Anak Suka Mengancam? Ini Penyebabnya!
Apa itu mengancam? Menurut Nessi Purnomo, Psi., MSi., psikolog dari Personal Growth, “Mengancam merupakan mekanisme seseorang untuk memenuhi tujuannya dengan cara yang tidak terlalu sulit. Memang, effort yang harus dikeluarkan anak tidak terlalu besar. Tinggal mengancam, dan bereslah segala sesuatunya.” Lalu, mengapa anak ‘suka’ mengancam? Benarkah ini suatu bakat? Apa solusinya?
Sebenarnya, mengancam adalah sebuah perilaku yang dipelajari oleh anak. Dari mana ia bisa mendapatkannya? Yang pasti, ia belajar dari orang lain, terutama orang terdekatnya. Misalnya, orang tua, nenek, kakek, atau pengasuhnya. Setelah itu, ia mencoba mempraktikkan perilaku tersebut alias meniru untuk mengetahui apakah usahanya ini bisa berhasil atau tidak. Kalau berhasil, dia akan mengulangi terus, terus, dan terus.
“Jadi, ada proses modeling juga. Kalau ia melihat papa atau mama atau kedua-duanya suka mengancam, mau tidak mau ia menganggap hal ini wajar dan sah-sah saja melakukannya,” kata Nessi.
Ironisnya, sering kali orang tua mengancam anak dengan sesuatu yang tidak ada hubungannya. Misalnya, “Kalau kamu nggak makan, entar dipanggilin satpam!” Sayangnya, tak jarang ancamannya membingungkan. Misalnya, makan dan satpam. Apa kaitannya? Harusnya, anak diberitahu kalau tidak makan, ya, bakal kelaparan. Itu saja. Sebaiknya, orang tua juga berhati-hati dalam memilih kata-kata ancaman.
Selain itu, mengancam bisa juga dilakukan si kecil karena merasa sudah bicara baik-baik, namun tidak membuahkan hasil. Untuk gampangnya, lebih baik ia mengancam saja. Toh, cara ini lebih efektif. Mengancam ala ini yang sangat berbahaya.
Sebenarnya, mengancam adalah sebuah perilaku yang dipelajari oleh anak. Dari mana ia bisa mendapatkannya? Yang pasti, ia belajar dari orang lain, terutama orang terdekatnya. Misalnya, orang tua, nenek, kakek, atau pengasuhnya. Setelah itu, ia mencoba mempraktikkan perilaku tersebut alias meniru untuk mengetahui apakah usahanya ini bisa berhasil atau tidak. Kalau berhasil, dia akan mengulangi terus, terus, dan terus.
“Jadi, ada proses modeling juga. Kalau ia melihat papa atau mama atau kedua-duanya suka mengancam, mau tidak mau ia menganggap hal ini wajar dan sah-sah saja melakukannya,” kata Nessi.
Ironisnya, sering kali orang tua mengancam anak dengan sesuatu yang tidak ada hubungannya. Misalnya, “Kalau kamu nggak makan, entar dipanggilin satpam!” Sayangnya, tak jarang ancamannya membingungkan. Misalnya, makan dan satpam. Apa kaitannya? Harusnya, anak diberitahu kalau tidak makan, ya, bakal kelaparan. Itu saja. Sebaiknya, orang tua juga berhati-hati dalam memilih kata-kata ancaman.
Selain itu, mengancam bisa juga dilakukan si kecil karena merasa sudah bicara baik-baik, namun tidak membuahkan hasil. Untuk gampangnya, lebih baik ia mengancam saja. Toh, cara ini lebih efektif. Mengancam ala ini yang sangat berbahaya.
Sumber : http://www.parenting.co.id/
Berbagi
Komentar