak Joko
Alumni

Kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada guru dan seluruh staff Bina Amal 03 yang sudah mendidik anak kami, baik saat di playgroup sampai di TK sekarang ini. Saya merasa bahwa kesabaran dan ketelatenan ibu-ibu guru di Bina Amal 03 bisa membimbing dan mendidik anak saya menjadi anak yang sholih, berbakti pada orang tua. Dan karena kesabaran, ketelatenan, serta pendekatan yang terus-menerus membuat anak kami yang awalnya dulu tidak mau bersekolah bahkan takut ke sekolah, sekarang sudah merasa enjoy dan happy bersekolah, bahkan jika diminta libur sekolah tidak mau. Hal yang tidak kalah penting di TKIT Bina Amal 03 mengutamakan pendidikan karakter ke anak, hal ini sangat bagus karena pendidikan karakter memang harus diterapkan sejak usia dini.

Testimoni
Pak Bambang
Alumni

Kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada guru dan seluruh staff Bina Amal 03 yang sudah mendidik anak kami, baik saat di playgroup sampai di TK sekarang ini. Saya merasa bahwa kesabaran dan ketelatenan ibu-ibu guru di Bina Amal 03 bisa membimbing dan mendidik anak saya menjadi anak yang sholih, berbakti pada orang tua. Dan karena kesabaran, ketelatenan, serta pendekatan yang terus-menerus membuat anak kami yang awalnya dulu tidak mau bersekolah bahkan takut ke sekolah, sekarang sudah merasa enjoy dan happy bersekolah, bahkan jika diminta libur sekolah tidak mau. Hal yang tidak kalah penting di TKIT Bina Amal 03 mengutamakan pendidikan karakter ke anak, hal ini sangat bagus karena pendidikan karakter memang harus diterapkan sejak usia dini.

Featured Posts

Featured Posts

Arsip

Error 404

Sorry! The content you were looking for does not exist or changed its url.

Please check if the url is written correctly or try using our search form.
Ekstrakurikuler

Sarana pengembangan bakat minat yang mewadahi kegiatan anak. Ada banyak pilihan Ekstra kurikuler, diantaranya : Akademik : Matematika, IPS, Fisika, Biologi, Desain Grafis, English Club, Arabic Club Kewiraan : Pramuka, PMR, Paskibra Seni : Teater, Nasyid, Cerpen, Kaligrafi, Qiroah, Rebana, Sinematografi Olah Raga : Basket, Futsal, Voli, Badminton, Beladiri, Panahan

Selengkapnya
Puncak Tema

PUNCAK TEMA Puncak Tema adalah kegiatan untuk memberikan kebermaknaan pembahasan tema, maka pada setiap akhir tema perlu dikokohkan dengan puncak tema.. Kegiatan puncak tema bersifat menggembirakan, penguatan sikap, pengetahuan, keterampilan yang melibatkan berbagai pihak terutama orang tua/keluarga. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan cara : Berdiskusi dengan anak tentang pengalaman yang berkaitan dengan tema yang sudah digunakan. Mengajak anak untuk menceritakan kembali hasil karya selama penggunaan tema kepada teman, orang tua dan atau keluarga. Kunjungan lapangan dalam rangka penguatan kompetensi yang sudah dimiliki anak. Mengundang orang tua untuk kegiatan bersama yang berkaitan dengan tema. Membuat setting lingkungan sesuai dengan tema TRANSISI ANTAR TEMA Setelah mengakhiri tema guru harus dapat mengkaitkan tema sebelum dan tema yang akan digunakan selanjutnya untuk membangun minat dan ketertarikan anak dalam memasuki kegiatan main di tema berikutnya. Proses ini disebut transisi antar tema. Transisi antar tema yang dilakukan dengan berbagai cara antara lain: Diskusi tentang pengalaman anak terkait tema lama Berkunjung ke suatu tempat yang terkait dengan tema baru Membacakan cerita yang terkait dengan tema baru Berdiskusi sesuai dengan pengalaman anak yang terkait dengan tema baru Mengundang narasumber yang memiliki keahlian/pengetahuan terkait dengan tema baru

