Menangani Ucapan Kotor Anak
“Tante mau cium pantatku nggak?” salah satu teman bermain anakku yang berusia 4 tahun bertanya seperti itu kepadaku. Tentunya, dia sama sekali tidak bermaksud agar aku mencium pantatnya. Dia hanya mengira mengucapkan kata pantat adalah hal yang lucu–dan dalam rentang waktu sekitar 5 menit, juga tercetus kata pup,si tukang pup, dan si tukang mengompol. Hanya setahun atau dua tahun lalu, si tukang mengompol adalah sesuatu yang kita–para ibu–coba hindari, meminta anak-anak untuk memberitahu kita jika mereka harus ke toilet untuk buang air, memuji mereka jika bisa melakukannya dalam waktu yang tepat. Betapa ironis ketika saat anak-anak balita sudah bisa melakukan rutinitas kamar mandinya dengan baik, mereka menjadi terobsesi dengan membicarakan segala hal berbau toilet. Apa yang terjadi?
“Anak-anak di usia ini memiliki rasa humor yang berkembang, dan mereka tahu mereka akan mendapatkan tanggapan dari bahasa ‘toilet,” jelas penasihat Parents Michele Borba, EdD, penulis The Big Book of Parenting Solutions: 101 Answers to Your Everyday Challenges and Wildest Worries. “Begitu anak mulai tertawa saat anak lainnya mengucapkan hal-hal tersebut, ini memperkuat perilaku mereka.” Untungnya, Anda bisa melenyapkan omongan kotor anak.
Strategi disiplin tradisional–seperti menghukumnya atau menyita mainannya–tidak berhasil dengan baik untuk masalah ini, dan malahan bisa lebih membahayakan: ”Hal tersebut bisa membuat anak merasa malu dan membuatnya tidak mau menyebut segala hal yang berhubungan dengan kamar mandi,” ujar Dr. Borba. “Penting untuk membuatnya tahu bahwa tubuh dan fungsinya adalah hal normal dan dia bisa bicara kepada Anda serta melontarkan pertanyaan.” Inilah mengapa para pakar kedokteran anak memiliki trik lainnya. Selamat datang di pelatihan penggunaan (kata) toilet, bagian kedua.
Pasang Muka Cuek
Walaupun tidak mungkin mencegah anak berusia 5 tahun lainnya tertawa saat putri Anda mengumumkan bahwa adik perempuannya memiliki ”celana bau”, Anda bisa mengendalikan reaksi Anda sendiri. “Anak-anak melihat bahasa tertentu bisa untuk mendapatkan perhatian,” jelas William Warzak, PhD, guru besar psikologi di departemen anak University of Nebraska Medical Center, Omaha. “Jika Anda mempertahankan hal yang sebenarnya dan tidak tertawa, menunjukkan rasa malu, atau mulai marah, ucapan kotor dapat kehilangan daya tariknya.” Di saat yang sama, pujilah anak perilaku positif anak–misalnya, saat dia bermain sendiri, membangun menara dari balok kayu, atau menggambar untuk Anda.
Menjadi Guru
“Salah satu cara terbaik bagi anak-anak untuk belajar adalah dengan mengajar,” kata Dr. Borba. Jadi saat anak Anda mulai dengan ocehan kamar mandi, jangan mengoreksinya, tapi sarankan dia untuk memberikan pelajaran kepada orang lain. Anda bisa berkata, ”Ya ampun, Mama dengar si Teddy Bear ngomong yang tidak pantas. Kamu mau bilang apa ke Teddy untuk yang seharusnya dilakukan?”
Menarik Bagi Empatinya yang Sedang Berkembang
Anak-anak usia ini ingin mendapatkan tawa, bukan menyakiti perasaan orang lain. Namun mereka mungkin tidak menyadari bahwa menjuluki teman atau anggota keluarga dengan panggilan itu menyakiti perasaan orang. ”Mintalah anak untuk memikirkan bagaimana rasanya jika salah satu teman bermain memanggilnya ’si tukang pup’,” ujar Jonathan Pochyly, PhD, psikolog anak di Children's Memorial Hospital, Chicago.
Alihkan Perhatiannya
Jika anak Anda tetap mengucapkan “pantat”, ubahlah menjadi suatu permainan. Tantang dia untuk mengucapkan kata yang berima dengan kata yang menjadi masalah tersebut, saran Pam Rinn, direktur program Camp Fire USA First Texas Council. Atau bergiliran mengucapkan kata yang memilliki huruf sama. ”Akhirnya, dia akan melupakan kata yang tidak bisa diterima tesebut karena fokus memikirkan kata-kata lainnya,” ujar Rinn.
Mencari Tawa di Tempat Lain
Sejak anak Anda menggunakan ucapan kotor untuk melucu, memberikan dia lelucon atau buku teka-teki bisa mengerem hal tersebut, ujar Charlie Williams, komedian anak dan penulis Flush! An Ode to Toilets. Seringlah membacakannya buku itu agar dia bisa mengingat leluconnya.
Kirim ke Kamar Mandi
Jika semuanya gagal, jelaskan kepada anak bahwa ucapan kotor itu sepantasnya diucapkan di kamar mandi, tutur Dr. Warzak. Mintalah dia pergi ke kamar mandi saat ingin menggunakan bahasa ini. Kemungkinannya adalah dia akan segera keluar dari kamar mandi karena bosan.
Sumber : http://parentsindonesia.com/
Berbagi
Komentar