Bimbingan belajar, perlukah?
Musim ujian dan ulangan akhir semester telah berakhir. Dan kini saatnya Anda dan anak-anak rileks menikmati masa liburan. Apakah Anda termasuk salah satu orang tua yang dicekam rasa khawatir anak akan mengalami kegagalan dalam ujian atau ulangan kenaikan kelas?
Memasukkan anak ke kelas bimbingan belajar biasanya menjadi pilihan para orang tua semacam ini, dengan harapan agar anak berhasil meraih prestasi akademis yang memuaskan.
Namun, Ibu Choo berpendapat lain. Ibu asal Singapura yang bekerja sekaligus membesarkan lima anak berprestasi ini akan membagikan beberapa tips tentang bagaimana meningkatkan prestasi akademik anak tanpa bimbingan belajar.
1. Putuskan waktu yang tepat
Pada dasarnya, bimbingan belajar dibutuhkan ketika anak tak dapat
mengikuti pelajaran dan mendapat nilai yang lebih rendah dibandingkan
teman-teman sekelasnya. Atau bisa juga ketika Anda menginginkan ia
mendapat nilai lebih baik daripada semester kemarin.Apapun kondisi akademis anak, Anda keputusan mengenai perlu dan tidaknya anak mengikuti bimbingan belajar terletak di tangan Anda. Anda jugalah yang harus memutuskan saat terbaik untuk mulai mengikuti dan mengakhiri bimbingan belajar. Anak tidak mungkin mengikuti bimbingan belajar untuk selamanya, jadi pilihlah guru les atau kelas bimbingan belajar yang dapat mengajarkan anak untuk belajar secara mandiri.
2. Menjadi pendamping belajar yang menyenangkan
Selalu dampingi anak belajar dan terapkan beberapa metode yang
membuat anak terkesan. Ibu Choo, misalnya, menggunakan stik es krim
berwarna warni untuk membantu anak bungsunya belajar Matematika.
3. Berlangganan majalah yang bermanfaat
Majalah sains untuk anak Kuark cukup menarik karena menjelaskan
tentang dasar-dasar IPA melalui komik dan cerita pendek. Majalah
anak-anak legendaris Bobo memang tidak menyediakan rubrik yang membahas
tentang sains, namun ada bonus soal-soal latihan untuk kelas I s/d VI SD
secara berkala.
4. Mengajak anak ke perpustakaan
Selain menumbuhkan kebiasaan membaca sejak dini, di perpustakaan
anak dapat menemukan buku-buku yang sesuai dengan minatnya. Anda juga
dapat mengetahui hal-hal yang disukai anak Anda melalui buku pilihan
mereka.
5. Jam belajar yang sama setiap hari
Diskusikan bersama dengan anak mengenai jam belajar mereka di
rumah, misalnya dari jam 7 hingga jam 8.30 malam. Jauhkan segala
gangguan seperti ponsel atau perangkat game dari jangkauan anak pada
jam-jam ini.
6. Membuat jadwal belajar
Ajak anak membuat sendiri daftar mata pelajaran apa saja yang
dirasa berat olehnya. Dan bantu mereka menentukan kapan saat yang tepat
untuk mengintensifkan belajar sebelum menghadapi ulangan harian atau
ujian.
7. Jangan 'menyuap' anak
Anak bisa terganggu konsentrasinya karena membayangkan hadiah yang akan ia dapatkan. Selain itu, kesadaran anak untuk belajar tidak akan tumbuh karena ia selalu mengharapkan imbalan.
8. Minta bantuan kakak
Anda tak memerlukan bimbingan belajar untuk anak ketika
kakak-kakaknya bersedia membantunya. Selain memperkuat hubungan
persaudaraan di antara anak-anak Anda, si sulung juga bisa memperbarui
ingatan tentang apa yang pernah dipelajarinya.
9. Jauhi orang tua yang sombong
Saya tak yakin Anda akan merasa nyaman ketika mengobrol dengan
seorang orang tua murid yang selalu membesar-besarkan prestasi anaknya.
Daripada merasa rendah diri karena anak Anda tak sebaik anak mereka,
lebih baik jauhi saja orang tua semacam ini. Berbicara atau berteman
dengan guru wali kelas anak akan lebih melegakan karena mereka bisa
membantu Anda menemukan kekurangan anak.
10. Belajar di mana saja
Siapa bilang rumah, sekolah dan bimbingan belajar adalah
satu-satunya tempat dimana anak dapat belajar dengan baik? Jalan raya,
pasar, supermarket, kebun binatang atau tempat umum lainnya juga bisa
menjadi tempat bagi anak untuk belajar sesuatu yang baru.Ketika Anda sedang berada di mall bersama anak, misalnya, ajak mereka naik eskalator dan pancing rasa keingintahuan mereka dengan berkata 'wah, hebat ya tangganya bisa jalan sendiri. Kenapa kok bisa gitu ya?'
Selamat menjadi guru les!
Sumber : http://id.theasianparent.com/
Berbagi
Komentar