APA KATA MEREKA TENTANG KAMI

Testimoni
Pak Rahmat
Alumni

Kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada guru dan seluruh staff Bina Amal 03 yang sudah mendidik anak kami, baik saat di playgroup sampai di TK sekarang ini. Saya merasa bahwa kesabaran dan ketelatenan ibu-ibu guru di Bina Amal 03 bisa membimbing dan mendidik anak saya menjadi anak yang sholih, berbakti pada orang tua. Dan karena kesabaran, ketelatenan, serta pendekatan yang terus-menerus membuat anak kami yang awalnya dulu tidak mau bersekolah bahkan takut ke sekolah, sekarang sudah merasa enjoy dan happy bersekolah, bahkan jika diminta libur sekolah tidak mau. Hal yang tidak kalah penting di TKIT Bina Amal 03 mengutamakan pendidikan karakter ke anak, hal ini sangat bagus karena pendidikan karakter memang harus diterapkan sejak usia dini.

Testimoni
Pak Joko
Alumni

Kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada guru dan seluruh staff Bina Amal 03 yang sudah mendidik anak kami, baik saat di playgroup sampai di TK sekarang ini. Saya merasa bahwa kesabaran dan ketelatenan ibu-ibu guru di Bina Amal 03 bisa membimbing dan mendidik anak saya menjadi anak yang sholih, berbakti pada orang tua. Dan karena kesabaran, ketelatenan, serta pendekatan yang terus-menerus membuat anak kami yang awalnya dulu tidak mau bersekolah bahkan takut ke sekolah, sekarang sudah merasa enjoy dan happy bersekolah, bahkan jika diminta libur sekolah tidak mau. Hal yang tidak kalah penting di TKIT Bina Amal 03 mengutamakan pendidikan karakter ke anak, hal ini sangat bagus karena pendidikan karakter memang harus diterapkan sejak usia dini.

Testimoni
Pak Bambang
Alumni

Kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada guru dan seluruh staff Bina Amal 03 yang sudah mendidik anak kami, baik saat di playgroup sampai di TK sekarang ini. Saya merasa bahwa kesabaran dan ketelatenan ibu-ibu guru di Bina Amal 03 bisa membimbing dan mendidik anak saya menjadi anak yang sholih, berbakti pada orang tua. Dan karena kesabaran, ketelatenan, serta pendekatan yang terus-menerus membuat anak kami yang awalnya dulu tidak mau bersekolah bahkan takut ke sekolah, sekarang sudah merasa enjoy dan happy bersekolah, bahkan jika diminta libur sekolah tidak mau. Hal yang tidak kalah penting di TKIT Bina Amal 03 mengutamakan pendidikan karakter ke anak, hal ini sangat bagus karena pendidikan karakter memang harus diterapkan sejak usia dini.

Featured Posts

Featured Posts

Arsip

Error 404

Sorry! The content you were looking for does not exist or changed its url.

Please check if the url is written correctly or try using our search form.
Ekstrakurikuler

Sarana pengembangan bakat minat yang mewadahi kegiatan anak. Ada banyak pilihan Ekstra kurikuler, diantaranya : Akademik : Matematika, IPS, Fisika, Biologi, Desain Grafis, English Club, Arabic Club Kewiraan : Pramuka, PMR, Paskibra Seni : Teater, Nasyid, Cerpen, Kaligrafi, Qiroah, Rebana, Sinematografi Olah Raga : Basket, Futsal, Voli, Badminton, Beladiri, Panahan

Selengkapnya
Puncak Tema

PUNCAK TEMA Puncak Tema adalah kegiatan untuk memberikan kebermaknaan pembahasan tema, maka pada setiap akhir tema perlu dikokohkan dengan puncak tema.. Kegiatan puncak tema bersifat menggembirakan, penguatan sikap, pengetahuan, keterampilan yang melibatkan berbagai pihak terutama orang tua/keluarga. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan cara : Berdiskusi dengan anak tentang pengalaman yang berkaitan dengan tema yang sudah digunakan. Mengajak anak untuk menceritakan kembali hasil karya selama penggunaan tema kepada teman, orang tua dan atau keluarga. Kunjungan lapangan dalam rangka penguatan kompetensi yang sudah dimiliki anak. Mengundang orang tua untuk kegiatan bersama yang berkaitan dengan tema. Membuat setting lingkungan sesuai dengan tema TRANSISI ANTAR TEMA Setelah mengakhiri tema guru harus dapat mengkaitkan tema sebelum dan tema yang akan digunakan selanjutnya untuk membangun minat dan ketertarikan anak dalam memasuki kegiatan main di tema berikutnya. Proses ini disebut transisi antar tema. Transisi antar tema yang dilakukan dengan berbagai cara antara lain: Diskusi tentang pengalaman anak terkait tema lama Berkunjung ke suatu tempat yang terkait dengan tema baru Membacakan cerita yang terkait dengan tema baru Berdiskusi sesuai dengan pengalaman anak yang terkait dengan tema baru Mengundang narasumber yang memiliki keahlian/pengetahuan terkait dengan tema baru

