Mengusir Bosan dengan Cara Kreatif
Kreativitas justru berkembang saat anak-anak protes mereka tidak punya kegiatan untuk dilakukan. Bayangkanlah! Oleh Kathleen Reilly
Di suatu Minggu siang, putraku yang berusia 6 tahun, Patrick, melemparkan dirinya ke sofa dan berkata dia merasa bosan. Dengan cepat dia menambahkan, “Dan jangan bilang ‘Bagus’.” Karena Patrick sudah mengantisipasi jawabanku yang biasanya, aku berkata, “Itu baik sekali, Sayang”, dan melanjutkan membereskan rumah.
Tentunya, aku sering bermain dengan Patrick, tapi biasanya di saat dia tidak menyatakan sedang bosan. Pakar tumbuh kembang anak mengatakan, daripada terburu-buru meredakan kemuraman anak, mencari sendiri apa yang bisa dilakukannya adalah hal terbaik bagi anak–atau hanya mendorong sedikit di arah yang tepat. “Kondisi yang terlihat membosankan bisa menjadi kesempatan bagus bagi anak untuk mengembangkan imajinasinya,” kata Christopher Willard, PsyD, psikolog anak di Boston dan penulis Child’s Mind. “Nyatanya, beberapa anak tidak termotivasi menjadi kreatif kecuali mereka merasa bosan.”
Ini bagus karena musim bosan sedang berada di depan mata kita. “Anak usia 5-6 tahun terbiasa dengan rutinitas terstruktur di sekolah,” kata Kathleen Cuneo, PhD, psikolog anak di Nanuet, New York. “Saat jadwal mereka melonggar di liburan musim panas, banyak anak yang tidak tahu mau melakukan apa-apa.” Daripada terus menerus memasukkan anak ke dalam kelas dan perkemahan yang tak berujung, bantulah dia menjadi terbiasa dengan hari dimana sering terdapat saat membosankan. Para pakar memberikan cara-cara untuk membuatnya menjadi lebih mudah.
Kembangkan Imajinasinya
Anak-anak yang menyukai permainan sandiwara pandai menghibur diri sendiri, kata Dr. Willard. “Anak-anak tidak akan bisa melempar bola atau mengendarai sepeda dalam setiap situasi membosankan, tapi mereka akan selalu memiliki imajinasi,” ujarnya. Cobalah permainan-permainan berikut untuk membangun kehidupan fantasi anak: Lain kali saat Anda punya banyak hal untuk dilakukan, sarankan anak untuk berpura-pura menjadi alien yang menempel kepada Anda seharian untuk mengetahui seperti apa mahluk bumi. Atau saat Anda sedang berada di antrian kasir supermarket, katakan kepada anak untuk berpura-pura menjadi koki di TV yang sedang berbelanja untuk keperluan acaranya. Setelah beberapa kali, berhentilah memberikan skenario dan tanyakan kepada anak dia akan berpura-pura menjadi apa. “Dengan latihan, Anda bisa sampai pada keadaan dimana dia merasa nyaman menatap keluar lewat jendela mobil saat perjalanan panjang karena bisa menciptakan cerita yang rumit,” tutur Dr. Willard.
Menghargai Bermain Sendiri
Di sekolah, anak memiliki teman bermain 20 orang atau lebih. Di rumah, mungkin dia hanya sendirian–atau hanya dengan saudara kandungnya. Membuat penyesuaian yang sulit tersebut, sering menjadi alasan mengapa dia mengungkapkan kata “B”. Untuk mencegah masalah, dalam beberapa sisa minggu sebelum sekolah biarkan anak beraktivitas sendirian–bermain puzzle,membuat benteng dari Lego, dan melihat-lihat buku bergambar adalah aktivitas asik bagi anak usia ini. Berikan ide pemancing jika anak membutuhkannya, tapi di luar itu biarkan dia mengemukakan idenya sendiri.
Mulailah dengan memberikan waktu sendirian baginya hanya selama 15-20 menit, dan tambahkan lima atau sepuluh menit lagi setiap minggu, sehingga akhirnya menjadi satu jam. (Tentunya, Anda tidak boleh meninggalkan anak tanpa diawasi di tempat-tempat yang berisiko, seperti di dapur atau garasi.) Langkah cerdas: Terapis anak Jennifer Kolari, penulis Connected Parenting, memberikan putrinya puzzle setiap kali dia bermain sendiri di kamar tidurnya untuk beberapa waktu. Saat puzzlesudah selesai, mereka pun pergi keluar berdua.
