IQ Bagus, Tapi Prestasi Belajar Jelek
Apakah anak Anda sudah pernah diberikan asesmen psikologi atau yang sering disebut psikotes? Jika pernah, atau mungkin Anda juga berpengalaman melalui asesmen psikologi, tentunya Anda pernah mendengar istilah IQ (Intelligent Quotient).
Apabila Anda atau anak Anda mendapatkan skor IQ yang tinggi, di atas 140 misalnya, apa yang muncul di pikiran Anda? Atau jika ternyata skor IQ yang muncul ternyata 85, apa yang terpikirkan? Saya yakin cukup banyak orang tua yang khawatir mengenai angka yang disebut IQ ini, apalagi jika menyangkut putra-putri tercinta.
Nah, sekarang yang menjadi pertanyaan adalah : Seberapa signifikan IQ ini bisa menunjang prestasi putra-putri kita di sekolah dan kehidupan mereka sehari-hari?
Artikel ini akan membahas mengenai salah satu hal yang dapat menunjang hal tersebut.
Apa yang dimaksud Working memory?
Pernahkah Anda mendengar istilah tersebut? Secara umum working memory menggambarkan kemampuan individu untuk belajar. Berbeda dengan IQ, working memory tidak mengukur apa yang sudah kita pelajari sebelumnya, tetapi justru mengukur bagaimana kita menggunakan informasi yang telah kita miliki. Working memory digunakan tidak hanya pada situasi belajar atau bekerja saja, tetapi dalam kegiatan sehari-hari. Misalnya, saat kita mengatakan suatu kalimat sederhana, seperti “Saya ingin makan mie ayam,” kita sudah menggunakan working memory untuk mengumpulkan dan menyusun kata-kata yang telah kita pelajari sebelumnya menjadi sebuah kalimat yang utuh. Yup, memang working memory bekerja mulai dari hal-hal sesederhana itu. Meskipun demikian, working memory berperan pula pada proses-proses yang lebih kompleks.
Apa Pentingnya Working Memory?
Nah, sekarang setelah mendapat gambaran umum, kira-kira penting nggak sih working memory ini untuk perkembangan akademik anak?
Jawabannya : penting banget! Kerjanya kurang-lebih bisa diibaratkan seperti search engine di otak kita yang mencari dan memunculkan semua informasi yang telah kita simpan untuk digunakan dalam kegiatan sehari-hari, termasuk belajar.
Untuk putra-putri kita yang baru masuk sekolah dan belajar membaca, misalnya. Mereka akan mempelajari bentuk dan bunyi tiap huruf dalam abjad, kemudian working memory bekerja dan membantu mereka menggunakan informasi tersebut untuk membaca satu kata yang utuh. Contoh yang lebih kompleks misalnya, menggunakan pemahaman matematika dasar untuk memecahkan soal cerita, menggunakan kosakata yang dimiliki untuk memahami penjelasan mengenai suatu pelajaran baik dari guru maupun buku teks, dan sebagainya. Coba kita ingat-ingat waktu sekolah dulu…pernah nggak membaca penjelasan di buku pelajaran kita tapi nggak ngerti maksudnya walau sudah dibaca berkali-kali? Nah, berarti ada masalah di proses kerja working memory tuh!
Seiring anak tumbuh dewasa, working memory semakin banyak dipakai untuk proses yang semakin kompleks. Mulai dari belajar membaca, menghitung tanpa alat bantu, mempelajari pelajaran tingkat lanjut dan melakukan analisis hingga berkonsentrasi, berdiskusi, menunjukkan perilaku bertanggung jawab, serta interaksi sosial yang efektif. Penting bukan?