Selengkapnya
Takhasus Al Quran

Adalah program menghapal Al Quran 30 Juz. Program ini diawali dengan tahsin, yaitu mengeluarkan setiap huruf-huruf al Quran dari tempat keluarnya dengan memberikan hak dan mustahaknya.” Atau dengan kata lain menyempurnakan semua hal yang berkaitan dengan kesempurnaan pengucapan huruf-huruf al Quran dari aspek sifat-sifatnya yang senantiasa melekat padanya dan menyempurnakan pengucapan hukum hubungan antara satu huruf dengan yang lainnya seperti idzhar, idgham, ikhfa dan sebagainya. Dengan kata lain adalah memperbaiki bacaan santri agar sesuai dengan kaidah yang berlaku. Adapun metode menghafal yang di terapkan menganut prinsip “Penambahan” (Ziadah) dan “Pengulangan” (Murojaah). Cara menghafalkan santri dalam satu hari harus mengajukan tambahan hafalan pada pagi dan malam hari serta mengulang kembali hafalan pada sore hari. Santri dibagi menjadi kelompok-kelompok/halaqoh hafalan yang dipimpin oleh satu ustadz pembimbing. Setiap ustadz pembimbing bertanggungjawab mengawasi dan mengoreksi kualitas bacaan santri

Selengkapnya
Pendidikan Karakter

Penanaman nilai-nilai karakter merupakan hal penting yang harus ditanamkan pada siswa dari jenjang sekolah rendah hingga perguruan tinggi. Religius adalah salah satu unsur utama dalam pendidikan karakter. Bina Amal adalah salah satu sekolah yang telah lama mengimplementasikan nilai-nilai agama Islam pada diri siswa. Model penanaman Pendidikan karakter pada siswa di Sekolah Islam Terpadu Bina Amal Semarang meliputi dua ruang, yakni ruang dalam sekolah dan ruang luar sekolah. Di dalam sekolah, model yang diterapkan meliput i; (1) Pembiasaan adab harian di sekolah, (2) pembiasaan berpakaian Islam syar’I baik siswa maupun guru, (3) pembiasaan pelafalan kalam Islami sebelum pelajaran, (4) Pembiasaan pergaulan Islami, (5) Menempatkan pelajaran Quran sebelum matapelajaran umum, (6) program salat berjamaah, (7) program makan siang bersama, dan (8) peka ananda.

Selengkapnya
Logo
Slide 2
Slide 1

Slider

4-latest-1110px-slider

Comments

4-comments

[Yayasan][horizontal][animated][7]

Recent Post [simple][recent][10]

Bina Amal Semarang


Yayasan Bina Amal

Populer

Agar Anak Rajin Shalat

Solat Jamaah saat acara malam bina iman taqwa di Bina Amal Diriwayatkan, Umar bin Khattab setiap kali membangunkan anaknya untuk shalat beliau membaca ayat dalam surah Thaha yang artinya, “Dan, perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan, akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. (QS Thaha : 132). Rupanya, ayat ini yang mendasari motivasi Amirul Mukminin Umar bin Khattab sehingga tak pernah merasa lelah dalam menegakkan shalat dalam rumah tangganya. Setidaknya, ada empat pelajaran berharga yang dipetik dari ayat di atas. Pertama. Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah ( berislam). Maknanya setiap anak pada hakikatnya berpotensi senang shalat dan merasa membutuhkan shalat. Orang tuanyalah yang dengan atau tanpa sadar telah memalingkan fitrah anaknya selama ini. Penghasilan dan makanan yang haram atau bercampur yang haram, to...

Siswa PAUD IT Bina Amal Bermain ke Toko Bunga dan Tanaman

Siswa siswi KBIT - TKIT Bina Amal melakukan kunjungan ke toko bunga dan tanaman dalam rangka puncak tema bunga, Kamis, 4 Oktober 2018.   Di sana, mereka melihat dan mengenal bunga - bunga yang ada. Seru sekali kegiatan puncak tema bunga kali ini...   Siswa siswi dapat melihat secara langsung bunga - bunga yang cantik dan warna warni.

Agar Anak Selalu Optimis

Anak yang optimis adalah anak yang percaya diri. Dia akan selalu percaya bahwa yang dia lakukan adalah baik. Dia tidak takut untuk mencoba. Bila melakukan kesalahan, dia tidak akan larut dalam perasaan bersalah. Bila mengalami kegagalan, dia tidak akan ngembek, dan akan terus mencoba  untuk mencapai keberhasilan.  Menjadi pribadi yang optimis tentu tidaklah mudah. Membutuhkan peran serta aktif dari orang tua. Bagaimana caranya? 1.Pujian dan Penghargaan Bila anak melakukan hal yang baik, jangan jual mahal kata-kata pujian. Meskipun yang telah dilakukan anak adalah hal  sepele menurut kita, namun bagi anak-anak itu bisa jadi sesuatu yang luar biasa. Misalnya, pada saat anak selesai bermain. Lalu anak kita mengembalikan mainan yang selesai dia mainkan ke dalam kotak mainan. Pujilah buah hati kita. Buatlah dia merasa bila apa yang dia lakukan sangatlah baik dan harus terus dilakukan. Tidak perlu kata-kata yang panjang. Cukup dengan tersenyum lalu katakana,”Wah…keren…...

