Dua Hal yang Membuat Anak Depresi
Dari perspektif orang dewasa, kehidupan anak-anak mungkin terlihat
bahagia. Namun kenyataannya, anak-anak saat ini hidup dengan banyak
masalah yang bisa memicu ketakutan dan depresi. Semuanya tergantung pada
kehidupan mereka. Berikut adalah dua kekhawatiran yang mungkin dihadapi
anak zaman sekarang dan cara mengatasinya
Intimidasi
Intimidasi pada anak timbul ketika dia mulai masuk sekolah dasar
atau di usia sekitar 6 tahun. Di usia ini anak-anak mulai memiliki
kekuasaan secara sosial. "Bagi anak-anak, sekolah merupakan tempat
interaksi sosial pertama mereka. Ini pertama kalinya mereka harus
memecahkan masalah sosial, dan itu bisa membuat mereka depresi," kata
Robert Sege, MD, Ph.D., direktur advokasi anak di Boston Medical Center.
"Guru bisa saja bilang 'semua orang adalah teman.' Tapi anak-anak tahu
secara naluri bahwa itu tidak selalu benar. "Anak yang merasa
terintimidasi mungkin akan bilang bahwa mereka disiksa. Tetapi ada juga
yang pulang ke rumah lalu mereka merasa sedih, menangis, dan marah.
Sebagai orangtua, pastikan anak Anda terbuka dan mau bicara kepada
guru atau kepala sekolah. Jelaskan tentang yang dialaminya dan seberapa
sering itu terjadi. Diskusikan langkah-langkah yang diperlukan dengan
pihak sekolah untuk menjaga anak Anda aman. Di rumah, berikan
kepercayaan kepada anak. “Bilang pada anak Anda bahwa Anda percaya dia
dapat menangani masalah," kata Dr Sege.
Perceraian orangtua
Untuk beberapa pasangan, sebuah konflik bisa berujung pada
perceraian. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC),
sekitar sepertiga dari pernikahan pertama pria akan berakhir dengan
perceraian sebelum anaknya berusia 10 tahun. Bagi anak-anak, berapapun
usianya, perceraian merupakan masalah yang sangat besar. "Efek dari
perceraian bagi anak-anak di bawah usia 6 tahun tidak bisa diketahui.
Anak bisa merasa stres, sedih, dan bingung," kata Mona Gupta psikiater
di Raleigh, North Carolina. "Anak-anak tidak bisa berpikir jauh. ‘Mereka
akan berpikir apa yang akan terjadi pada saya jika ibu dan ayah tidak
tinggal bersama lagi?"
Untuk mengurangi kecemasan anak, yakinkan dia bahwa semua akan
baik-baik saja. Tetap tinggal di lingkungan dimana dia biasa tinggal dan
jaga rutinitasnya. Minta mantan pasangan Anda untuk bersikap
seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Mungkin di awal akan terasa sulit.
Tapiseiring perkembangan anak, merka akan mengerti.
Sumber : http://parentsindonesia.com/
Berbagi
Komentar