Nah, dari contoh-contoh di atas, terlihat bahwa working memory berfungsi untuk menyimpan informasi, memanipulasinya dalam otak kita, dan menggunakannya dalam berpikir hingga akhirnya bertingkah laku. So, apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan anak-anak akan disimpan oleh otak anak dan digunakan sebagai panduan bertingkah laku, termasuk bagaimana mengontrol diri. Jadi dengan working memory yang kuat, seorang anak dapat berkonsentrasi dengan baik (karena bisa mengingat harus fokus terhadap apa), tidak mudah teralihkan perhatiannya serta tetap menyadari apa yang terjadi di sekitarnya. Jadi lebih penting mana ya working memory dengan IQ? Kedua konsep ini memang saling berhubungan. Untuk menjalani tes IQ itu saja kita membutuhkan fungsi working memory untuk mengerjakannya dengan efektif. Jadi untuk mendapatkan skor IQ yang tinggi, kita perlu melatih dahulu working memory kita.
Bagaimana Kalau Working memory Belum Berfungsi dengan Baik?
Cobalah perhatikan tingkah laku putra-putri kita. Seperti apa ya tandanya kalau working memory mereka belum berfungsi dengan baik? Untuk anak-anak di usia TK atau SD, perhatikan apakah mereka suka melamun, mengalami kesulitan atau menghindari mempelajari huruf-huruf dalam abjad atau belajar membaca, tidak tahan fokus cukup lama untuk mengikuti instruksi Anda, kesulitan menghitung di luar kepala, atau kesulitan berinteraksi dengan efektif (misalnya tidak menunggu giliran berbicara, tidak bisa mempertahankan teman, dan sebagainya)? Itu adalah tanda-tanda bahwa working memory mereka belum berfungsi dengan baik sehingga sulit bagi mereka untuk memenuhi tuntutan lingkungan. Apabila tidak dilatih dengan baik, saat dewasa anak-anak ini akan semakin mengalami kesulitan seperti mudah lupa, sering menunda-nunda pekerjaan, kesulitan mengikuti diskusi, tidak memahami peraturan sehingga sering melanggarnya, mudah marah, tidak bisa menyusun rencana dan membuat prioritas, dan sebagainya. So parents, kalau melihat satu atau lebih indikasi yang disebutkan di atas, sebaiknya segeralah menghubungi psikolog atau badan yang ahli menangani masalah-masalah tersebut pada anak untuk diperiksa dan di tindak lanjuti.
Bagaimana Supaya Working memory Anak dapat Bekerja dengan Baik?
Sebelum menjawab pertanyaan ini, kita perlu menjawab satu pertanyaan lain terlebih dahulu : Bisakah fungsi working memory anak ditingkatkan? Mengingat working memory yang baik bisa membantu anak dalam mengerjakan tes inteligensi dengan baik, berarti apabila working memory bisa ditingkatkan, maka skor IQ pun bisa ditingkatkan bukan? Jawaban untuk kedua pertanyaan tersebut adalah : YA! Ada kegiatan dan pelatihan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan fungsi working memory, mulai dari kapasitas hingga efektivitas penggunaannya.
Berikut hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi working memory :
1. Latihan fisik alias olah raga. Kegiatan seperti jogging, berenang, bersepeda, aerobik, dan yoga dapat meningkatkan sirkulasi oksigen dan melancarkan aliran darah sehingga banyak nutrisi yang masuk ke otak. Selain itu, olah raga yang efektif juga mendorong produksi hormon endorphin yang dapat mengurangi stress.
2. Perbanyak aktivitas yang menuntut kerja otak, seperti membaca, bermain puzzle, scrabble, atau catur. Kegiatan yang tidak menuntut otak untuk bekerja aktif seperti menonton televisi terlalu banyak membuat otak tidak terstimulasi, sehingga perlu dibatasi.
3. Ikuti program khusus yang melatih fungsi otak anak agar optimal. Saat ini cukup banyak organisasi pendidikan yang melayani dan menyediakan program untuk optimalisasi fungsi otak anak, antara lain di BrainFit Studio.
So, parents, jangan panik apabila putra-putri Anda menunjukkan bahwa mereka sebenarnya pintar tetapi tidak tampak dalam prestasi nyata mereka di sekolah. Jangan langsung merasa putus asa juga apabila Anda melihat hasil tes IQ mereka kurang memuaskan. Cari indikasinya, periksakan pada pihak ahli untuk mendapatkan diagnosis dan saran, lalu tingkatkan fungsi working memory putra-putri kita tercinta untuk menunjang masa depan mereka baik di dunia akademik maupun kehidupan sehari-hari.