Lima Hal Positif Yang Perlu Ditanamkan Dalam Diri Kid Jaman Now

Kids Zaman Now begitu viral di dunia nyata maupun di dunia maya. Istilah yang begitu mudah di dengar dan ditirukan banyak orang. Apa sih sebenarnya arti Zaman Now itu sendiri? Jaman dalam istilah umum berarti masa / waktu dan Now dari bahasa inggris yang artinya sekarang atau kekinian. Pertanyaannya adalah mengapa tidak memakai istilah anak jaman sekarang saja atau anak kekinian? Saya fikir ini ini bukan masalah istilah biar keren dengan menggunakan bahasa inggris akan tetapi pemakaian istilah ini merujuk kepada Kids Zaman Now sangat lekat dengan dunia digital dan media sosial. Hal inilah yang membedakan masa muda kita dengan anak-anak yang lahir tahun 2000an.  Perkembangan teknologi dan tidak diimbangi dengan kesiapan mental para user akan menimbulkan efek samping yang membahayan. Berikut akan saya sampaikan beberapa fakta sederhana tetapi kalau dibiarkan akan menjadi Petaka Sosial. Pada masa 90an sampai masuk tahun 2000 generasi waktu itu belum terlalu disibukkan dengan “G...

Cara Mendidik Anak Aktif Menjadi Kreatif

Anak yang aktif kadang menggemaskan. Ada saja polah tingkah mereka yang bisa membuat kita tersenyum. Namun bila terlalu dibiarkan akan semakin menjadi. Dan bila kita memberlakukan pola asuh yang salah, bisa jadi anak aktif tersebut mengarah pada anak “bandel” . Lagu bagaimana untuk mengatasi atau mendidik anak aktif ini? Salah satunya adalah mengubah mereka menjadi anak yang kreatif . Bagaimana caranya? Ikuti tips-tips di bawah ini: 1. Jangan membatasi anak dengan banyak larangan Anak yang aktif adalah anak yang suka bergerak. Itu sudah menjadi sifat dari sang anak. Bila kita terlalu banyak memberikan ini dan itu, tentu dia akan merasa ada semacam kerangkeng yang membelenggu tubuhnya. Mungkin ada saatnya dia akan menuruti aturan tersebut. Namun bila ada hal-hal yang membuatnya kecewa, dia bisa berubah menjadi anak yang tidak mau tahu aturan, dan seakan-akan dia akan tumbuh menjadi anak yang pemberontak. Anak yang aktif biasanya butuh….. 2. Pengarahan ya...

Panduan Mudah Belajar

J am sudah menunjukkan lewat waktu tidur dan si kecil yang berusia 6 tahun menangis karena belum bisa mengingat kata-kata ejaannya. Beberapa jam sebelumnya, Anda memintanya untuk menyelesaikan pekerjaan rumah. Kini, Anda menyuruhnya menutup buku dan tidur. Dia terlalu lelah, sangat tidak siap, dan cemas. Jangan putus asa. Si kecil baru saja memulai hubungan jangka panjang dengan belajar, dan Anda juga terlibat di dalamnya. Jika melihatnya sebagai suatu proses pengenalan pada kebiasaan positif, Anda akan segera menemukan jalan untuk sesi mengerjakan tugas yang produktif, tenang, dan menyenangkan. Ajarkan Konsistensi Hindari pengacau jadwal belajar, misalnya bermain sepulang sekolah. Anak harus mencoba mengerjakan tugasnya di waktu yang sama setiap hari. “Tanpa rutinitas,  tugas akan sangat mudah untuk ditunda,” ujar Jeanne Shay Schumm, PhD, penulis How to Help Your Chilc With Homework . Untuk mencari waktu yang optimal, pertimbangkan juga jadwal keluarga dan temp...