Selengkapnya
Takhasus Al Quran

Adalah program menghapal Al Quran 30 Juz. Program ini diawali dengan tahsin, yaitu mengeluarkan setiap huruf-huruf al Quran dari tempat keluarnya dengan memberikan hak dan mustahaknya.” Atau dengan kata lain menyempurnakan semua hal yang berkaitan dengan kesempurnaan pengucapan huruf-huruf al Quran dari aspek sifat-sifatnya yang senantiasa melekat padanya dan menyempurnakan pengucapan hukum hubungan antara satu huruf dengan yang lainnya seperti idzhar, idgham, ikhfa dan sebagainya. Dengan kata lain adalah memperbaiki bacaan santri agar sesuai dengan kaidah yang berlaku. Adapun metode menghafal yang di terapkan menganut prinsip “Penambahan” (Ziadah) dan “Pengulangan” (Murojaah). Cara menghafalkan santri dalam satu hari harus mengajukan tambahan hafalan pada pagi dan malam hari serta mengulang kembali hafalan pada sore hari. Santri dibagi menjadi kelompok-kelompok/halaqoh hafalan yang dipimpin oleh satu ustadz pembimbing. Setiap ustadz pembimbing bertanggungjawab mengawasi dan mengoreksi kualitas bacaan santri

Selengkapnya
Pendidikan Karakter

Penanaman nilai-nilai karakter merupakan hal penting yang harus ditanamkan pada siswa dari jenjang sekolah rendah hingga perguruan tinggi. Religius adalah salah satu unsur utama dalam pendidikan karakter. Bina Amal adalah salah satu sekolah yang telah lama mengimplementasikan nilai-nilai agama Islam pada diri siswa. Model penanaman Pendidikan karakter pada siswa di Sekolah Islam Terpadu Bina Amal Semarang meliputi dua ruang, yakni ruang dalam sekolah dan ruang luar sekolah. Di dalam sekolah, model yang diterapkan meliput i; (1) Pembiasaan adab harian di sekolah, (2) pembiasaan berpakaian Islam syar’I baik siswa maupun guru, (3) pembiasaan pelafalan kalam Islami sebelum pelajaran, (4) Pembiasaan pergaulan Islami, (5) Menempatkan pelajaran Quran sebelum matapelajaran umum, (6) program salat berjamaah, (7) program makan siang bersama, dan (8) peka ananda.

Selengkapnya
Logo
Slide 2
Slide 1

Slider

4-latest-1110px-slider

Comments

4-comments

[Yayasan][horizontal][animated][7]

Recent Post [simple][recent][10]

Bina Amal Semarang


Yayasan Bina Amal

Populer

Agar Anak Rajin Shalat

Solat Jamaah saat acara malam bina iman taqwa di Bina Amal Diriwayatkan, Umar bin Khattab setiap kali membangunkan anaknya untuk shalat beliau membaca ayat dalam surah Thaha yang artinya, “Dan, perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan, akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. (QS Thaha : 132). Rupanya, ayat ini yang mendasari motivasi Amirul Mukminin Umar bin Khattab sehingga tak pernah merasa lelah dalam menegakkan shalat dalam rumah tangganya. Setidaknya, ada empat pelajaran berharga yang dipetik dari ayat di atas. Pertama. Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah ( berislam). Maknanya setiap anak pada hakikatnya berpotensi senang shalat dan merasa membutuhkan shalat. Orang tuanyalah yang dengan atau tanpa sadar telah memalingkan fitrah anaknya selama ini. Penghasilan dan makanan yang haram atau bercampur yang haram, to...

Siswa PAUD IT Bina Amal Bermain ke Toko Bunga dan Tanaman

Siswa siswi KBIT - TKIT Bina Amal melakukan kunjungan ke toko bunga dan tanaman dalam rangka puncak tema bunga, Kamis, 4 Oktober 2018.   Di sana, mereka melihat dan mengenal bunga - bunga yang ada. Seru sekali kegiatan puncak tema bunga kali ini...   Siswa siswi dapat melihat secara langsung bunga - bunga yang cantik dan warna warni.