Apabila Anda atau anak Anda mendapatkan skor IQ yang tinggi, di atas 140 misalnya, apa yang muncul di pikiran Anda? Atau jika ternyata skor IQ yang muncul ternyata 85, apa yang terpikirkan? Saya yakin cukup banyak orang tua yang khawatir mengenai angka yang disebut IQ ini, apalagi jika menyangkut putra-putri tercinta.
Nah, sekarang yang menjadi pertanyaan adalah : Seberapa signifikan IQ ini bisa menunjang prestasi putra-putri kita di sekolah dan kehidupan mereka sehari-hari?
Artikel ini akan membahas mengenai salah satu hal yang dapat menunjang hal tersebut.
Apa yang dimaksud Working memory?
Pernahkah Anda mendengar istilah tersebut? Secara umum working memory menggambarkan kemampuan individu untuk belajar. Berbeda dengan IQ, working memory tidak mengukur apa yang sudah kita pelajari sebelumnya, tetapi justru mengukur bagaimana kita menggunakan informasi yang telah kita miliki. Working memory digunakan tidak hanya pada situasi belajar atau bekerja saja, tetapi dalam kegiatan sehari-hari. Misalnya, saat kita mengatakan suatu kalimat sederhana, seperti “Saya ingin makan mie ayam,” kita sudah menggunakan working memory untuk mengumpulkan dan menyusun kata-kata yang telah kita pelajari sebelumnya menjadi sebuah kalimat yang utuh. Yup, memang working memory bekerja mulai dari hal-hal sesederhana itu. Meskipun demikian, working memory berperan pula pada proses-proses yang lebih kompleks.
Apa Pentingnya Working Memory?
Nah, sekarang setelah mendapat gambaran umum, kira-kira penting nggak sih working memory ini untuk perkembangan akademik anak?
Jawabannya : penting banget! Kerjanya kurang-lebih bisa diibaratkan seperti search engine di otak kita yang mencari dan memunculkan semua informasi yang telah kita simpan untuk digunakan dalam kegiatan sehari-hari, termasuk belajar.
Untuk putra-putri kita yang baru masuk sekolah dan belajar membaca, misalnya. Mereka akan mempelajari bentuk dan bunyi tiap huruf dalam abjad, kemudian working memory bekerja dan membantu mereka menggunakan informasi tersebut untuk membaca satu kata yang utuh. Contoh yang lebih kompleks misalnya, menggunakan pemahaman matematika dasar untuk memecahkan soal cerita, menggunakan kosakata yang dimiliki untuk memahami penjelasan mengenai suatu pelajaran baik dari guru maupun buku teks, dan sebagainya. Coba kita ingat-ingat waktu sekolah dulu…pernah nggak membaca penjelasan di buku pelajaran kita tapi nggak ngerti maksudnya walau sudah dibaca berkali-kali? Nah, berarti ada masalah di proses kerja working memory tuh!
Seiring anak tumbuh dewasa, working memory semakin banyak dipakai untuk proses yang semakin kompleks. Mulai dari belajar membaca, menghitung tanpa alat bantu, mempelajari pelajaran tingkat lanjut dan melakukan analisis hingga berkonsentrasi, berdiskusi, menunjukkan perilaku bertanggung jawab, serta interaksi sosial yang efektif. Penting bukan?
Nah, dari contoh-contoh di atas, terlihat bahwa working memory berfungsi untuk menyimpan informasi, memanipulasinya dalam otak kita, dan menggunakannya dalam berpikir hingga akhirnya bertingkah laku. So, apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan anak-anak akan disimpan oleh otak anak dan digunakan sebagai panduan bertingkah laku, termasuk bagaimana mengontrol diri. Jadi dengan working memory yang kuat, seorang anak dapat berkonsentrasi dengan baik (karena bisa mengingat harus fokus terhadap apa), tidak mudah teralihkan perhatiannya serta tetap menyadari apa yang terjadi di sekitarnya. Jadi lebih penting mana ya working memory dengan IQ? Kedua konsep ini memang saling berhubungan. Untuk menjalani tes IQ itu saja kita membutuhkan fungsi working memory untuk mengerjakannya dengan efektif. Jadi untuk mendapatkan skor IQ yang tinggi, kita perlu melatih dahulu working memory kita.