Pesona Edu Hadir untuk Bina Amal

Rabu 23 Oktober 2019, pukul 08.00 siswa SD IT Bina Amal 02 berkunjung ke SMP IT Bina Amal. Mereka dikenalkan dengan pembelajaran digital melalui Pesona Edu. Pesona Edu merupakan software edukasi dengan beberapa produk unggulan kami meliputi konten pengayaan interaktif, buku digital interaktif dan software latihan soal digital. Pesona Edu termasuk software yang mengisi ruang layar menu tablet di Samsung Smart Learning Center (SSLC). Secara bergiliran siswa SD IT Bina Amal 02 bergantian menuju ke SSLC SMP IT Bina Amal. Untuk yang mendapat giliran pertama masuk ke ruang SSLC adalah siswa putri. Sementara siswa putri belajar di SSLC, siswa putra berkeliling melihat komplek kampus SMIT Bina Amal dan menyaksikan video Profil SMP IT Bina Amal. Kegiatan pembelajaran digital dibimbing oleh Ibu Ani Wahyuni S.Pd. selaku guru Ilmu Pengetahuan Alam SMP IT Bina Amal. Siswa sangat senang dalam melaksanakan pembelajaran digital karena seolah mereka sedang bermain dengan ponsel layar sentuh. ...

Kandungan Bahan Makanan dalam Permen Kenyal

Anak senang makan permen kenyal/chewy, karena rasanya yang manis dan tekstur yang kenyal. Tapi, apa saja komposisi bahan makan dalam camilan ini?   Tak ada salahnya Mama kenali bahan dan nutrisi yang terkandung dalam permen favorit anak ini. * Bahan Penstabil (Gelatin Sapi) Sama seperti pada produk biskuit, bahan penstabil (stabilizer) adalah BTP yang berfungsi untuk menstabilkan sistem dispersi agar campuran ingredient menjadi homogen. Untuk produk permen kenyal yang biasa digunakan memang jenis gelatin. Fungsi lain gelatin adalah sebagai bahan pembentuk gel atau pembentuk tekstur. * Humektan Merupakan BTP yang digunakan untuk mempertahankan kelembaban produk pangan. Bahan yang sering digunakan sebagai humektan untuk permen adalah sorbitol dan xilitol yang juga mampu memperbaiki cita rasa kunyah untuk  permen chewy. * Pengatur Keasaman (asam sitrat, asam laktat) Fungsi sama dengan pada produk chips dan biskuit * Perisa Buah-Buahan Merupakan jenis BTP flavouring yang...

Pentingnya Membangun Komunikasi dengan Anak untuk menjadi Generasi Juara

Psikolog Nurina, S.Psi., CHA., CGA SD IT Bina Amal Semarang mengadakan Seminar Smart Parenting dengan tema " Pentingnya Membangun Komunikasi dengan Anak untuk menjadi Generasi Juara bersama psikolog Nurina, S.Psi., CHA., CGA. Seminar diadakan pada Sabtu, 24 September 2016 dengan peserta merupakan wali murid siswa, khususnya kelas 1 dan kelas 2. Secara umum, seminar berlangsung dengan lancar. Di awali dengan tilawah dari siswa kelas 1 dan kelas 2. Kemudian ada persembahan gerak dan lagu dari siswa kelas 2 serta pembacaan puisi. Penampilan Gerak dan Lagu Siswa Kelas 2 Acara kemudian dilanjutkan penyampaian materi dan diskusi. Alhamdulillah orang tua juga aktif berpatisipasi dalam tanya jawab. Diharapkan dari seminar ini, orang tua memiliki gambaran dan wawasan terkait pentingnya membangun komunikasi dengan anak. Diawali dengan mengenal gaya belajar anak. Dengan mengenal gaya belajar anak, maka di harapkan orang tua lebih mudah dalam membimbing dan menggali poten...

Batasi Garam Untuk Anak

Sekitar 43 persen garam yang diasup si kecil berasal dari 10 jenis makanan yang paling sering mereka makan, di antaranya: Pizza, roti, daging, camilan gurih, roti isi, keju, nugget, sup, dan sebagainya. Beberapa dari makanan di atas sebenarnya tidak berasa asin, tapi sebenarnya mengandung sodium cukup tinggi. Hal ini karena kebanyakan sodium sudah ada dalam makanan, bahkan sebelum makanan tersebut diproses. Seperti halnya orang dewasa, konsumsi garam yang berlebihan pada anak-anak juga bisa mendatangkan masalah pada kesehatan. Salah satunya adalah tekanan darah tinggi. "Satu dari enam anak di Amerika mengalami darah tinggi yang bisa menyebabkan hipertensi di usia dewasa," kata Ileana Arias dari pusat pengendalian dan pencegahan penyakit AS (CDC). Lebih lanjut dikatakan Ileana, menurut hasil sebuah survei yang dilakukan di Amerika Serikat, rata-rata anak berusia 6-18 tahun di sana mengasup 3.300 miligram sodium perhari, belum termasuk garam yang ditambahkan di meja. Jumla...