Agar Anak Selalu Optimis

Anak yang optimis adalah anak yang percaya diri. Dia akan selalu percaya bahwa yang dia lakukan adalah baik. Dia tidak takut untuk mencoba. Bila melakukan kesalahan, dia tidak akan larut dalam perasaan bersalah. Bila mengalami kegagalan, dia tidak akan ngembek, dan akan terus mencoba  untuk mencapai keberhasilan.  Menjadi pribadi yang optimis tentu tidaklah mudah. Membutuhkan peran serta aktif dari orang tua. Bagaimana caranya? 1.Pujian dan Penghargaan Bila anak melakukan hal yang baik, jangan jual mahal kata-kata pujian. Meskipun yang telah dilakukan anak adalah hal  sepele menurut kita, namun bagi anak-anak itu bisa jadi sesuatu yang luar biasa. Misalnya, pada saat anak selesai bermain. Lalu anak kita mengembalikan mainan yang selesai dia mainkan ke dalam kotak mainan. Pujilah buah hati kita. Buatlah dia merasa bila apa yang dia lakukan sangatlah baik dan harus terus dilakukan. Tidak perlu kata-kata yang panjang. Cukup dengan tersenyum lalu katakana,”Wah…keren…...

Lima Hal Positif Yang Perlu Ditanamkan Dalam Diri Kid Jaman Now

Kids Zaman Now begitu viral di dunia nyata maupun di dunia maya. Istilah yang begitu mudah di dengar dan ditirukan banyak orang. Apa sih sebenarnya arti Zaman Now itu sendiri? Jaman dalam istilah umum berarti masa / waktu dan Now dari bahasa inggris yang artinya sekarang atau kekinian. Pertanyaannya adalah mengapa tidak memakai istilah anak jaman sekarang saja atau anak kekinian? Saya fikir ini ini bukan masalah istilah biar keren dengan menggunakan bahasa inggris akan tetapi pemakaian istilah ini merujuk kepada Kids Zaman Now sangat lekat dengan dunia digital dan media sosial. Hal inilah yang membedakan masa muda kita dengan anak-anak yang lahir tahun 2000an.  Perkembangan teknologi dan tidak diimbangi dengan kesiapan mental para user akan menimbulkan efek samping yang membahayan. Berikut akan saya sampaikan beberapa fakta sederhana tetapi kalau dibiarkan akan menjadi Petaka Sosial. Pada masa 90an sampai masuk tahun 2000 generasi waktu itu belum terlalu disibukkan dengan “G...

Cara Mendidik Anak Aktif Menjadi Kreatif

Anak yang aktif kadang menggemaskan. Ada saja polah tingkah mereka yang bisa membuat kita tersenyum. Namun bila terlalu dibiarkan akan semakin menjadi. Dan bila kita memberlakukan pola asuh yang salah, bisa jadi anak aktif tersebut mengarah pada anak “bandel” . Lagu bagaimana untuk mengatasi atau mendidik anak aktif ini? Salah satunya adalah mengubah mereka menjadi anak yang kreatif . Bagaimana caranya? Ikuti tips-tips di bawah ini: 1. Jangan membatasi anak dengan banyak larangan Anak yang aktif adalah anak yang suka bergerak. Itu sudah menjadi sifat dari sang anak. Bila kita terlalu banyak memberikan ini dan itu, tentu dia akan merasa ada semacam kerangkeng yang membelenggu tubuhnya. Mungkin ada saatnya dia akan menuruti aturan tersebut. Namun bila ada hal-hal yang membuatnya kecewa, dia bisa berubah menjadi anak yang tidak mau tahu aturan, dan seakan-akan dia akan tumbuh menjadi anak yang pemberontak. Anak yang aktif biasanya butuh….. 2. Pengarahan ya...

Panduan Mudah Belajar

J am sudah menunjukkan lewat waktu tidur dan si kecil yang berusia 6 tahun menangis karena belum bisa mengingat kata-kata ejaannya. Beberapa jam sebelumnya, Anda memintanya untuk menyelesaikan pekerjaan rumah. Kini, Anda menyuruhnya menutup buku dan tidur. Dia terlalu lelah, sangat tidak siap, dan cemas. Jangan putus asa. Si kecil baru saja memulai hubungan jangka panjang dengan belajar, dan Anda juga terlibat di dalamnya. Jika melihatnya sebagai suatu proses pengenalan pada kebiasaan positif, Anda akan segera menemukan jalan untuk sesi mengerjakan tugas yang produktif, tenang, dan menyenangkan. Ajarkan Konsistensi Hindari pengacau jadwal belajar, misalnya bermain sepulang sekolah. Anak harus mencoba mengerjakan tugasnya di waktu yang sama setiap hari. “Tanpa rutinitas,  tugas akan sangat mudah untuk ditunda,” ujar Jeanne Shay Schumm, PhD, penulis How to Help Your Chilc With Homework . Untuk mencari waktu yang optimal, pertimbangkan juga jadwal keluarga dan temp...

