SMPIT Bina Amal Kembali Menjuarai Lomba Cerpen Tingkat Nasional
SMPIT Bina Amal Kembali Menjuarai Lomba Cerpen Tingkat Nasional
- Diposting oleh : binaamal
- pada tanggal : 11/19/2014
Kamis, 13 November 2014 SMPIT Bina Amal kembali berhasil menggondol
piala di kancah nasional Lomba Menulis Cerita Remaja (LMCR) yang
diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Setelah dua tahun berturut-turut berhasil
masuk dalam 15 finalis LMCR, di tahun ketiga ini SMPIT Bina Amal melambungkan
namanya dengan meloloskan dua siswi terbaiknya atas nama Aulal Muna dan
Khalisha Hamida dalam final LMCR tingkat nasional. Prestasi ini sangat
membanggakan karena untuk kali pertamanya SMPIT Bina Amal mampu mengantarkan
dua siswa sekaligus menduduki tiga besar yaitu juara satu dan juara tiga. Di Tahun sebelumnya yaitu
tahun 2012 SMPIT Bina Amal juga mengantarkan siswanya masuk 15 finalis LMCR
sebagai juara 1 atas nama Khodijah Wafiya dan tahun 2013 atas nama Zahra
Fauziah sebagai juara ketiga.
Penjurian lomba cerpen tersebut dilakukan melalui
tiga tahap. Tahap pertama, dari 1929 cerpen yang masuk ke panitia disaring
menjadi 98 cerpen. Tahap kedua dari 98 cerpen disaring lagi menjadi 15 cerpen. Tahap ketiga merupakan workshop (penjurian final) 15
cerpen terbaik yang telah dipilih oleh dewan juri. Adapun 15 naskah cerpen terbaik
tersebut adalah Aulal Muna (SMPIT Bina Amal Semarang), Anjar Rian Harimurti
(SMP 1 Pacitan), Khalisha Hamida (SMPIT Bina Amal Semarang), Amelia Nuraisyah
Quensi Jemy (SMP 2 Blitar), Sarah Abigeil Bastian (SMP Tarakanita Gading
Serpong), Rahmah Istiqomah (SMP 7 Madiun), Felia Ananda Wijaya (SMP Theresia
Pangkal Pinang), Andi Indra Jaya (MTS Negeri Kupang), Angela Rezka Andua Putri
(SMP 1 Pacitan), Andi Mutiara Muthoharoh (SMP 2 Pare-Pare), Raufa Sayyidah
Adila (SMP 2 Tanjung Pandan Belitung), Mimi Arpati (SMP 2 Panti Sumatera Barat),
Aulia Azizah (SMP Malinau Kota Kalimantan Utara), Susi Nur Kusumawati (MTSN Pamulang),
Dea Nada Fauziah (SMP Islam Al Ihsan Bintaro).
Workshop penjurian final digelar hari Senin-Kamis, 10-13 November 2014 di The Riyen Premiere Hotel Jalan Raya Puncak km. 77, Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Acara dibuka
oleh Sekretaris Jenderal Direktorat Pendidikan Dasar dan dilanjutkan dengan technical meeting lomba. Keesokan harinya (Selasa, 11/11) penjurian final dilakukan. Finalis
diminta untuk menulis cerpen secara spontan dengan tema ‘benda kesayangan’
dan dilanjutkan dengan mempresentasikan karyanya dihadapan tim juri yang merupakan sastrawan terkemuka
di Indonesia. Mereka diminta mempertanggungjawabkan keorisinilitas karya selama
kurang lebih tiga jam. Tim Juri yang diketuai oleh Prof. Suminto beranggotakan Agus R
Sarjono, M. Hum, Sunu Warsono, M.Hum, Yeti Mulyati, M.Pd, Jamal B Rahman, M.Hum
akhirnya memutuskan Aulal Muna dengan cerpen Tarian Salju Karaban menjadi juara
1 LMCR 2014, disusul Anjar Rian Harimurti dengan cerpen Gugurnya Sehelai Daun
sebagai juara 2 dan Khalisha Hamida dengan cerpen Tembang Canting Kinanti
sebagai juara ke 3. Karya 15 finalis nantinya akan dibukukan dan akan
disebarkan ke sekolah-sekolah di penjuru Indonesia.
Cerpen Aulal Muna yang berjudul Tarian Salju Karaban berkisah tentang seorang anak bernama April yang kesal
kepada ayahnya karena harus pindah rumah dari kota besar Jakarta ke sebuah desa
terpencil di pelosok Pati yaitu Desa Karaban. Berawal dari peristiwa tersebut
April mengalami sebuah petualangan. Di Karaban April bertemu dengan seorang
gadis buta bernama Ayu yang sedih karena hutan kapuk randu di desanya akan
segera ditebang untuk dijadikan perumahan elit. Karena terenyuh dengan cerita
Ayu, April bertekad membantu agar hutan kapuk randu tidak ditebang. April
menemukan sebuah cara, ia melakukan sebuah penelitian tentang manfaat kapuk
randu. Penelitian tersebut menghantarkan April menjadi juara dalam ajang internasional Biologia Celular e Molecular Microbiologia di Brasil. Ayah April begitu
bangga dengan April. Pertemanan April dan Ayu semakin erat hingga suatu hari
April mengatakan kepada Ayu bahwa ia harus kembali ke Jakarta karena ayahnya
pindah tugas lagi. Sebuah kejadian yang membuat April tersentak, saat ia
mengemasi barang-barang yang akan ia bawa ke Jakarta, April menemukan sebuah
surat pembatalan kontrak pembangunan perumahan elit di Karaban. Dari surat
tersebut April tahu jika yang akan menebang hutan kapuk randu di Karaban adalah
ayahnya sendiri.
Lain halnya dengan cerpen
Khalisha Hamida. Jika cerpen Muna lebih mengangkat tema cinta lingkungan,
cerpen Khalisha lebih mengangkat tema kejujuran dan cinta tanah air. Tembang
Canting Kinanti berkisah tentang seorang anak perempuan, Kinanti yang mengalami
konflik batin. Kinanti adalah seorang gadis remaja yang suka membatik tetapi
karena keterbatasan fisik yaitu karena ia mengalami buta warna maka semangat
membatiknya goyah. Ia tergiur mengikuti cara instant seperti yang dilakukan
tetangganya Bu Lastri dengan membeli batik di kota lain untuk dijual kembali di
Kota semarang untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Tindakan Kinanti
diketahui oleh ibunya. Awalnya ia tidak mau mengaku tetapi setelah ibunya
memberikan sebuah canting dari nenek buyutnya dan menceritakan perjalanan
canting tersebut Kinanti mengakui perbuatannya bahkan Kinanti menceritakan jika
ia mengalami buta warna, penyakit yang selama ini ia tutupi dari ibunya agar
ibunya tidak merasa sedih. Sejak saat itu Kinanti bertekad akan membatik dengan
keterbatasan yang ia miliki.
Melalui cerpen Tarian Salju Karaban, Muna berhak mendapatkan tropi, piagam dan uang
pembinaan sebesar Rp 7.500.000, sedangkan Khalisha berhak
mendapatkan tropi, piagam dan uang pembinaan sebesar Rp 6.500.000. Semoga bisa
memotivasi anak-anak Indonesia untuk terus berkarya dengan pena.
Berbagi
Komentar