Supaya Tak Jadi Anak Manja
Seorang ayah biasanya berkata, jangan cepat-cepat bereaksi ketika anak jatuh karena ia khawatir anaknya menjadi manja. Ibu umumnya tak setuju. Apa yang dikatakan Claire Lerner, LCSW, seorang spesialis tumbuh kembang anak di Zero to Three, organisasi nirlaba di New York?
Q: Saya mempunyai anak lelaki usia 13 tahun. Ketika ia jatuh atau menangis dan ingin digendong, suami saya tidak mau menggendong atau menenangkannya karena ia khawatir anak kami menjadi ‘anak mami’. Saya tak setuju. Akibatnya, anak saya cenderung ingin selalu bersama saya yang semaki memperkuat kesimpulan suami saya. Apakah benar bereaksi terhadap tangisan anak akan membuatnya ‘lunak’?
A: Tidak ada acuan yang sama tentang tantangan menjadi orang tua, termasuk dilema yang Anda hadapi. Suami Anda berfokus kepada kemampuan anak lelaki Anda untuk mandiri dan menghadapi tantangan yang ada. Ini keyakinan yang diterimanya dari keluarga atau masyarakat tentang identitas jender lelaki, yang harus tangguh. Di sisi lain, Anda merasa bahwa memenuhi kebutuhannya untuk ditenangkan justru akan memuat anak lelaki Anda lebih kuat. Anda khawatir dia merasa tidak aman dan tidak percaya kepada Anda.
Yang terbaik, Anda berdua bisa bekerja sebagai tim. Ketika anak jatuh atau menangis, sang ayah bisa mengucapkan sesuatu yang memahami perasaan anak dengan suara yang lembut namun tidak panik atau bereaksi mengasihani. Kemudian Anda yang memberikan ketenangan secara fisik, misalnya memeluk atau mengusap lembut bagian yang sakit dan mendorongnya untuk bermain kembali. Kerja tim inilah yang disebut ‘parenting’.
Q: Saya mempunyai anak lelaki usia 13 tahun. Ketika ia jatuh atau menangis dan ingin digendong, suami saya tidak mau menggendong atau menenangkannya karena ia khawatir anak kami menjadi ‘anak mami’. Saya tak setuju. Akibatnya, anak saya cenderung ingin selalu bersama saya yang semaki memperkuat kesimpulan suami saya. Apakah benar bereaksi terhadap tangisan anak akan membuatnya ‘lunak’?
A: Tidak ada acuan yang sama tentang tantangan menjadi orang tua, termasuk dilema yang Anda hadapi. Suami Anda berfokus kepada kemampuan anak lelaki Anda untuk mandiri dan menghadapi tantangan yang ada. Ini keyakinan yang diterimanya dari keluarga atau masyarakat tentang identitas jender lelaki, yang harus tangguh. Di sisi lain, Anda merasa bahwa memenuhi kebutuhannya untuk ditenangkan justru akan memuat anak lelaki Anda lebih kuat. Anda khawatir dia merasa tidak aman dan tidak percaya kepada Anda.
Yang terbaik, Anda berdua bisa bekerja sebagai tim. Ketika anak jatuh atau menangis, sang ayah bisa mengucapkan sesuatu yang memahami perasaan anak dengan suara yang lembut namun tidak panik atau bereaksi mengasihani. Kemudian Anda yang memberikan ketenangan secara fisik, misalnya memeluk atau mengusap lembut bagian yang sakit dan mendorongnya untuk bermain kembali. Kerja tim inilah yang disebut ‘parenting’.
Sumber : http://parentsindonesia.com/
Berbagi
Komentar