Dampak Bullying Bertahan Sampai 40 Tahun
Apakah bullying atau perisakan anak merupakan masalah minor dan diisolasi sebagai kejadian temporer di sekolah? Tampaknya seperti itu. Banyak kasus perisakan di sekolah hanya berhenti setelah pelaku diberi sanksi. Selain itu, persepi masyarakat terhadap perisakan turut berperan terhadap berlanjutnya perisakan. Di Indonesia, belum ada survei tentang persepi orang tua terhadap perisakan. Namun, di Amerika Serikat, survei National Crime Prevention Council pada 2011 menunjukkan bahwa 50% orang tua di sana menganggap perisakan bukan masalah serius bagi anak.
Yang sebenarnya terjadi, perisakan membawa dampak yang sangat serius bagi anak. "Dampaknya sangat besar," kata Debra Pepler, PhD, direktur LaMarsh Centre for Research on Violence and Conflict Resolution di York University, Toronto, Kanada, "Ada orang yang menderita karena ini sepanjang hidupnya." yang terburuk, perisakan bisa berujung kepada bunuh diri.
Sebuah penelitian King's College London, Inggris, pada April 2014, menemukan bahwa dampak negatif terhadap kesehatan mental, sosial, dan fisik kasus perisakan bisa bertahan sampai 40 tahun. Studi ini menganalisis 7.771 anak dari data British National Child Development Study. Para hali menemukan bahwa pada usia 50, para responden yang pernah dirisak saat anak-anak, cenderung memiliki kesehatan fisik dan psikis yang buruk, serta fungsi koginitf yang lebih buruk dibandingkan anak yang tidak pernah dirisak.
"Riset kami menunjukkan bahwa dampak perisakan tetap kelihatan hampir selama 40 tahun," kata pemimpin studi, Dr. Ryu Takizawa. "Kita harus mengubah pandangan bahwa perisakan hanyalah masalah sementara dalam proses tumbuh kembang," tambah Prof. Louise Arseneaul, penulis pendamping studi tersebut.
Louise Arseneaul menyatakan bahwa program untuk menghentikan perisakan adalah hal yang penting. Namun para guru, orang tua, pembuat kebijakan, perlu fokus kepada upaya pendegahan dini untuk menghindari masalah yang disebabkan perisakan bertahan sampai anak dewasa.
TIPE PERISAKAN
Department of Health & Human Services mengutip sebuah studi yang menunjukkan beberapa tipe umum perisakan:
- Memberi nama julukan (44%)
- Menggoda (43,3%)
- Menyebarkan gosip atau kebohongan (36,3%)
- Mendorong (32,4%)
- Memukul, menampar, menendang (29,2%)
- Mengucilkan atau mendiamkan (28,5%)
- Mengancam (27,4%)
- Mencuri/menyembunyikan benda (27,3%)
- Ucapan atau gestur tidak senonoh (23,7%)
- Melalui email atau blog (9,9%)
LEGISLASI ANTI-PERISAKAN
Pemerintah Australia menunjukkan langkah nyata untuk memerangi perisakan dengan memasukkan UU anti-perisakan anak di internet ke Parlemen, 3 Desember lalu. Pemerintah Australia menanggapi dengan serius dan sungguh-sungguh kasus perisakan di Negeri Kanguru itu. Yang tercatat, dari 324 kematian, ada 14 anak usia di bawah 15 tahun yang tewas karena mencederai diri sendiri akibat perisakan. Sebanyak 27 siswa usia 4-9 tahun dirisak setiap minggu.
Yang sebenarnya terjadi, perisakan membawa dampak yang sangat serius bagi anak. "Dampaknya sangat besar," kata Debra Pepler, PhD, direktur LaMarsh Centre for Research on Violence and Conflict Resolution di York University, Toronto, Kanada, "Ada orang yang menderita karena ini sepanjang hidupnya." yang terburuk, perisakan bisa berujung kepada bunuh diri.
Sebuah penelitian King's College London, Inggris, pada April 2014, menemukan bahwa dampak negatif terhadap kesehatan mental, sosial, dan fisik kasus perisakan bisa bertahan sampai 40 tahun. Studi ini menganalisis 7.771 anak dari data British National Child Development Study. Para hali menemukan bahwa pada usia 50, para responden yang pernah dirisak saat anak-anak, cenderung memiliki kesehatan fisik dan psikis yang buruk, serta fungsi koginitf yang lebih buruk dibandingkan anak yang tidak pernah dirisak.
"Riset kami menunjukkan bahwa dampak perisakan tetap kelihatan hampir selama 40 tahun," kata pemimpin studi, Dr. Ryu Takizawa. "Kita harus mengubah pandangan bahwa perisakan hanyalah masalah sementara dalam proses tumbuh kembang," tambah Prof. Louise Arseneaul, penulis pendamping studi tersebut.
Louise Arseneaul menyatakan bahwa program untuk menghentikan perisakan adalah hal yang penting. Namun para guru, orang tua, pembuat kebijakan, perlu fokus kepada upaya pendegahan dini untuk menghindari masalah yang disebabkan perisakan bertahan sampai anak dewasa.
TIPE PERISAKAN
Department of Health & Human Services mengutip sebuah studi yang menunjukkan beberapa tipe umum perisakan:
- Memberi nama julukan (44%)
- Menggoda (43,3%)
- Menyebarkan gosip atau kebohongan (36,3%)
- Mendorong (32,4%)
- Memukul, menampar, menendang (29,2%)
- Mengucilkan atau mendiamkan (28,5%)
- Mengancam (27,4%)
- Mencuri/menyembunyikan benda (27,3%)
- Ucapan atau gestur tidak senonoh (23,7%)
- Melalui email atau blog (9,9%)
LEGISLASI ANTI-PERISAKAN
Pemerintah Australia menunjukkan langkah nyata untuk memerangi perisakan dengan memasukkan UU anti-perisakan anak di internet ke Parlemen, 3 Desember lalu. Pemerintah Australia menanggapi dengan serius dan sungguh-sungguh kasus perisakan di Negeri Kanguru itu. Yang tercatat, dari 324 kematian, ada 14 anak usia di bawah 15 tahun yang tewas karena mencederai diri sendiri akibat perisakan. Sebanyak 27 siswa usia 4-9 tahun dirisak setiap minggu.
Berbagi
Komentar