Bagaimana Kalau Working memory Belum Berfungsi dengan Baik?
Cobalah perhatikan tingkah laku putra-putri kita. Seperti apa ya tandanya kalau working memory mereka belum berfungsi dengan baik? Untuk anak-anak di usia TK atau SD, perhatikan apakah mereka suka melamun, mengalami kesulitan atau menghindari mempelajari huruf-huruf dalam abjad atau belajar membaca, tidak tahan fokus cukup lama untuk mengikuti instruksi Anda, kesulitan menghitung di luar kepala, atau kesulitan berinteraksi dengan efektif (misalnya tidak menunggu giliran berbicara, tidak bisa mempertahankan teman, dan sebagainya)? Itu adalah tanda-tanda bahwa working memory mereka belum berfungsi dengan baik sehingga sulit bagi mereka untuk memenuhi tuntutan lingkungan. Apabila tidak dilatih dengan baik, saat dewasa anak-anak ini akan semakin mengalami kesulitan seperti mudah lupa, sering menunda-nunda pekerjaan, kesulitan mengikuti diskusi, tidak memahami peraturan sehingga sering melanggarnya, mudah marah, tidak bisa menyusun rencana dan membuat prioritas, dan sebagainya. So parents, kalau melihat satu atau lebih indikasi yang disebutkan di atas, sebaiknya segeralah menghubungi psikolog atau badan yang ahli menangani masalah-masalah tersebut pada anak untuk diperiksa dan di tindak lanjuti.
Bagaimana Supaya Working memory Anak dapat Bekerja dengan Baik?
Sebelum menjawab pertanyaan ini, kita perlu menjawab satu pertanyaan lain terlebih dahulu : Bisakah fungsi working memory anak ditingkatkan? Mengingat working memory yang baik bisa membantu anak dalam mengerjakan tes inteligensi dengan baik, berarti apabila working memory bisa ditingkatkan, maka skor IQ pun bisa ditingkatkan bukan? Jawaban untuk kedua pertanyaan tersebut adalah : YA! Ada kegiatan dan pelatihan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan fungsi working memory, mulai dari kapasitas hingga efektivitas penggunaannya.
Berikut hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi working memory :
1. Latihan fisik alias olah raga. Kegiatan seperti jogging, berenang, bersepeda, aerobik, dan yoga dapat meningkatkan sirkulasi oksigen dan melancarkan aliran darah sehingga banyak nutrisi yang masuk ke otak. Selain itu, olah raga yang efektif juga mendorong produksi hormon endorphin yang dapat mengurangi stress.
2. Perbanyak aktivitas yang menuntut kerja otak, seperti membaca, bermain puzzle, scrabble, atau catur. Kegiatan yang tidak menuntut otak untuk bekerja aktif seperti menonton televisi terlalu banyak membuat otak tidak terstimulasi, sehingga perlu dibatasi.
3. Ikuti program khusus yang melatih fungsi otak anak agar optimal. Saat ini cukup banyak organisasi pendidikan yang melayani dan menyediakan program untuk optimalisasi fungsi otak anak, antara lain di BrainFit Studio.
So, parents, jangan panik apabila putra-putri Anda menunjukkan bahwa mereka sebenarnya pintar tetapi tidak tampak dalam prestasi nyata mereka di sekolah. Jangan langsung merasa putus asa juga apabila Anda melihat hasil tes IQ mereka kurang memuaskan. Cari indikasinya, periksakan pada pihak ahli untuk mendapatkan diagnosis dan saran, lalu tingkatkan fungsi working memory putra-putri kita tercinta untuk menunjang masa depan mereka baik di dunia akademik maupun kehidupan sehari-hari.
Sumber : blog.brainfit.co.id
Berbagi
Komentar