Pesona Edu Hadir untuk Bina Amal

Rabu 23 Oktober 2019, pukul 08.00 siswa SD IT Bina Amal 02 berkunjung ke SMP IT Bina Amal. Mereka dikenalkan dengan pembelajaran digital melalui Pesona Edu. Pesona Edu merupakan software edukasi dengan beberapa produk unggulan kami meliputi konten pengayaan interaktif, buku digital interaktif dan software latihan soal digital. Pesona Edu termasuk software yang mengisi ruang layar menu tablet di Samsung Smart Learning Center (SSLC). Secara bergiliran siswa SD IT Bina Amal 02 bergantian menuju ke SSLC SMP IT Bina Amal. Untuk yang mendapat giliran pertama masuk ke ruang SSLC adalah siswa putri. Sementara siswa putri belajar di SSLC, siswa putra berkeliling melihat komplek kampus SMIT Bina Amal dan menyaksikan video Profil SMP IT Bina Amal. Kegiatan pembelajaran digital dibimbing oleh Ibu Ani Wahyuni S.Pd. selaku guru Ilmu Pengetahuan Alam SMP IT Bina Amal. Siswa sangat senang dalam melaksanakan pembelajaran digital karena seolah mereka sedang bermain dengan ponsel layar sentuh. ...

Kandungan Bahan Makanan dalam Permen Kenyal

Anak senang makan permen kenyal/chewy, karena rasanya yang manis dan tekstur yang kenyal. Tapi, apa saja komposisi bahan makan dalam camilan ini?   Tak ada salahnya Mama kenali bahan dan nutrisi yang terkandung dalam permen favorit anak ini. * Bahan Penstabil (Gelatin Sapi) Sama seperti pada produk biskuit, bahan penstabil (stabilizer) adalah BTP yang berfungsi untuk menstabilkan sistem dispersi agar campuran ingredient menjadi homogen. Untuk produk permen kenyal yang biasa digunakan memang jenis gelatin. Fungsi lain gelatin adalah sebagai bahan pembentuk gel atau pembentuk tekstur. * Humektan Merupakan BTP yang digunakan untuk mempertahankan kelembaban produk pangan. Bahan yang sering digunakan sebagai humektan untuk permen adalah sorbitol dan xilitol yang juga mampu memperbaiki cita rasa kunyah untuk  permen chewy. * Pengatur Keasaman (asam sitrat, asam laktat) Fungsi sama dengan pada produk chips dan biskuit * Perisa Buah-Buahan Merupakan jenis BTP flavouring yang...

Pentingnya Membangun Komunikasi dengan Anak untuk menjadi Generasi Juara

Psikolog Nurina, S.Psi., CHA., CGA SD IT Bina Amal Semarang mengadakan Seminar Smart Parenting dengan tema " Pentingnya Membangun Komunikasi dengan Anak untuk menjadi Generasi Juara bersama psikolog Nurina, S.Psi., CHA., CGA. Seminar diadakan pada Sabtu, 24 September 2016 dengan peserta merupakan wali murid siswa, khususnya kelas 1 dan kelas 2. Secara umum, seminar berlangsung dengan lancar. Di awali dengan tilawah dari siswa kelas 1 dan kelas 2. Kemudian ada persembahan gerak dan lagu dari siswa kelas 2 serta pembacaan puisi. Penampilan Gerak dan Lagu Siswa Kelas 2 Acara kemudian dilanjutkan penyampaian materi dan diskusi. Alhamdulillah orang tua juga aktif berpatisipasi dalam tanya jawab. Diharapkan dari seminar ini, orang tua memiliki gambaran dan wawasan terkait pentingnya membangun komunikasi dengan anak. Diawali dengan mengenal gaya belajar anak. Dengan mengenal gaya belajar anak, maka di harapkan orang tua lebih mudah dalam membimbing dan menggali poten...

Batasi Garam Untuk Anak

Sekitar 43 persen garam yang diasup si kecil berasal dari 10 jenis makanan yang paling sering mereka makan, di antaranya: Pizza, roti, daging, camilan gurih, roti isi, keju, nugget, sup, dan sebagainya. Beberapa dari makanan di atas sebenarnya tidak berasa asin, tapi sebenarnya mengandung sodium cukup tinggi. Hal ini karena kebanyakan sodium sudah ada dalam makanan, bahkan sebelum makanan tersebut diproses. Seperti halnya orang dewasa, konsumsi garam yang berlebihan pada anak-anak juga bisa mendatangkan masalah pada kesehatan. Salah satunya adalah tekanan darah tinggi. "Satu dari enam anak di Amerika mengalami darah tinggi yang bisa menyebabkan hipertensi di usia dewasa," kata Ileana Arias dari pusat pengendalian dan pencegahan penyakit AS (CDC). Lebih lanjut dikatakan Ileana, menurut hasil sebuah survei yang dilakukan di Amerika Serikat, rata-rata anak berusia 6-18 tahun di sana mengasup 3.300 miligram sodium perhari, belum termasuk garam yang ditambahkan di meja. Jumla...