Berpikir Luar Biasa
Saat kebosanan Patrick meningkat setelah wisuda TK musim panas tahun lalu, aku akan merespons dengan defensif, “Lihatlah semua mainan yang kamu punya di kamar. Mengapa kamu tidak bermain dengan salah satu mainanmu?” Masalahnya adalah para pakar berkata bahwa saat anak-anak merasa bosan, mainan Tech Deck atau Barbie tidak akan membuatnya gembira. “Mereka menginginkan sesuatu yang unik untuk dimainkan,” kata Robert Epstein, PhD, psikolog anak di San Diego.
Pastikan anak Anda mengetahui barang-barang rumah tangga yang biasanya –tempat tisu toilet, kardus besar, mi kering serta pasta berbentuk lucu, kantong kertas, berbagai jenis kancing dalam segala warna dan ukuran–siap untuk digunakan, selama dia meminta izin dulu kepada Anda. Namun jangan memasukkan benda-benda persediaan itu ke dalam “kotak bosan” karena ini akan merenggut rasa menemukan. Dr. Epstein berujar, “Misalnya anak mendapatkan ide membuat boneka tangan dari bahan-bahan yang ada di dalam rumah.
Fokus pada Kreativitas
Boleh-boleh saja menyarankan solusi kepada anak-anak saat mereka bosan, terutama jika ini sudah berlangsung paling tidak 10-15 menit dan mereka belum punya suatu ide sendiri. Namun distraksi yang paling umum–memutar tayangan TV, memasukkan keping DVD ke dalam pemutarnya, atau bahkan memegang iPhone Anda–mengajarkan anak untuk bersabar. Di waktu singkat, benda-benda tersebut akan menyibukkan anak sementara. “Namun untuk jangka panjang, benda-benda itu akan membuat anak tidak terlalu toleran terhadap waktu hening karena dia akan merasa bertanggung jawab terhadap sesuatu,” kata Dr. Epstein. “Selain itu, biasanya tidak ada hal kreatif pada benda-benda tersebut.”
Proyek cerdas yang akan berlangsung sepanjang musim panas: sayur, bunga, atau tanaman berpot yang diletakkan di tepi jendela. Anak usia 5-6 tahun bisa menyiram tanaman, menyiangi, menebarkan benih, memilih makanan dan bunga, dan bahkan menggambar perkembangan tanaman mereka dalam jurnal. “Dengan beralasan, biarkan mereka memutuskan apa yang ditanam dan dimana membuat taman. Kadang ini akan berhasil dan kadang tidak, tapi memberikan mereka kebebasan akan membantu mendorong pemikiran kreatif,” ujar Dr. Cuneo.
Tentunya, aku sering bermain dengan Patrick, tapi biasanya di saat dia tidak menyatakan sedang bosan. Pakar tumbuh kembang anak mengatakan, daripada terburu-buru meredakan kemuraman anak, mencari sendiri apa yang bisa dilakukannya adalah hal terbaik bagi anak–atau hanya mendorong sedikit di arah yang tepat. “Kondisi yang terlihat membosankan bisa menjadi kesempatan bagus bagi anak untuk mengembangkan imajinasinya,” kata Christopher Willard, PsyD, psikolog anak di Boston dan penulis Child’s Mind. “Nyatanya, beberapa anak tidak termotivasi menjadi kreatif kecuali mereka merasa bosan.”
Ini bagus karena musim bosan sedang berada di depan mata kita. “Anak usia 5-6 tahun terbiasa dengan rutinitas terstruktur di sekolah,” kata Kathleen Cuneo, PhD, psikolog anak di Nanuet, New York. “Saat jadwal mereka melonggar di liburan musim panas, banyak anak yang tidak tahu mau melakukan apa-apa.” Daripada terus menerus memasukkan anak ke dalam kelas dan perkemahan yang tak berujung, bantulah dia menjadi terbiasa dengan hari dimana sering terdapat saat membosankan. Para pakar memberikan cara-cara untuk membuatnya menjadi lebih mudah.
Kembangkan Imajinasinya
Anak-anak yang menyukai permainan sandiwara pandai menghibur diri sendiri, kata Dr. Willard. “Anak-anak tidak akan bisa melempar bola atau mengendarai sepeda dalam setiap situasi membosankan, tapi mereka akan selalu memiliki imajinasi,” ujarnya. Cobalah permainan-permainan berikut untuk membangun kehidupan fantasi anak: Lain kali saat Anda punya banyak hal untuk dilakukan, sarankan anak untuk berpura-pura menjadi alien yang menempel kepada Anda seharian untuk mengetahui seperti apa mahluk bumi. Atau saat Anda sedang berada di antrian kasir supermarket, katakan kepada anak untuk berpura-pura menjadi koki di TV yang sedang berbelanja untuk keperluan acaranya. Setelah beberapa kali, berhentilah memberikan skenario dan tanyakan kepada anak dia akan berpura-pura menjadi apa. “Dengan latihan, Anda bisa sampai pada keadaan dimana dia merasa nyaman menatap keluar lewat jendela mobil saat perjalanan panjang karena bisa menciptakan cerita yang rumit,” tutur Dr. Willard.