TENTANG BINA AMAL

Yayasan Wakaf Bina Amal adalah Lembaga dakwah yang menjadi bagian integral dari dakwah ummat, untuk dapat memberikan kontribusi positif kepada bangsa dan negara, terutama dalam melahirkan SDM berkualitas yaitu generasi mandiri yang memiliki karakter robbaniyah. Fokus utama Yayasan Wakaf Bina Amal adalah Bidang Pendidikan.

Alhamdulillah, berkat rahmat Allah SWT, Yayasan Wakaf Bina Amal yang didirikan sejak tahun 2001, beralamat di Jalan Kyai Saleh no.8 Mugasari Semarang Selatan, memiliki banyak unit Pendidikan yaitu kampus 1 ( PAUDIT dan SDIT Bina Amal), kampus 2 (SMPIT dan SMAIT Bina Amal yang menggunakan sistem pembelajaran Boarding scholl/asrama dalam Pondok Pesantren Tahfidz Bina Amal) ) , kampus 3 (TKIT dan SDIT Bina Amal 02) dan kampus 4 (PAUDIT Bina Amal 03).

Bina Amal menjawab kebutuhan masyarakat yang mencari Pendidikan terbaik buat putra putrinya yang berkesinambungan dari jenjang PAUD hingga SMA. Dengan tenaga pengajar yang sebagian besar terdiri dari generasi muda yang memiliki semangat untuk terus belajar terlebih menghadapi tantangan revolusi industri 4.0 dan society 5.0, maka Bina Amal siap menjadi bagian dalam pelopor perubahan dan pembangun peradaban bangsa Indonesia.

TENTANG BINA AMAL

Bina Amal Semarang


Yayasan Bina Amal

PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU

LEMBAGA PENDIDIK ISLAM TERPADU BINA AMAL TAHUN AJARAN 2023/2024

Trending now

Membentuk Kepatuhan


Setiap orang tua pastilah mendambakan anak-anak yang patuh dan mendengarkan semua harapan dan keinginan mereka. Tapi di keseharian seringkali kita   mendengar orang tua mengeluh tentang anaknya yang masih balita begitu bandel, sering tidak patuh dan bahkan melawan. Setelah masuk SD juga sulit disuruh makan apalagi belajar, padahal itu untuk kepentingannya sendiri. Sudah masuk SMP lebih membingungkan lagi, karena anak lebih menuruti teman atau gurunya dibanding orang tua.


Anak sebenarnya tahu bahwa kita adalah orang tuanya.   

Mereka juga tahu bahwa orang tua adalah orang yang berjasa mengasuh dan membesarkan mereka . Hanya ada beberapa hal yang orang tua lakukan yang membuat mereka kesulitan untuk mematuhi arahan orang-orang yang sangat mereka cintai ini. Berikut ini beberapa hal tersebut :

1. Arahan yang kurang jelas

“Sana bereskan kamar dulu!”

Bagi anak, membereskan kamar itu belum terbayang apa saja yang harus dilakukan.
Memberikan arahan kepada anak perlu kata-kata yang lebih jelas, misalnya “Adek, bereskan kamarnya dulu ya…Seprei kasurnya pasang dan rapihkan kembali, bantal simpan di sisi ujung. Buku tata kembali ke dalam rak. Mainan masukkan lagi ke kotak lalu simpan di lemari. Sapu kemudian pel lantainya.”

2. Arahan yang sulit dikerjakan

Tugas yang sulit akan membuat anak tidak dapat melakukan dan terkesan tidak patuh.
Pastikan kita memberikan perintah yang sanggup dikerjakan oleh anak. Bagaimanapun di dalam rumah, orang tua adalah pembimbing anak. Orang tua yang mengarahkan anak untuk bisa melakukan satu demi satu keterampilan, dan sedikit demi sedikit sampai mereka mampu.

3.   Arahan yang penyampaiannya memancing anak untuk mengatakan tidak

Pemilihan kata dan nada suara yang cenderung menekan, merendahkan, memarahi, membanding-bandingkan, dan sebagainya cenderung membangkitkan sistem otak reptil yang aktif bila tubuh merasa diancam. Bila otak reptil anak aktif, maka anak melakukan perlawanan terhadap orang tua dengan mengatakan tidak, atau bentuk lain misalnya dengan lelet.

4.   Penggunaan kata jangan dan tidak yang kurang tepat

Pernah mungkin di keseharian kita menemukan anak ketika semakin dilarang malah semakin melakukan larangan. “Jangan berantakan, ya!”, eh malah berantakan. Mengapa begitu? Karena menurut kaidah bawah sadar, sebuah pernyataan negatif mengandung makna positif. (Hakim, 2010).