TENTANG BINA AMAL

Yayasan Wakaf Bina Amal adalah Lembaga dakwah yang menjadi bagian integral dari dakwah ummat, untuk dapat memberikan kontribusi positif kepada bangsa dan negara, terutama dalam melahirkan SDM berkualitas yaitu generasi mandiri yang memiliki karakter robbaniyah. Fokus utama Yayasan Wakaf Bina Amal adalah Bidang Pendidikan.

Alhamdulillah, berkat rahmat Allah SWT, Yayasan Wakaf Bina Amal yang didirikan sejak tahun 2001, beralamat di Jalan Kyai Saleh no.8 Mugasari Semarang Selatan, memiliki banyak unit Pendidikan yaitu kampus 1 ( PAUDIT dan SDIT Bina Amal), kampus 2 (SMPIT dan SMAIT Bina Amal yang menggunakan sistem pembelajaran Boarding scholl/asrama dalam Pondok Pesantren Tahfidz Bina Amal) ) , kampus 3 (TKIT dan SDIT Bina Amal 02) dan kampus 4 (PAUDIT Bina Amal 03).

Bina Amal menjawab kebutuhan masyarakat yang mencari Pendidikan terbaik buat putra putrinya yang berkesinambungan dari jenjang PAUD hingga SMA. Dengan tenaga pengajar yang sebagian besar terdiri dari generasi muda yang memiliki semangat untuk terus belajar terlebih menghadapi tantangan revolusi industri 4.0 dan society 5.0, maka Bina Amal siap menjadi bagian dalam pelopor perubahan dan pembangun peradaban bangsa Indonesia.

TENTANG BINA AMAL

Bina Amal Semarang


Yayasan Bina Amal

PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU

LEMBAGA PENDIDIK ISLAM TERPADU BINA AMAL TAHUN AJARAN 2023/2024

Trending now

Trik jitu agar anak patuh


Ada cara tepat agar piranti rumah tangga, ketenangan, dan energi Anda tidak habis terkuras.

Baru-baru ini, kami merenovasi rumah, dan kelihatannya kedua putri kami punya cara baru menguji otoritas mereka. Hanya beberapa menit setelah kami pindah ke rumah lagi seusai renovasi, Lucy, 4 tahun, sudah main perosotan di pegangan tangga bergaya awal tahun 1900-an, sementara Olivia, 9 tahun, langsung menuju ruang tamu yang masih kinclong sambil membawa sekantong cracker dan remah-remahnya pun langsung berjatuhan selagi ia berjalan.

Melihat ulah mereka, saya langsung terpana, wah, harus ada beberapa aturan baru, nih. Tapi, larangan seperti apa yang bisa diterima oleh semuanya?

Haruskah main perosotan di pegangan tangga dilarang? Atau, ada gunanya nggak ya, melarang sesuatu yang sangat menggoda untuk dilakukan?

Bagaimana dengan larangan makan di ruang keluarga? Konyolkah kalau menganggap aktivitas menonton TV tidak boleh digabung dengan ngemil?

Dan apakah saya dan suami, harus mematuhi aturan yang sama seperti yang kami terapkan pada anak-anak?
Mengingat proses pembentukan peradaban memang tidak selalu berjalan mulus, berikut ini beberapa cara—bila memang Anda perlukan—untuk menerapkan peraturan di rumah.

Menjadi diri sendiri

Tentu saja saya akan senang seandainya rumah saya seindah rumah-rumah di majalah desain dan interior. Tetapi dengan dua anak, saya tak bisa membayangkan apa yang harus saya korbankan demi mewujudkannya. Suami dan saya memang mengenal beberapa orangtua yang bisa mempertahankan rumahnya tetap bersih mengilat. Tetapi karena kami tak punya kekuatan untuk mewujudkannya, kami bahkan tidak mencoba melakukannya.

Jujurlah pada diri sendiri tentang apa yang Anda anggap paling penting. “Kadang-kadang, orang menerapkan aturan karena dulu orangtua mereka  juga menerapkannya saat mereka masih kanak-kanak, atau karena sepertinya itulah hal yang tepat untuk dilakukan. Tapi, peraturan yang dipaksakan akan sulit ditegakkan,” kata Marvin Berkowitz, Ph.D., pengarang Parenting for Good. “Fokuskan pada beberapa peraturan yang terpenting saja, yang memprioritaskan keselamatan.”

Aprilia Kirana dari Kota Wisata, Cibubur, sama sekali tak mengizinkan putrinya, Sharen, 5 tahun, main lompat-lompatan di tempat tidur. Dan itu memang beralasan. “Neneknya pernah membiarkan dia pecicilan di tempat tidur, dan akibatnya dia terlempar dari kasur dan terluka,” kata Aprilia.

