Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Anak
Perilaku anak-anak dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya kondisi lingkungan, biologis, dan genetik. Dalam banyak kasus sulit sekali mengetahui faktor penentu perilaku anak tanpa melakukan terapi atau tes psikologi sebelumnya.
Lalu apa saja faktor yang bisa memengaruhi perkembangan perilaku anak? Simak penjelasan di bawah ini.
Biologi Faktor biologis memainkan peran yang kuat dalam membentuk perilaku anak. “Sebagai contoh, genetika dapat membentuk temperamen dan psikofisiologi anak,” kata Barbara Kaiser dalam bukunya “Challenging Behavior in Elementary and Middle School.” Selanjutnya, beberapa ciri kepribadian, seperti keterbukaan adalah sifat diwariskan. Selain itu, genetika dapat memainkan peran penting dalam perkembangan kondisi kesehatan mental seperti depresi, gangguan bipolar dan kecemasan, yang semuanya mempengaruhi cara anak berperilaku. Selanjutnya, paparan alkohol pada saat masih di kandungan dan cacat lahir juga dapat mempengaruhi interaksi antar anak.
Pengasuhan Gaya pengasuhan juga memiliki efek kuat pada perilaku anak. Misalnya, orang tua yang menaruh harapan terlalu tinggi pada anak-anak mereka mungkin akan membesarkan anak-anak yang memiliki perilaku cemas atau pemberontak karena mereka tidak bisa mengikuti keinginan orangtua. Demikian juga, orangtua yang menetapkan harapan yang terlalu rendah pada anak-anak akan memiliki anak yang tidak berprestasi karena anak tidak mampu menunjukkan potensi terbaiknya. Sedangkan orangtua yang mengasuh anaknya secara kasar bisa menumbuhkan sifat antisosial pada anak-anak mereka, seperti sifat agresif dan tertutup. Orangtua yang memberikan batas-batas realistis serta menegakkan aturan dalam rumah juga dapat menumbuhkan perilaku positif pada anak-anak mereka.
Lingkungan Anak-anak yang tinggal di lingkungan yang tidak aman, seperti lingkungan dengan tingkat kejahatan dan kekerasan yang tinggi serta tingginya aktivitas obat terlarang dapat menunjukkan perilaku cemas, khawatir atau perilaku antisosial. Demikian juga, anak-anak tumbuh dalam kemiskinan dan kurangnya sumber pendidikan akan membuat anak memiliki rasa percaya diri, mudah putus asa atau depresi. Selainnya itu kurangnya sumber daya keluarga diantara kurangnya makanan bergizi, dan kondisi hidup yang tidak sehat dapat menyebabkan anak-anak mengembangkan sikap depresi atau perilaku melawan.
Hidup tertekan Perceraian orangtua, hidup yang selalu pindah-pindah, penggencetan, dan interaksi negatif dengan rekan-rekan sebaya, semuanya dapat memengaruhi perilaku anak. Jika anak-anak terus menerus mengalami hidup tertekan mereka akan mengembangkan perilaku depresi, sering menangis, minder. Namun efek stres akibat hidup tertekan ini akan hilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Dalam beberapa kasus, anak-anak mungkin perlu berkonsultasi dengan profesional untuk mengatasi perilakunya.
Lalu apa saja faktor yang bisa memengaruhi perkembangan perilaku anak? Simak penjelasan di bawah ini.
Biologi Faktor biologis memainkan peran yang kuat dalam membentuk perilaku anak. “Sebagai contoh, genetika dapat membentuk temperamen dan psikofisiologi anak,” kata Barbara Kaiser dalam bukunya “Challenging Behavior in Elementary and Middle School.” Selanjutnya, beberapa ciri kepribadian, seperti keterbukaan adalah sifat diwariskan. Selain itu, genetika dapat memainkan peran penting dalam perkembangan kondisi kesehatan mental seperti depresi, gangguan bipolar dan kecemasan, yang semuanya mempengaruhi cara anak berperilaku. Selanjutnya, paparan alkohol pada saat masih di kandungan dan cacat lahir juga dapat mempengaruhi interaksi antar anak.
Pengasuhan Gaya pengasuhan juga memiliki efek kuat pada perilaku anak. Misalnya, orang tua yang menaruh harapan terlalu tinggi pada anak-anak mereka mungkin akan membesarkan anak-anak yang memiliki perilaku cemas atau pemberontak karena mereka tidak bisa mengikuti keinginan orangtua. Demikian juga, orangtua yang menetapkan harapan yang terlalu rendah pada anak-anak akan memiliki anak yang tidak berprestasi karena anak tidak mampu menunjukkan potensi terbaiknya. Sedangkan orangtua yang mengasuh anaknya secara kasar bisa menumbuhkan sifat antisosial pada anak-anak mereka, seperti sifat agresif dan tertutup. Orangtua yang memberikan batas-batas realistis serta menegakkan aturan dalam rumah juga dapat menumbuhkan perilaku positif pada anak-anak mereka.
Lingkungan Anak-anak yang tinggal di lingkungan yang tidak aman, seperti lingkungan dengan tingkat kejahatan dan kekerasan yang tinggi serta tingginya aktivitas obat terlarang dapat menunjukkan perilaku cemas, khawatir atau perilaku antisosial. Demikian juga, anak-anak tumbuh dalam kemiskinan dan kurangnya sumber pendidikan akan membuat anak memiliki rasa percaya diri, mudah putus asa atau depresi. Selainnya itu kurangnya sumber daya keluarga diantara kurangnya makanan bergizi, dan kondisi hidup yang tidak sehat dapat menyebabkan anak-anak mengembangkan sikap depresi atau perilaku melawan.
Hidup tertekan Perceraian orangtua, hidup yang selalu pindah-pindah, penggencetan, dan interaksi negatif dengan rekan-rekan sebaya, semuanya dapat memengaruhi perilaku anak. Jika anak-anak terus menerus mengalami hidup tertekan mereka akan mengembangkan perilaku depresi, sering menangis, minder. Namun efek stres akibat hidup tertekan ini akan hilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Dalam beberapa kasus, anak-anak mungkin perlu berkonsultasi dengan profesional untuk mengatasi perilakunya.
Sumber : http://parentsindonesia.com/
Berbagi
Komentar