Kata jangan dan tidak merupakan dua kata negasi yang harus hati-hati penggunaannya. Kedua kata bisa digunakan hanya pada kasus melarang sesuatu yang benar-benar berbahaya bila dilakukan, misalnya : “Adek, Tidak boleh memegang pisau ya!”. Karena ini adalah sesuatu yang penting, maka dalam menyampaikan pun pastikan sungguh-sungguh dan serius sehingga anak benar-benar mendengarkan dan menangkap arahan kita.

Kemudian bila ada yang mempertanyakan apakah nanti si anak jadi takut memegang pisau karena kita larang, tentu arahan kita tidak semata-mata larangan tadi. Di waktu lain kita akan memberikan pemahaman tentang mengapa ia tidak boleh memenga pisau, kemudian kapan dia boleh belajar memegang, dan bahwa untuk memegang pisau anak harus ditemani orang dewasa dulu, dsb.

“Jangan buka pintu kalau kakak tidak mengenal orangnya. “. Ini adalah contoh lain penggunaan kata negatif. Dengan membiasakan penggunakan kata negasi hanya untuk yang berbahaya, tentunya itu juga membantu anak untuk membedakan mana yang merupakan area aman, dan mana yang berbahaya.

Sedangkan untuk arahan hal-hal selain yang membahayakan perlu berlatih untuk menggunakan kata positif, contoh :

a.       “Jangan malas membereskan rumah!”, kita ubah menjadi “Yuk kita setiap pagi bekerja sama membereskan rumah!”
b.    “Tidak boleh mencoret dinding.”, kita ubah menjadi “Yang mau menggambar, Bunda sediakan kertas dan papan khusus untuk dicoret-coret.”

5.     Orang tua masih jarang mendengarkan anak dengan sungguh-sungguh

Ingin anak mendengarkan kita, maka muncul pertanyaan apakah kita suka mendengarkan mereka? Bukan hanya sekedar memasang telinga, tapi menaruh perhatian pada berbagai hal yang mereka sampaikan. Misalnya ketika mereka bertanya apakah kita sambil sibuk hanya menjawab tanpa menengok, ataukah kita selalu berusaha merespon dengan sepenuh hati. Bila ingin anak patuh, mulai dari melatih mereka untuk mendengarkan arahan orang tua.
 
6.     Orang tua dimusuhi anak

Bila kita masih sering marah-marah atau menyuruh-nyuruh dengan tidak menyenangkan, tak heran bila anak tidak nyaman bahkan memusuhi. Ketika kita dimusuhi, jangankan mendekat dan mendengarkan, yang ada mereka senang bila orang tua tidak ada. Ketika kita menyuruh pun mereka sengaja justru melakukan sebaliknya.
 
7.    Anak merasa tidak dicintai

Energi cinta adalah sebuah energi yang mendorong seseorang untuk melakukan berbagai kebaikan kepada orang yang memberikannya. Merasa tidak dicintai membuat seorang anak kurang energi untuk melakukan berbagai hal yang diminta orang tua. Tapi silakan coba memberikan perhatian ke anak dengan menggunakan berbagai bahasa cinta, lihatlah betapa mereka begitu lebih bersemangat menjalankan arahan yang diberikan. Contoh bahasa cinta : Menyentuh, mengusap kepala, menatap mata dengan lembut, mengucapkan kata sayang, memberi hadiah, mendengarkan, dan sebagainya.
 
8.     Kurang apresiasi

Berkali sebagian orang tua lupa. Ketika anak melakukan kesalahan, orang tua berkomentar. Tapi ketika mereka melakukan sesuai arahan, apresiasi tak diberikan. Akhirnya anak merasa rendah diri dan berpikir “Kok, Aku salah terus ya”. Supaya mereka semakin bersemangat melakukan arahan, pastikan orang tua pun rajin mengapresiasi. Misalnya :”Alhamdulillah, hari ini Bunda lihat kamarnya lebih rapih”.
 
9.     Perilaku orang tua tidak sesuai dengan arahan
Melarang anak merokok, tapi orang tua merokok. Melarang anak buang sampah sembarangan, tapi orang tua melempar saja sampah ke luar mobil. Anak belajar dari orang tuanya. Jadi bila ingin lebih mudah membuat anak menurut, pastikan kita sesuai dengan arahan yang diberikan.
 