Tentunya Anda tak perlu menerapkan aturan tertentu karena terlanjur ada kejadian yang kurang menyenangkan. Intinya, masing-masing orangtua bisa menerapkan disiplin yang berbeda tergantung kebutuhan. Jadi, lakukan apa yang paling sesuai untuk keluarga Anda.

Bersikaplah logis

Apakah seharusnya ada satu set aturan untuk semua anak di rumah Anda? Tidak juga. “Pertimbangkan perkembangan masing-masing anak,” saran Karen Gouze, Ph.D., psikolog anak di Children’s Memorial Hospital di Chicago, yang juga ibu tiga anak.

Sarah dari Green Garden, misalnya, membolehkan sulungnya, Carla, 8 tahun, untuk mencuci piringnya sendiri sehabis makan, tetapi hal itu terlarang bagi adiknya. Caren, 5 tahun belum diijinkan membantu, karena takut piring yang sedang dicucinya justru meluncur jatuh. Biasanya Caren hanya akan berdiri di samping Carla dan sesekali ikut menjulurkan tangan untuk bermain-main dengan air yang mengucur dari keran.

Sesuaikan hukuman dengan pelanggaran

Anak-anak di bawah 8 tahun memiliki rasa keadilan yang kaku, dan tampaknya akan bersedia menerima konsekuensi asalkan terlihat adil dan berhubungan langsung dengan pelanggarannya, kata Gouze. “Jika seorang anak tidak mau berbagi mainan ketika temannya main ke rumah, konsekuensi yang logis adalah mencoret acara main bareng sampai beberapa hari,” katanya.

Mungkin Anda dapat mencoba memasang peraturan agar semua terlihat jelas. “Jika Anda bisa menjaga untuk tidak memakai suara otoriter Anda sebagai orangtua, posisi Anda akan lebih baik, dan Anda dapat menghindari ribut-ribut soal wewenang,” ujar Gouze. “Anak-anak tidak semudah itu melanggar peraturan yang tertulis hitam di atas putih.”

Bersikaplah fleksibel

Jika Anda memutuskan untuk mengubah suatu aturan—entah membuatnya lebih tegas atau lebih longgar—sebaiknya Anda menjelaskan alasannya. (“Mama tahu Mama pernah mengizinkan kalian makan di ruang keluarga, tapi karena ada ‘kecelakaan’ jus anggur tumpah, Mama sekarang memutuskan makan di ruang keluarga itu bukan ide yang bagus.”)  “Anda bisa menunjukkan simpati atas kekecewaan anak-anak, tapi tetap tegas dengan keputusan Anda,” kata Virginia Shiller, Ph.D., pengarang Rewards for Kids! Ready-to-Use Charts & Activities for Positive Parenting.

Sebaliknya, anak-anak yang usianya lebih besar, bisa saja ‘melobi’ agar peraturan berubah. “Kami punya peraturan ‘makanan tidak boleh dibawa ke lantai atas’, tapi baru-baru ini putri saya, 9 tahun, mengajak temannya menginap, dan ia bertanya apakah boleh makan di atas kalau mereka mengalasi lantai dengan karpet plastik terlebih dulu. Saya mengizinkan, karena solusi itu langsung mengatasi masalah yang telah memunculkan peraturan tersebut," kata seorang ibu di Virginia.

Lakukan hal yang sama

Agar menjadi panutan yang baik dan Anda tidak terlihat munafik, lakukan apa yang Anda ajarkan (meski jelas orang dewasa berhak punya beberapa kelonggaran, misalnya menonton TV sampai larut, semata karena mereka sudah dewasa).

Maria dari Serpong ingat ketika ia dan suaminya tertangkap basah bicara dengan mulut penuh oleh putri mereka, Jasmine, 5. Padahal Jasmine tahu peraturan di meja makan melarang hal itu. “Sesekali kami juga melanggar, dan sudah mengaku kami salah,” ujar Marietta, seorang ibu asal Georgia. “Saya rasa akan sangat membantu bagi anak-anak untuk percaya bahwa peraturan di rumah berlaku untuk semua anggota keluarga.”
Suami dan saya pun berusaha untuk selalu hati-hati menaati peraturan-peraturan baru yang kami buat bagi kedua putri kami, khususnya setelah Lucy menangkap basah saya main perosotan di pegangan tangga. Percaya, deh, tertangkap basah itu ternyata sungguh tidak enak.

Tamu boleh tak patuh?

Anda tidak dapat mengontrol apa yang diizinkan (atau tidak diizinkan) keluarga lain di rumah mereka sendiri, tapi Anda punya hak untuk menegakkan peraturan di rumah Anda.

