Menghindari Serangan Alergi Makanan
Jika anak Anda menderita alergi makanan tertentu, Anda harus melakukan apa saja untuk menghindarkan dia dari makanan tersebut. Namun, risiko memakan secara tidak sengaja tetap ada. Karena itu, penting untuk menyiapkan obat guna menangkal reaksi alergi. Antihistamin yang dijual bebas bisa mengobati gejala ringan (mata dan hidung berair, ruam). Dokter mungkin memberi Anda resep EpiPen, perangkat berisi epineferin yang mudah disuntikkan untuk mengobati gejala yang lebih berat.
Di AS, kebijakan pelabelan makanan yang sudah diterapkan sejak 2006 sangat membantu. Produsen makanan kemasan harus menyebutkan dengan bahasa yang gamblang jika produk mereka mengandung setidaknya satu dari delapan alergen yang paling umum (kecuali wijen). Sebelumnya, hanya orang tua yang memiliki gelar di bidang gizi yang bisa menerjemahkan istilah yang dipakai dalam daftar komposisi makanan kemasan, misalnya susu sering disebut “casein” atau “whey” dan telur ditulis dengan “albumen” atau “globulin”. Sekarang produsen harus menyebutkan kata “milk” dan “egg”. Kebijakan tersebut tentu memudahkan keluarga di AS untuk berbelanja produk makanan yang aman.
Bagaimanapun, label baru juga semakin membuat frustrasi. Sebagai tanda peringatan bahaya, semakin banyak produsen yang mencantumkan kata “advisory labeling” pada produk yang bisa diartikan produk tersebut mungkin mengandung alergen, diproses menggunakan perangkat yang sama dengan alergen, atau diproses menggunakan fasilitas yang sama dengan alergen. Bahasa yang tidak gamblang ini membuat orang tua sulit menentukan produk yang perlu dihindari. Dan studi dari lembaga nirlaba Food Allergy and Anaphylaxis Network (FAAN) menemukan bahwa jumlah orang tua yang mengabaikan peringatan semakin bertambah. Karena produk-produk itu bisa menimbulkan bahaya, dokter menyarankan agar Anda sebaiknya menghindar.
Di AS, kebijakan pelabelan makanan yang sudah diterapkan sejak 2006 sangat membantu. Produsen makanan kemasan harus menyebutkan dengan bahasa yang gamblang jika produk mereka mengandung setidaknya satu dari delapan alergen yang paling umum (kecuali wijen). Sebelumnya, hanya orang tua yang memiliki gelar di bidang gizi yang bisa menerjemahkan istilah yang dipakai dalam daftar komposisi makanan kemasan, misalnya susu sering disebut “casein” atau “whey” dan telur ditulis dengan “albumen” atau “globulin”. Sekarang produsen harus menyebutkan kata “milk” dan “egg”. Kebijakan tersebut tentu memudahkan keluarga di AS untuk berbelanja produk makanan yang aman.
Bagaimanapun, label baru juga semakin membuat frustrasi. Sebagai tanda peringatan bahaya, semakin banyak produsen yang mencantumkan kata “advisory labeling” pada produk yang bisa diartikan produk tersebut mungkin mengandung alergen, diproses menggunakan perangkat yang sama dengan alergen, atau diproses menggunakan fasilitas yang sama dengan alergen. Bahasa yang tidak gamblang ini membuat orang tua sulit menentukan produk yang perlu dihindari. Dan studi dari lembaga nirlaba Food Allergy and Anaphylaxis Network (FAAN) menemukan bahwa jumlah orang tua yang mengabaikan peringatan semakin bertambah. Karena produk-produk itu bisa menimbulkan bahaya, dokter menyarankan agar Anda sebaiknya menghindar.
Sumber : http://parentsindonesia.com/
Berbagi
Komentar