10.   Tidak konsisten

“Boleh berangkat sekolah kalau makannya sudah selesai ya.”. Karena anak-anak tidak selesai makan juga sedangkan ayah bunda sudah harus berangkat, akhirnya Bunda berkata “Duh, waktunya sudah mepet. Ya udah, berangkat saja dulu. Lain kali harus habis ya”. Ini adalah sebuah contoh ketidakkonsistenan yang membuat anak di keesokan harinya sulit untuk menyelesaikan makannya di pagi hari.

Membuat anak patuh, perlu menggunakan pendekatan dan cara yang benar. Bila ada hal-hal yang membuat anak menjadi tidak patuh, maka perlu sekali kita mengintrospeksi diri karena perilaku anak adalah hasil dari bimbingan orang tua. Memperbaiki cara membimbing dan menghindari hal-hal yang membuat anak sulit patuh, merupakan tanggung jawab orang tua agar anak bisa menjadi anak yang sholeh yang taat pada orang tuanya.

Sumber : http://rumahparenting.com/

Popular Posts

Dwi Prastyo
Dwi Prastyo
Online
Halo 👋
Ada yang bisa dibantu?

Membentuk Kepatuhan


Setiap orang tua pastilah mendambakan anak-anak yang patuh dan mendengarkan semua harapan dan keinginan mereka. Tapi di keseharian seringkali kita   mendengar orang tua mengeluh tentang anaknya yang masih balita begitu bandel, sering tidak patuh dan bahkan melawan. Setelah masuk SD juga sulit disuruh makan apalagi belajar, padahal itu untuk kepentingannya sendiri. Sudah masuk SMP lebih membingungkan lagi, karena anak lebih menuruti teman atau gurunya dibanding orang tua.


Anak sebenarnya tahu bahwa kita adalah orang tuanya.   

Mereka juga tahu bahwa orang tua adalah orang yang berjasa mengasuh dan membesarkan mereka . Hanya ada beberapa hal yang orang tua lakukan yang membuat mereka kesulitan untuk mematuhi arahan orang-orang yang sangat mereka cintai ini. Berikut ini beberapa hal tersebut :

1. Arahan yang kurang jelas

“Sana bereskan kamar dulu!”

Bagi anak, membereskan kamar itu belum terbayang apa saja yang harus dilakukan.
Memberikan arahan kepada anak perlu kata-kata yang lebih jelas, misalnya “Adek, bereskan kamarnya dulu ya…Seprei kasurnya pasang dan rapihkan kembali, bantal simpan di sisi ujung. Buku tata kembali ke dalam rak. Mainan masukkan lagi ke kotak lalu simpan di lemari. Sapu kemudian pel lantainya.”

2. Arahan yang sulit dikerjakan

Tugas yang sulit akan membuat anak tidak dapat melakukan dan terkesan tidak patuh.
Pastikan kita memberikan perintah yang sanggup dikerjakan oleh anak. Bagaimanapun di dalam rumah, orang tua adalah pembimbing anak. Orang tua yang mengarahkan anak untuk bisa melakukan satu demi satu keterampilan, dan sedikit demi sedikit sampai mereka mampu.

3.   Arahan yang penyampaiannya memancing anak untuk mengatakan tidak

Pemilihan kata dan nada suara yang cenderung menekan, merendahkan, memarahi, membanding-bandingkan, dan sebagainya cenderung membangkitkan sistem otak reptil yang aktif bila tubuh merasa diancam. Bila otak reptil anak aktif, maka anak melakukan perlawanan terhadap orang tua dengan mengatakan tidak, atau bentuk lain misalnya dengan lelet.

4.   Penggunaan kata jangan dan tidak yang kurang tepat

Pernah mungkin di keseharian kita menemukan anak ketika semakin dilarang malah semakin melakukan larangan. “Jangan berantakan, ya!”, eh malah berantakan. Mengapa begitu? Karena menurut kaidah bawah sadar, sebuah pernyataan negatif mengandung makna positif. (Hakim, 2010).

Kata jangan dan tidak merupakan dua kata negasi yang harus hati-hati penggunaannya. Kedua kata bisa digunakan hanya pada kasus melarang sesuatu yang benar-benar berbahaya bila dilakukan, misalnya : “Adek, Tidak boleh memegang pisau ya!”. Karena ini adalah sesuatu yang penting, maka dalam menyampaikan pun pastikan sungguh-sungguh dan serius sehingga anak benar-benar mendengarkan dan menangkap arahan kita.

Kemudian bila ada yang mempertanyakan apakah nanti si anak jadi takut memegang pisau karena kita larang, tentu arahan kita tidak semata-mata larangan tadi. Di waktu lain kita akan memberikan pemahaman tentang mengapa ia tidak boleh memenga pisau, kemudian kapan dia boleh belajar memegang, dan bahwa untuk memegang pisau anak harus ditemani orang dewasa dulu, dsb.