Ketika Anda melihat ada anak yang melanggar peraturan, katakan dengan tenang, “Di rumah ini, kami berbuat A.” Kalau ia protes, bilang bahwa orangtuanya mengizinkan ia berbuat B, “ jelaskan padanya, ‘Di rumahmu, orangtuamu yang membuat peraturan. Tapi di rumah ini, kami yang membuatnya’,” jelas Marvin Berkowitz, Ph.D., pengarang Parenting for Good.

Sebagian besar anak akan patuh begitu mereka diberitahu aturannya, yang sebaiknya sudah Anda jelaskan sebelumnya. Namun, jika si anak tetap membangkang, berarti sudah saatnya untuk bicara pada orangtuanya (misalnya, saat si anak dijemput), atau bilang padanya ia takkan diundang bermain lagi ke rumah Anda, kecuali ia mau mematuhi aturan keluarga Anda.

Sumber : http://www.parenting.co.id/

Popular Posts

Dwi Prastyo
Dwi Prastyo
Online
Halo 👋
Ada yang bisa dibantu?

Trik jitu agar anak patuh


Ada cara tepat agar piranti rumah tangga, ketenangan, dan energi Anda tidak habis terkuras.

Baru-baru ini, kami merenovasi rumah, dan kelihatannya kedua putri kami punya cara baru menguji otoritas mereka. Hanya beberapa menit setelah kami pindah ke rumah lagi seusai renovasi, Lucy, 4 tahun, sudah main perosotan di pegangan tangga bergaya awal tahun 1900-an, sementara Olivia, 9 tahun, langsung menuju ruang tamu yang masih kinclong sambil membawa sekantong cracker dan remah-remahnya pun langsung berjatuhan selagi ia berjalan.

Melihat ulah mereka, saya langsung terpana, wah, harus ada beberapa aturan baru, nih. Tapi, larangan seperti apa yang bisa diterima oleh semuanya?

Haruskah main perosotan di pegangan tangga dilarang? Atau, ada gunanya nggak ya, melarang sesuatu yang sangat menggoda untuk dilakukan?

Bagaimana dengan larangan makan di ruang keluarga? Konyolkah kalau menganggap aktivitas menonton TV tidak boleh digabung dengan ngemil?

Dan apakah saya dan suami, harus mematuhi aturan yang sama seperti yang kami terapkan pada anak-anak?
Mengingat proses pembentukan peradaban memang tidak selalu berjalan mulus, berikut ini beberapa cara—bila memang Anda perlukan—untuk menerapkan peraturan di rumah.

Menjadi diri sendiri

Tentu saja saya akan senang seandainya rumah saya seindah rumah-rumah di majalah desain dan interior. Tetapi dengan dua anak, saya tak bisa membayangkan apa yang harus saya korbankan demi mewujudkannya. Suami dan saya memang mengenal beberapa orangtua yang bisa mempertahankan rumahnya tetap bersih mengilat. Tetapi karena kami tak punya kekuatan untuk mewujudkannya, kami bahkan tidak mencoba melakukannya.

Jujurlah pada diri sendiri tentang apa yang Anda anggap paling penting. “Kadang-kadang, orang menerapkan aturan karena dulu orangtua mereka  juga menerapkannya saat mereka masih kanak-kanak, atau karena sepertinya itulah hal yang tepat untuk dilakukan. Tapi, peraturan yang dipaksakan akan sulit ditegakkan,” kata Marvin Berkowitz, Ph.D., pengarang Parenting for Good. “Fokuskan pada beberapa peraturan yang terpenting saja, yang memprioritaskan keselamatan.”

Aprilia Kirana dari Kota Wisata, Cibubur, sama sekali tak mengizinkan putrinya, Sharen, 5 tahun, main lompat-lompatan di tempat tidur. Dan itu memang beralasan. “Neneknya pernah membiarkan dia pecicilan di tempat tidur, dan akibatnya dia terlempar dari kasur dan terluka,” kata Aprilia.

Tentunya Anda tak perlu menerapkan aturan tertentu karena terlanjur ada kejadian yang kurang menyenangkan. Intinya, masing-masing orangtua bisa menerapkan disiplin yang berbeda tergantung kebutuhan. Jadi, lakukan apa yang paling sesuai untuk keluarga Anda.

Bersikaplah logis

Apakah seharusnya ada satu set aturan untuk semua anak di rumah Anda? Tidak juga. “Pertimbangkan perkembangan masing-masing anak,” saran Karen Gouze, Ph.D., psikolog anak di Children’s Memorial Hospital di Chicago, yang juga ibu tiga anak.