Menghargai Bermain Sendiri
Di sekolah, anak memiliki teman bermain 20 orang atau lebih. Di rumah, mungkin dia hanya sendirian–atau hanya dengan saudara kandungnya. Membuat penyesuaian yang sulit tersebut, sering menjadi alasan mengapa dia mengungkapkan kata “B”. Untuk mencegah masalah, dalam beberapa sisa minggu sebelum sekolah biarkan anak beraktivitas sendirian–bermain puzzle,membuat benteng dari Lego, dan melihat-lihat buku bergambar adalah aktivitas asik bagi anak usia ini. Berikan ide pemancing jika anak membutuhkannya, tapi di luar itu biarkan dia mengemukakan idenya sendiri.
Mulailah dengan memberikan waktu sendirian baginya hanya selama 15-20 menit, dan tambahkan lima atau sepuluh menit lagi setiap minggu, sehingga akhirnya menjadi satu jam. (Tentunya, Anda tidak boleh meninggalkan anak tanpa diawasi di tempat-tempat yang berisiko, seperti di dapur atau garasi.) Langkah cerdas: Terapis anak Jennifer Kolari, penulis Connected Parenting, memberikan putrinya puzzle setiap kali dia bermain sendiri di kamar tidurnya untuk beberapa waktu. Saat puzzlesudah selesai, mereka pun pergi keluar berdua.
Berpikir Luar Biasa
Saat kebosanan Patrick meningkat setelah wisuda TK musim panas tahun lalu, aku akan merespons dengan defensif, “Lihatlah semua mainan yang kamu punya di kamar. Mengapa kamu tidak bermain dengan salah satu mainanmu?” Masalahnya adalah para pakar berkata bahwa saat anak-anak merasa bosan, mainan Tech Deck atau Barbie tidak akan membuatnya gembira. “Mereka menginginkan sesuatu yang unik untuk dimainkan,” kata Robert Epstein, PhD, psikolog anak di San Diego.
Pastikan anak Anda mengetahui barang-barang rumah tangga yang biasanya –tempat tisu toilet, kardus besar, mi kering serta pasta berbentuk lucu, kantong kertas, berbagai jenis kancing dalam segala warna dan ukuran–siap untuk digunakan, selama dia meminta izin dulu kepada Anda. Namun jangan memasukkan benda-benda persediaan itu ke dalam “kotak bosan” karena ini akan merenggut rasa menemukan. Dr. Epstein berujar, “Misalnya anak mendapatkan ide membuat boneka tangan dari bahan-bahan yang ada di dalam rumah.
Fokus pada Kreativitas
Boleh-boleh saja menyarankan solusi kepada anak-anak saat mereka bosan, terutama jika ini sudah berlangsung paling tidak 10-15 menit dan mereka belum punya suatu ide sendiri. Namun distraksi yang paling umum–memutar tayangan TV, memasukkan keping DVD ke dalam pemutarnya, atau bahkan memegang iPhone Anda–mengajarkan anak untuk bersabar. Di waktu singkat, benda-benda tersebut akan menyibukkan anak sementara. “Namun untuk jangka panjang, benda-benda itu akan membuat anak tidak terlalu toleran terhadap waktu hening karena dia akan merasa bertanggung jawab terhadap sesuatu,” kata Dr. Epstein. “Selain itu, biasanya tidak ada hal kreatif pada benda-benda tersebut.”
Proyek cerdas yang akan berlangsung sepanjang musim panas: sayur, bunga, atau tanaman berpot yang diletakkan di tepi jendela. Anak usia 5-6 tahun bisa menyiram tanaman, menyiangi, menebarkan benih, memilih makanan dan bunga, dan bahkan menggambar perkembangan tanaman mereka dalam jurnal. “Dengan beralasan, biarkan mereka memutuskan apa yang ditanam dan dimana membuat taman. Kadang ini akan berhasil dan kadang tidak, tapi memberikan mereka kebebasan akan membantu mendorong pemikiran kreatif,” ujar Dr. Cuneo.
Sumber : http://parentsindonesia.com//
Berbagi
Komentar