“Jangan buka pintu kalau kakak tidak mengenal orangnya. “. Ini adalah contoh lain penggunaan kata negatif. Dengan membiasakan penggunakan kata negasi hanya untuk yang berbahaya, tentunya itu juga membantu anak untuk membedakan mana yang merupakan area aman, dan mana yang berbahaya.

Sedangkan untuk arahan hal-hal selain yang membahayakan perlu berlatih untuk menggunakan kata positif, contoh :

a.       “Jangan malas membereskan rumah!”, kita ubah menjadi “Yuk kita setiap pagi bekerja sama membereskan rumah!”
b.    “Tidak boleh mencoret dinding.”, kita ubah menjadi “Yang mau menggambar, Bunda sediakan kertas dan papan khusus untuk dicoret-coret.”

5.     Orang tua masih jarang mendengarkan anak dengan sungguh-sungguh

Ingin anak mendengarkan kita, maka muncul pertanyaan apakah kita suka mendengarkan mereka? Bukan hanya sekedar memasang telinga, tapi menaruh perhatian pada berbagai hal yang mereka sampaikan. Misalnya ketika mereka bertanya apakah kita sambil sibuk hanya menjawab tanpa menengok, ataukah kita selalu berusaha merespon dengan sepenuh hati. Bila ingin anak patuh, mulai dari melatih mereka untuk mendengarkan arahan orang tua.
 
6.     Orang tua dimusuhi anak

Bila kita masih sering marah-marah atau menyuruh-nyuruh dengan tidak menyenangkan, tak heran bila anak tidak nyaman bahkan memusuhi. Ketika kita dimusuhi, jangankan mendekat dan mendengarkan, yang ada mereka senang bila orang tua tidak ada. Ketika kita menyuruh pun mereka sengaja justru melakukan sebaliknya.
 
7.    Anak merasa tidak dicintai

Energi cinta adalah sebuah energi yang mendorong seseorang untuk melakukan berbagai kebaikan kepada orang yang memberikannya. Merasa tidak dicintai membuat seorang anak kurang energi untuk melakukan berbagai hal yang diminta orang tua. Tapi silakan coba memberikan perhatian ke anak dengan menggunakan berbagai bahasa cinta, lihatlah betapa mereka begitu lebih bersemangat menjalankan arahan yang diberikan. Contoh bahasa cinta : Menyentuh, mengusap kepala, menatap mata dengan lembut, mengucapkan kata sayang, memberi hadiah, mendengarkan, dan sebagainya.
 
8.     Kurang apresiasi

Berkali sebagian orang tua lupa. Ketika anak melakukan kesalahan, orang tua berkomentar. Tapi ketika mereka melakukan sesuai arahan, apresiasi tak diberikan. Akhirnya anak merasa rendah diri dan berpikir “Kok, Aku salah terus ya”. Supaya mereka semakin bersemangat melakukan arahan, pastikan orang tua pun rajin mengapresiasi. Misalnya :”Alhamdulillah, hari ini Bunda lihat kamarnya lebih rapih”.
 
9.     Perilaku orang tua tidak sesuai dengan arahan
Melarang anak merokok, tapi orang tua merokok. Melarang anak buang sampah sembarangan, tapi orang tua melempar saja sampah ke luar mobil. Anak belajar dari orang tuanya. Jadi bila ingin lebih mudah membuat anak menurut, pastikan kita sesuai dengan arahan yang diberikan.
 
10.   Tidak konsisten

“Boleh berangkat sekolah kalau makannya sudah selesai ya.”. Karena anak-anak tidak selesai makan juga sedangkan ayah bunda sudah harus berangkat, akhirnya Bunda berkata “Duh, waktunya sudah mepet. Ya udah, berangkat saja dulu. Lain kali harus habis ya”. Ini adalah sebuah contoh ketidakkonsistenan yang membuat anak di keesokan harinya sulit untuk menyelesaikan makannya di pagi hari.

Membuat anak patuh, perlu menggunakan pendekatan dan cara yang benar. Bila ada hal-hal yang membuat anak menjadi tidak patuh, maka perlu sekali kita mengintrospeksi diri karena perilaku anak adalah hasil dari bimbingan orang tua. Memperbaiki cara membimbing dan menghindari hal-hal yang membuat anak sulit patuh, merupakan tanggung jawab orang tua agar anak bisa menjadi anak yang sholeh yang taat pada orang tuanya.

Sumber : http://rumahparenting.com/

Berbagi