Sarah dari Green Garden, misalnya, membolehkan sulungnya, Carla, 8 tahun, untuk mencuci piringnya sendiri sehabis makan, tetapi hal itu terlarang bagi adiknya. Caren, 5 tahun belum diijinkan membantu, karena takut piring yang sedang dicucinya justru meluncur jatuh. Biasanya Caren hanya akan berdiri di samping Carla dan sesekali ikut menjulurkan tangan untuk bermain-main dengan air yang mengucur dari keran.

Sesuaikan hukuman dengan pelanggaran

Anak-anak di bawah 8 tahun memiliki rasa keadilan yang kaku, dan tampaknya akan bersedia menerima konsekuensi asalkan terlihat adil dan berhubungan langsung dengan pelanggarannya, kata Gouze. “Jika seorang anak tidak mau berbagi mainan ketika temannya main ke rumah, konsekuensi yang logis adalah mencoret acara main bareng sampai beberapa hari,” katanya.

Mungkin Anda dapat mencoba memasang peraturan agar semua terlihat jelas. “Jika Anda bisa menjaga untuk tidak memakai suara otoriter Anda sebagai orangtua, posisi Anda akan lebih baik, dan Anda dapat menghindari ribut-ribut soal wewenang,” ujar Gouze. “Anak-anak tidak semudah itu melanggar peraturan yang tertulis hitam di atas putih.”

Bersikaplah fleksibel

Jika Anda memutuskan untuk mengubah suatu aturan—entah membuatnya lebih tegas atau lebih longgar—sebaiknya Anda menjelaskan alasannya. (“Mama tahu Mama pernah mengizinkan kalian makan di ruang keluarga, tapi karena ada ‘kecelakaan’ jus anggur tumpah, Mama sekarang memutuskan makan di ruang keluarga itu bukan ide yang bagus.”)  “Anda bisa menunjukkan simpati atas kekecewaan anak-anak, tapi tetap tegas dengan keputusan Anda,” kata Virginia Shiller, Ph.D., pengarang Rewards for Kids! Ready-to-Use Charts & Activities for Positive Parenting.

Sebaliknya, anak-anak yang usianya lebih besar, bisa saja ‘melobi’ agar peraturan berubah. “Kami punya peraturan ‘makanan tidak boleh dibawa ke lantai atas’, tapi baru-baru ini putri saya, 9 tahun, mengajak temannya menginap, dan ia bertanya apakah boleh makan di atas kalau mereka mengalasi lantai dengan karpet plastik terlebih dulu. Saya mengizinkan, karena solusi itu langsung mengatasi masalah yang telah memunculkan peraturan tersebut," kata seorang ibu di Virginia.

Lakukan hal yang sama

Agar menjadi panutan yang baik dan Anda tidak terlihat munafik, lakukan apa yang Anda ajarkan (meski jelas orang dewasa berhak punya beberapa kelonggaran, misalnya menonton TV sampai larut, semata karena mereka sudah dewasa).

Maria dari Serpong ingat ketika ia dan suaminya tertangkap basah bicara dengan mulut penuh oleh putri mereka, Jasmine, 5. Padahal Jasmine tahu peraturan di meja makan melarang hal itu. “Sesekali kami juga melanggar, dan sudah mengaku kami salah,” ujar Marietta, seorang ibu asal Georgia. “Saya rasa akan sangat membantu bagi anak-anak untuk percaya bahwa peraturan di rumah berlaku untuk semua anggota keluarga.”
Suami dan saya pun berusaha untuk selalu hati-hati menaati peraturan-peraturan baru yang kami buat bagi kedua putri kami, khususnya setelah Lucy menangkap basah saya main perosotan di pegangan tangga. Percaya, deh, tertangkap basah itu ternyata sungguh tidak enak.

Tamu boleh tak patuh?

Anda tidak dapat mengontrol apa yang diizinkan (atau tidak diizinkan) keluarga lain di rumah mereka sendiri, tapi Anda punya hak untuk menegakkan peraturan di rumah Anda.

Ketika Anda melihat ada anak yang melanggar peraturan, katakan dengan tenang, “Di rumah ini, kami berbuat A.” Kalau ia protes, bilang bahwa orangtuanya mengizinkan ia berbuat B, “ jelaskan padanya, ‘Di rumahmu, orangtuamu yang membuat peraturan. Tapi di rumah ini, kami yang membuatnya’,” jelas Marvin Berkowitz, Ph.D., pengarang Parenting for Good.

Sebagian besar anak akan patuh begitu mereka diberitahu aturannya, yang sebaiknya sudah Anda jelaskan sebelumnya. Namun, jika si anak tetap membangkang, berarti sudah saatnya untuk bicara pada orangtuanya (misalnya, saat si anak dijemput), atau bilang padanya ia takkan diundang bermain lagi ke rumah Anda, kecuali ia mau mematuhi aturan keluarga Anda.

Sumber : http://www.parenting.co.id/

Berbagi